Bandara Incheon-Seoul Dingin, tenang, dan asing...itulah kesan pertama yang aku dan istriku rasakan ketika menginjakan kaki di Bandara Incheon, Seoul-Korea Selatan. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami sampai di bandara Incheon Korea pkl 09.00 waktu setempat atau pukul 07.00 waktu Indonesia. Kami melewati imigrasi tanpa ada hambatan yang berarti, dan tidak ada antrian yang panjang. Hanya saja pada saat aku diperiksa, petugas imigrasi nampak kesulitan memasukan identitasku. Dia pun bertanya "Is this your first time visiting Korea?" Aku menjawab dengan mantap "Yes, this is my first time visiting Korea!" Akhirnya kami berhasil melewati imigrasi dengan selamat. [caption id="attachment_108235" align="aligncenter" width="300" caption="Menunggu Bus di Bandara Incheon"][/caption] Perjalanan Menuju Hotel
Tujuan kami selanjutnya adalah Somerset Palace Seoul, yaitu hotel tempat kami akan menginap selama tiga minggu. Untuk menuju ke hotel, ada tiga alternatif kendaraan yang bisa dipilih, yaitu bus, kereta, dan taxi. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya kami lebih memilih menggunakan bus dibandingkan kereta dan taxi karena alasan ekonomis dan mengingat tempat yang akan kami tuju lebih mudah dijangkau dengan kendaraan tersebut. Kami tidak merekomendasikan untuk memakai taxi karena biaya taxi di Korea sangat mahal. Kami pun membeli tiket bus tujuan Incheon-Anguk Station dengan harga 10.000 Korean Won (KRW), atau sekitar Rp80.000.00. Kami menunggu bis dengan nomor lambung 6011 selama sekitar 10 menit. Udara di sekitar bandara cukup dingin sekitar 9 derajat celcius, dan lumayan menusuk tulang karena kebetulan kami berdua tidak memakai jaket. Sebelum berangkat kami sempat melihat prediksi weather.com yang menyebutkan suhu udara di Seoul berkisar antara 20-25 derajat celcius. Ternyata prediksi tersebut meleset dan alhasil kami pun kedinginan karena hanya memakai kaos tipis.
[caption id="attachment_108191" align="aligncenter" width="300" caption="Tike Bus Jurusan Incheon-Anguk Station"][/caption] Untungnya bus dengan nomor 6011 itu datang menjemput kami yang sudah mulai mengigil kedinginan, dan kami segera masuk kedalam bus. Sistem transportasi bus disini sudah sangat bagus. Kami tinggal menyerahkan tiket dan barang-barang kami dimasukkan ke bagasi bus oleh petugas bandara. Untuk bukti pengambilan barang pada saat turun nanti, mereka memberikan nomor yang juga telah ditempel di koper. Sebelum bus berangkat, sopir mengingatkan para penumpang untuk memakai sabuk keselamatan. Meskipun menggunakan bahasa Korea, kami cukup mengerti dari bahasa isyarat yang diperagakan oleh sopir tersebut. [caption id="attachment_108243" align="aligncenter" width="300" caption="Rute Bus 6011"][/caption] [caption id="attachment_108196" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan dari dalam Bus 6011"][/caption] Perjalanan ke hotel Somerset memakan waktu selama 70 menit. Pada perjalanan 30 menit pertama, pemandangan di sekitar jalan tol bandar Incheon terlihat biasa saja, tidak beda jauh dengan pemandangan di sekitar bandara Soetta. Di sekitar jalan tol Incheon tampak banyak lahan kosong yang terkesan tidak diurus oleh pemiliknya (lihat foto). Disini aku sempat berujar "Masa pemandangan di Korea ga beda dengan Indonesia?" Namun ternyata setelah melewati tiga puluh menit pertama, kami mulai memasuki daerah perkotaan. Pemandangan areal perkotaan Seoul sangat mirip dengan Tokyo (kebetulan aku pernah kesana tahun 2007) dimana banyak bangunan tinggi yang saling berjejeran. Di area perkotaan, bangunan apartemen lebih mendominasi dibandingkan perumahan. Pemandangan ini membawa memori kami melayang ke pemandangan di sebuah film Korea yang pernah kami tonton. [caption id="attachment_108202" align="aligncenter" width="300" caption="Lahan Kosong Sekitar Bandara Incheon"][/caption] [caption id="attachment_108203" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana Kota Seoul"][/caption] Singkat cerita, bus telah sampai di Anguk-Station, tempat pemberhentian yang dekat dengan hotel Somerset. Lokasi Anguk-Station dapat ditempuh sekitar tiga menit dengan jalan kaki. Kami sempet kebingungan kearah mana kaki harus dilangkahkan. Tiba-tiba datang seorang Bapak paruh baya yang berusaha membantu. Setelah tahu kami akan menuju Somerset, dia pun langsung menjelaskan arah menuju hotel. Tentu saja kami terbengong-bengong tanda kebingungan karena Bapak itu menjelaskan dalam bahasa Korea. Tidak puas dengan jawaban Bapak itu, kami kemudian bertanya ke petugas dari kepolisian yang sedang berjaga di pos polisi sambil menunjukkan nama hotel Somerset yang kami peroleh dari brosur. Dengan wajah mantap polisi itu keluar dari pos dan tanpa berkata sedikit pun dia menunjukkan tangannya ke arah dimana lokasi gedung Somerset berada. Wuih, cape deh..ternyata orang Korea sebagian besar tidak bisa bahasa Inggris. Terlepas dari semua ini, aku bisa menyimpulkan bahwa orang Korea memang terkenal baik dan ramah. Hotel Somerset Seoul Setibanya di hotel, kami langsung check in. Untungnya kali ini petugas hotel fasih berbicara Inggris sehingga memudahkan dalam berkomunikasi. Kami mendapat kamar dilantai lima. Hotel ini sangat bagus dan cocok buat pelancong yang akan tinggal lama di Seoul. Fasilitas hotel sangat lengkap, dan uniknya berbagai perlengkapan masak memasak seperti kompor listrik, microwave, rice cooker, roast toaster, dan pemanas air semuanya tersedia dalam kamar. Yang lebih unik lagi, mereka juga menyediakan mesin cuci, tempat cuci piring dan berbagai perlengkapan makan. [caption id="attachment_108210" align="aligncenter" width="300" caption="Perlengkapan Memasak Hotel Somerset"][/caption] [caption id="attachment_108211" align="aligncenter" width="300" caption="Mesin Cuci Hotel Somerset"][/caption] Setelah puas melihat lihat kamar, kami membongkar perbekalan yang telah kami siapkan dari Indonesia. Makanan di Korea terkenal mahal. Selain itu, bagi bagi orang muslim harus berhati-hati karena banyak restoran sebagian besar restoran menyediakan menu yang tidak halal. Oleh karena itu, untuk menghemat pengeluaran dan menghindari makanan yang tidak halal, kami sengaja membawa berbagai kebutuhan seperti beras, rendang, indomie, sarden, kornet, kecap, dan bumbu instan. [caption id="attachment_108213" align="aligncenter" width="300" caption="Perbekalan dari Indonesia"][/caption] Lihatlah perbekalan yang kami bawa, cukup banyak kan!?he2.. Itu bekal kami di Korea selama tiga minggu. Pada awalnya kami ragu-ragu membawa perbekalan itu karena takut disita petugas imigrasi. Tapi ternyata bisa lolos, kamipun senang karena masih bisa menikmati makanan cita rasa Indonesia. Namun ada sedikit saran, sebaiknya tidak membawa buah-buahan segar karena ada seorang teman yang membawa buah-buahan dan ternyata barang bawaannya tersebut disita oleh petugas bandara Incheon. Setelah membereskan pakaian dan perbekalan yang kami bawa, kami sangat kelaparan dan segera membuat indomie dengan lauk rendang. Setelah kenyang kami beristirahat karena perjalanan tujuh jam cukup membuat kami kelelahan. [caption id="attachment_108217" align="aligncenter" width="300" caption="Kombinasi Indomie dan Rendang"][/caption] Kisah selanjutnya: Insa-dong, Geyongbokgung Palace, Itaewon...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H