Mohon tunggu...
Firman Syah
Firman Syah Mohon Tunggu... -

Perang dan cinta selalu abadi dalam kisah sejarah manusia. Kadang-kadang Sotoy perlu agar lebih berani menulis.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

EL-CLASICO IV: TACKLING vs. DIVING

29 April 2011   22:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:15 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

El-Clasico IV sudah berakhir tapi ceritanya seakan tak berkesudahan. Pasalnya adalah belum ikhlasnya para pemain, pelatih, fans Real Madrid menerima hasil laga itu. Perang komentar di berbagai forum –termasuk di kompasiana, menjadi makanan penutup yg tak henti-henti dihidangkan. Andai saja fans RM legowo dan tidak mempermasalahkan berbagai peristiwa yang terjadi saat laga, mungkin tidak akan ada “perang” yang berkepanjangan ini.Pelanggaran yang dilakukan dua kubu lah sumber utama pertikaian.

Empat jam sebelum el-clasico IV saya ngetwit tentang perang urat syaraf Mou vs. Pep. Mou mengkritik peran Pep yang minta wasit asal Portugal yang akan memimpin laga el-clasico. UEFA menerima permintaan itu lalu menggantinya dengan wasit asal Jerman yang mengidolakan Messi. Saya katakan bahwa kamarahan Pep seperti Avatar Aang saat terdesak menghadapi serangan Negara Api. Seluruh kekuatan dari 4 unsur : Angin, Air, Tanah, dan Api keluar dan bersatu mengalahkan Raja Api.

Guardiola selama ini tidak pernah kita lihat mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memojokkan pihak lawan. Dia selalu menaruh respek pada lawannya. Baik yang kuat maupun yang lemah. Tapi tidak pada laga ini. Kata-katanya yang selama ini terkenal santun berbalik 90 derajat.

"Hari Rabu (27/4/2011) pukul 08.45 waktu setempat, kami akan bertemu di lapangan. Di luar lapangan, dia (Mou) memang sudah menang. Di ruangan ini (ruang media), dia adalah bos f**k. Dasar f**k. Orang yang tahu semuanya tentang dunia. Saya tak mau berdebat dengannya. Di tipe pertandingan seperti ini (perang kata-kata), saya tak akan meladeninya karena saya tak tahu bagaimana caranya," cetus Guardiola (sumber Kompas.com). Saya jadi yakin bahwa kekuatan Avatar Aang akan mengejewantah dalam pertandingan. Sebuah taktik super jitu akan dikeluarkan untuk melawan parkiran bus-bus di depan gawang Casillas.

Di akun twitter saya juga menyebut bahwa Mourinho tidak hanya mengandalkan taktik “negative football”, tetapi sudah mengarah ke arah “LICIK”.

Apa taktik licik Mou?

1.Meninggikan rumput lapangan Bernabeu.

Kondisi lapangan saat melawan Barca menjadi perhatian serius Mou. Untuk melawan alur bola tikitaka Barca, rumput di lapangan Santiago Bernabeu ditinggikan lebih dari biasanya. Walhasil aliran bola pemain Barca menjadi tidak secepat biasanya.

Taktik ini menurut saya ada unsur kelicikan. Kenapa sih tidak membiarkan saja rumput itu apa adanya. Toh, kalau memang pemain Madrid punya kualitas, ayo bertarung dengan skill yang ada. Permainan teknik dilawan dengan permainan teknik. Bukan dengan rumput. Kenapa harus rumput yang jadi alat untuk memenangkan pertandingan?

Taktik licik memanipulasi kondisi lapangan ini juga pernah digunakan Mou saat menukangi Chelsea melawan Barca. Dia menggenangi lapangan dengan air sehingga aliran bola Barca juga menjadi liar.

2.Kontak Badan.

Saat el-clasico jilid II di Bernabeu, saya kaget melihat pemain-pemain Barca, terutama striker sering jatuh sebelum mereka mendapat bola. Saya perhatikan, mungkin ini adalah taktik licik juga agar penyerang tidak jadi melakukan serangan. Bola akan jatuh ke kaki lawan atau paling aman bola akan dikembalikan ke belakang lalu memulai rencakan penyerangan baru. Kontak badan ini tidak akan dilihat wasit karena wasit akan melihat area yang dekat dengan bola. Ini disebut Hidden Fault. Pelanggaran yang luput dari pengamatan wasit. Seperti copet di bus atau kereta. Aksi kriminal itu tidak diketahui oleh korban. Berbeda dengan perampokan. Mou sangat jeli dalam melihat kelengahan-kelengahan wasit. Seperti juga para pencopet yang jeli melihat kelengahan korban dan aparat penegak hukum.

Karena taktik inilah serangan-serangan Barca selalu gagal sejak bola berada di tengah lapangan. Bangkit dari jatuh cukup memakan energi sehingga pemain mudah kelelahan.

3.Tekel Keras.

Anda bisa saksikan sendiri bagaimana Pepe memasang pul sepatunya ke arah kaki Alves. Anda juga pasti tidak buta melihat Marcello menginjak betis Pedro. Anda lihat juga bagaimana Adebayor menempeleng wajah Sergio. Dan berbagai pelanggaran keras yang dilakukan pemain-pemain Madrid. Tetapi peristiwa ini bukan semata-mata inisiatif pribadi pemain, melainkan pasti arahan dari pelatih mereka.

Mou dalam sesi latihan selalu berlatih dengan 10 pemain saat akan berhadapan dengan skuad Pep. Ini adalah antisipasi sekiranya salah satu dari pemain mereka dikeluarkan dari lapangan secara tidak hormat. Taktik tekel menekel dengan keras ini harus digunakan karena ketiadaan kreatifitas dari pelatih dan pemain untuk menghadang serangan-serangan dahsyat nan aduhai dari pemain-pemain Barca. Mou merasa telah kalah secara teknis dan skill, makanya pilihan ini harus digunakan. Namun di hadapan pers, Mou mengatakan bahwa taktik ini digunakan karena wasit selalu berpihak pada Barca. Mou selalu heran kenapa setiap melawan Barca harus ada pemainnya yang dikartumerahkan.

Lalu kenapa Anda harus heran Mou? Pilihan taktik Andalah yang membuat wasit tak segan mengeluarkan kartu merah.

Mou seperti juga para politisi yang melakukan pencitraan di hadapan publik saat pemilu atau pilkada. Seolah-olah dia terzolimi oleh keputusan wasit. Fitnah-fitnah kepada Pep dan lembaga FC Barcelona yang dilancarkan saat konfrensi pers sungguh suatu perbuatan yang memalukan. Dan Mou tidak pernah malu untuk melakukannya berkali-kali.

4.Mencari keuntungan di kotak pinalti.

Taktik licik ini manjur digunakan Mou saat el-clasico jilid 2. Dan Marcello lah yang jadi bintangnya. Korbannya tentu saja Dani Alves. Saya perhatikan berulang-ulang tayangan itu, posisi Alves berada di depan Marcelo. Dan waktu mengamankan bola, Alves sama sekali tidak menyentuh pemain Madrid itu. Bola lah yang disentuhnya. Aksi diving ini (ini benar-benar diving karena tak ada pelanggaran tetapi Marcelo menjerti-jerit kesakitan). Maka jatuhlah keputusan wasit memberikan kado pinalti buat Madrid. Perlu diingat bahwa keputusan wasit ini sama sekali tidak dipermasalahkan kubu Barca.

Taktik ini juga diniatkan dipergunakan saat RM melawan Sporting Gijon di Barnebau waktu ketinggalan 0-1. Tetapi kado yang dinanti-nanti urung diberikan karena aksi diving beberapa pemain Madrid kurang mengesankan bagi wasit.

Dari keempat poin itu, nampak jelas bahwa Mou sangat pintar kalau tidak ingin dikatakan licik, melihat titik-titik untuk memanipulasi keputusan wasit. Baik itu yang berupa tidak diberikannya kartu bagi pemainnya, juga keputusan yang menguntungkannya.

Lalu bagaimana Pep mengantisipasi taktik licik itu?

Seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa kemarahan Pep atas kezholiman Mou bisa mengeluarkan semua kemampuan yang ada dalam dirinya. Yah, seperti Avatar Aang itu lah. Pep juga memanipulasi kelemahan wasit.

Point pertama tentang kondisi lapangan. Sehari sebelum el-clasico IV digelar, skuad Pep mengadakan latihan di lapangan berumput gondrong itu sebagai proses adaptasi bagi para pemainnya. Hasilnya kita lihat sendiri. Permainan tiki-taka berjalan dengan sempurna. Rumput sudah berhasil diatasi. Saya jadi berfikir, mungkin di kemudian hari rumput di lapangan itu akan di extention lebih gondrong lagi. Seperti orang yang meng-hair extention rambutnya di salon. Bisa nambah beberapa mili, bisa juga beberapa meter.

Poin kedua, Pep memerintahkan pemain depannya untuk tidak terlalu dekat atau menjaga jarak dengan pemain belakang Mou. Taktik ini cukup jitu karena saya tidak sering lagi melihat penyerang Barca jatuh sebelum mendapat bola. Walaupun kadang juga terjadi. Seperti saat Albiol menghadang laju Pedro.

Point ketiga tentang takel dan pelanggaran keras. Setiap kali pemain RM melakukan kekerasan dalam lapangan, pemain Barca beraksi berlebihan. Ini dilakukan untuk mencuri perhatian wasit bahwa mereka sedang dianiaya. Bila itu tidak dilakukan maka wasit akan terus membiarkan penganiyaan berlangsung.

Banyak orang (terutama fans Madrid) mengatakan bahwa aksi Alves, Pedro, dan Busquet ini adalah diving. Tapi menurut saya bukan karena aksi yang dikategorikan diving adalah yang bukan pelanggaran tetapi pemain berekting seolah-olah terjadi pelanggaran. Aksi beberapa pemain Barca ini semata-mata reaksi yang sedikit lebay lah. Anda bisa bayangkan jika reaksi mereka tidak lebay dan tidak menarik minat wasit mengeluarkan kartu, maka pemain RM akan terus menerus melakukan hal tersebut sampai tulang-tulang Alves, dkk, retak. Tubuh memar-memar.

Sebagai contoh pelanggaran yang dilakukan Pepe. Kubu Madrid melansir foto dan video tentang kejadian itu, lalu mengatakan bahwa kaki Pepe sama sekali tidak menyentuh bagian tubuh Alves. Coba Anda amati lagi dengan seksama, posisi Alves bergerak ke depan lalu kaki kanannya melayang ke belakang. Jika tidak bersentuhan, maka kaki Alves akan jatuh ke depan beserta tubuhnya. Tetapi ini justru berlawanan dengan gerakannya yang sangat cepat. Bila tidak bersentuhan, maka Alves memang seorang pemain akrobat yang sangat profesional. Bisa juga dia disejajarkan kemampuan kungfunya dengan Jet Lee atau Wong Fei Hong. Tapi saya sulit membayangkan itu.

Untuk point keempat syukurlah tidak sempat terjadi karena pemain RM sangat jarang masuk ke areal kotak pinalti lawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun