Dikisahkan disuatu Asia yang asri dan sejahtera berdirilah suatu negara yang bernama Konoha. Negara ini termasuk negara dengan populasi terbesar dan terpadat di dunia. Alamnya kaya akan sumberdaya dan masyarakatnya kaya pula akan budaya. Terdapat banyak klan di dalamnya dengan berbagai keragamannya. Banyak hal menarik yang ada didalamnya seperti hukum untuk mengatur rakyatnya, hukum atau peraturan yang di perlakukan di negeri Konoha sangatlah unik. Dimana yang berkuasa sangat berkuasa dan yang lemah hidup tanpa upaya.Â
Bagaimana tidak berkuasa, masyarakatnya saja diwajibkan patuh kepada pemimpinnya, baik dalam hal keadilan dan mengadili. Dimana keadilan hanya dimiliki oleh pihak yang berkuasa dan kaya raya sedangkan pihak yang tidak bisa apa-apa dan tidak memiliki daya dan upaya tambah sengsara. Bagaimana tidak unik pula peraturannya. Kasus yang kecil dibesar-besarkan sedangkan kasus yang besar malah di kecil-kecilkan. Sungguh lucunya negeri Konoha dimana pencuri sendal dihukum 5 tahun kurungan penjara sedangkan pencuri uang rakyat dihukum hanya 1 tahun, itupun setiap tahunnya mendapatkan potongan masa kurungan.
Di Negeri Konoha itu sudah wajar hal-hal seperti ini terjadi. Bahkan dikala pandemi seperti ini masih saja banyak pihak yang ingin meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Padahal mereka tanpa sadar telah menari-nari diatas penderitaan rakyat yang sedang merana dalam menyikapi wabah korona.
Seharusnya Hokage selaku pemimpin tertinggi di negeri Konoha mengambil keputusan yang tepat bukan malah menambah utang negara yang memberatkan masyarakat. Dengan dalih mengembangkan fasilitas negara malah menambah beban negara.
Untung saja kita tidak hidup di Negeri Konoha, kita hidup di negeri yang berlandaskan Pancasila. Apalagi Pancasila  sila dari satu sampai sila kelima. Cuman marilah kita fokus ke sila kedua yang sangat mengena dalam masalah Negeri Konoha ini. Sila kedua mengajarkan kita supaya dapat menghargai hak dan kewajiban yang dimiliki oleh sesama warga bernegara bukan malah saling menindas dan merebut hak sesama. Namun, terkadang kita sering lupa bahwa sila kedua ini bukan hanya sekedar sila belaka melainkan suatu kewajiban dan keharusan yang sering terlupakan bahkan diprediksi akan hilang apalagi melihat permasalahan yang belakangan ini terjadi dinegeri ini. Jadi, mulai sekarang ayolah kita tumbuhkan kesadaran bersama agar hal-hal seperti ini tidak sampai berterusan dan berlanjut hingga di masa tua kita.Â
"Mulailah dari diri dan sekitar kita, dan bukalah mata kita bahwa kita hidup sebagai manusia bukan hidup sebagai homo erectus yang di modernisasi".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H