Mohon tunggu...
Pakar Sugesti
Pakar Sugesti Mohon Tunggu... -

Firman Pratama, seorang profesional trainer dan coach di bidang pengembangan bawah sadar. Program pelatihan yang sangat dahsyat adalah ALPHA MIND CONTROL dan ALPHA TELEPATI untuk info bisa klik www.firmanpratama.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Benarkah “Sugesti” Itu Mudah Masuk ke Pikiran Kita?

12 Januari 2016   15:33 Diperbarui: 12 Januari 2016   15:37 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadangkita dibuat bingung dengan istilah “sugesti”, banyak bacaan yang menjelaskan tentang “sugesti” justru membuat masyarakat kita bingung. Bahkan saya sering bertemu banyak orang yang meminta saya untuk mensugesti dirinya, “pak firman, saya minta tolong disugesti supaya hidup saya berubah jadi lebih baik”, ada lagi yang bertanya “apa sugesti yang membuat saya bisa cepat menjadi kaya”, dari pertanyaan-pertanyaan itu terlihat bahwa banyak pemahaman yang “salah” tentang “sugesti”. Kalau sugesti agar cepat kaya ya tinggal bilang saja “cepat kaya” beres kan. Yup, sugesti hanyalah sebuah saran biasa yang bisa kita temui dibanyak tempat, melalui televisi, buku dan artikel. Termasuk di web kekuatansugesti.com ini

Begitu mudahnya sugesti masuk ke pikiran kita, bahkan sugesti itu masuk sejak kita sudah mulai punya kepala yaitu sejak dalam kandungan. Begitu kepala sudah ada, maka otomatis otak sudah ada dan sudak aktif, termasuk juga pikiran kita juga aktif. Jadi kalau masih ada yang menuiskan tentang bagaimana mengaktifkan otak, kayaknya perlu dipertanyakan lagi. Bukan mengaktifkan ya, tapi yang perlu dilakukan adalah mengenali bagaimana otak dan pikiran bekerja. Ketika masih dalam kandungan biasanya ibu hamil membisikkan ke bayi dalam kandungannya tentang hal yang baik. Ketika anak sudah mulai lahir dan bisa berkomunikasi tentu kita sebagai orang tua sering berbicara dengan anak kita. Misalnya saat anaknya mau makan, lalu orang tuanya mengatakan “nak, ayo makan dulu, sudah siang”, kemudian anaknya menuruti dan makan. Maka itu artinya sugesti yang diberikan orang tuanya ke anak itu sudah masuk. Mudah kan?

Memaknai kata “sugesti” haruslah dipahami dengan benar, selama ini mungkin banyak orang yang salah memaknai sugesti, sugesti itu susah, sugesti itu tidak bisa sembarang diberikan, sugesti itu harus diberikan oleh seorang ahli. Ada lagi pemahaman yang membuat orang salah lagi, “sugesti itu bisa masuk saat dilakukan hipnoterapi ke tempat terapi”. Pemahaman seperti ini membuat orang merasa tidak bisa mensugesti dirinya sendiri, padahal faktanya sugesti itu adalah semua informasi yang diterima oleh manusia, informasi kan bisa didapat dari mana saja. Bahkan kita juga sering memberikan informasi sendiri bagi diri kita.

Mudahnya sugesti, mudahnya membuat sugesti, mudahnya sugesti diterima oleh diri setiap orang membuat banyak orang yang menyebut dirinya “terapis” berusaha menutupinya, dengan mengatakan kalau hanya para terapis yang berhak memberikan sugesti, hanya para terapis yang bisa membuat sugesti, padahal semua orang bisa membuat sugesti sendiri. Sama seperti ketika ada peserta kelas AMC (Alpha Mind Control) yang mengatakan ” kalau gitu saya tidak butuh terapis lagi untuk menghilangkan trauma, saya tidak butuh sugesti dari orang lain ya mas firman, kan saya bisa membuat sugesti untuk saya sendiri”.

Iya memang seperti itu kenyataannya, sugesti itu sebenarnya bisa dibuat siapa saja, dan selama ini semua orang, termasuk anda pernah mesugesti diri sendiri dan mensugesti orang lain. Yang perlu kita pahami sebagai manusia adalah menyadari bahwa semua informasi itu adalah sugesti, sehingga kita perlu selektif memilih sugesti mana yang mau kita terima, yang mau kita “install” didalam diri kita. Menyadari diri bahwa PIKIRAN kita merupakan sumber dari segala hal yang terjadi dalam diri kita. Karena pentingnya PIKIRAN maka tentu menjadi kebutuhan bagi setiap manusia untuk mengenali, mengontrol dan memaksimalkan. Dengan memahami kerja PIKIRAN maka kita bisa menjadi manusia seutuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun