Beberapa akhir pekan ini bahkan hitungan bulan Indonesia disibukan oleh kasus Setya Novanto yang ditetapkan sebagai tersangka kasus KTP Elektronik. Seolah pikiran bangsa ini terkuras oleh kasus KTP Elektronik yang menjerat ketua DPR RI tersebut dan menjadi tontonan yang buruk buat anak bangsa. Banyak hal yang menarik yang bisa dibahas dari Kasus Setya Novanto, mulai dari hasil putusan Hakim Cepi Iskandar pada sidang pra-peradilan yang menyatakan Setya Novanto tidak bisa dijadikan tersangka, dan yang terakhir "drama" kecelakaan yang dialami Setyo Novanto, sampai-sampai membuat sebuat tiang listrik (sebenernya tiang lampu) menjadi terkenal se-hits Setya Novanto. Namun, ada sesuatu yang unik dan mengelitik, yang mungkin menjadi pertanyaan dibanyak masyarakat Indonesia, yaitu Dokter dan rumah Sakit yang menangani "drama" perawatan Setya Novanto. Apa mungkin dokter dan rumah sakit memberikan keterangan "palsu" terkait diagnosis Setya Novanto? Mungkin kah ada kapitalisme pada profesi dokter dan rumah sakit di Indonesia. Sebelum bahas lebih jauh mari kita cari tahu apa itu kapitalisme dan ada kah bukti yang mengindikasikan hal itu.
Pertama, kita bahas dulu apa itu kapitalisme. Kapitalisme secara etimologis merujuk pada kata "capital" atau "capitale" yang akar katanya berasal dari bahasa Latin caput berarti "kepala". Menurut Bottomore, kapitalisme adalah sebuah istilah yang mengacu pada sebuah cara produksi di mana modal (kapital) dan bermacam bentuknya merupakan alat utama dalam produksi. Pendapat lainnya tentang kapitalisme datang dari Max Weber, yang menganggap bahwa kapitalisme sebagai suatu kegiatan ekonomi yang ditujukan pada suatu pasar dan dipacu untuk menghasilkan laba dengan adanya pertukaran pasar. Setelah kita tahu apa itu kapitalise. Coba kita beranalogi tentang beberapa kasus dirumah sakit, seperti kasus berobat melalui BPJS. BPJS itu kan orang-orang yang berobat dengan keterbatasan dana. Namun, apakah dibenarkan kalau orang yang tidak punya uang ditolak rumah sakit? Itu tidak punya uang. Bagaimana peserta BPJS? Kan bayar iuran. Â Kalau bilang tanya BPJS tidak salah, tapi kita ketahui biaya tersebut akan dibayarkan oleh pihak BPJS. Berikut kasus-kasus rumah sakit yang menolak pasien sampai tewasnya pasien karena alasan "Uang" dan BPJS;
Ditolak 8 Rumah Sakit, Bayi Peserta BPJS Kesehatan Meninggal [baca disini]
Rohaini Meninggal Usai Ditolak Berobat ke RSUD karena Kartu BPJS-nya Mati [baca disini]
Akhir Investigasi Kasus Bayi Debora dan Sanksi untuk RS Mitra Keluarga Kalideres [baca disini]
Foto Setya Novanto dirawat di Rumah Sakit Premier Jatinegara

Setelah anda mulai paham, kita masuk pada kasus Setya Novanto. Namun yang kita bahas terkait Rumah Sakit dan Dokter yang merawat Setya Novanto. Yang pertama, dirawatnya Setya Novanto di Rumah Sakit Premier Jatinegara. Dimana alat Monitor EKG yang tepasang pada Setya Novanto terlihat Flat. Namun, pihak RS Premier jatinegara melaui dr Ayuthia menduga alat tersebut dalam kondisi tidak terpasang. Walaupun ada kejadian alat yang menempel kadang terlepas. Lalu benarkah tidak terpasang, setidaknya untuk nadi dan saturasi oksigen dalam darah, maka grafik akan kelihatan naik turun. Seharusnya kalau kondisi pasien memang mengkhawatirkan bagaimana bisa sebegitu lalai sampai alat tersebut terlepas. Padahal alat tersebut penting untung memonitor kondisi pasien. Tidak hanya itu, terkait sungkup atau masker Setya Novanto. Dikutip dari detikHealt sungkup atau masker yang digunakan Setya Novanto. Diyakini, alat yang dipakai tersangka kasus e-KTP tersebut bukan merupakan sungkup oksigen melainkan sungkup alat Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Karena alat tersebut dipakai juga untuk mengatasi gangguan tidur, detikHealth menghubungi pakar kesehatan tidur dari Snoring & Sleep Disorder Clinic Pondok Indah, dr Andreas Prasadja, RPSGT, untuk memastikan. "Saya kan enggak periksa, tapi masker yang digunakan itu masker CPAP yang digunakan pada saat tidur," ujarnya saat dihubungi detikHealth, Kamis (28/9/2017).

"Kl kepal kebentur, memar namun ga ada luka luar, trus diperban. Arinya dokternya perlu sekolah lagi. Dan pasti masuk neraka soalnya ikut-ikutan ngibul," cuit @dr_tompi, Jumat (17/11/2017).

Jika benar para dokter dan rumah sakit yang menangani membantu men-setting upaya Setya Novanto untuk lari dari jeratan hukum dengan berpura-pura sakit ini sangat disayangkan. Dan apakah motifnya karna uang semata? dan mungkinkah ada tekanan terhadap para doktor dari pihak manajemen rumah sakit? Dan apakah ini kapitalisme pada profesi doktor dan umah sakit. Saya rasa para pembaca bisa menilainya sendiri, termasuk rekan-rekan dokter. Jika dipikir ini adalah tuduhan kotor terhadap profesi dokter dan rumah saktit, justru ini menjadi autokritik bagi kalangan dokter dan rumah sakit di Indonesia, jika memang sesama rekannya atau instansi rumah sakit yang melakukan perbuatan tidak terpuji tersebut. Dan kita berharap bersama-sama untuk kebaikan kedokteran di Indonesia yang menjadi pahlawan kemanusiaan bagi masyarakat Indonesia.