Mohon tunggu...
Firman Hidayat
Firman Hidayat Mohon Tunggu... -

Pernah bekerja di bank asing dan mengajar di salah satu universitas di Jakarta. Profesi terakhir sebagai peneliti ekonomi, dan merupakan alumni dari University of Illinois-USA, program Master of Science in Policy Economics. Meluangkan waktu senggang untuk menemani istri, membaca buku, dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengadili China di Forum G20

21 Oktober 2010   13:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:14 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_298036" align="alignleft" width="300" caption="http://www.worldculturepictorial.com/"][/caption]

Pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral 20 negara (G20) yang akan berlangsung pada 22 s.d. 23 Oktober 2010 di Gyeongju-Korea diperkirakan berlangsung alot karena akan membahas isu perang mata uang yang akhir-akhir ini menjadi topik hangat diantara para pengambil kebijakan global.

“Penyelesaian isu perang mata uang akan menjadi agenda utama G20 dan pemerintah Amerika Serikat mengharapkan negara lain untuk menyepakati aturan penetapan kebijakan nilai tukar,” demikian disampaikan oleh Menteri Keuangan AS Timothy Geithner. Pernyataan Geithner tersebut mengindikasikan bahwa AS akan menggunakan kekuatannya dalam forum G20 untuk mengadili China. AS bersama-sama dengan negara Uni Eropa diyakini akan membujuk anggota G20 lainnya untuk mendesak China melepaskan Yuan untuk bergerak sesuai dengan mekanisme pasar.

AS selama ini sudah cukup gerah dengan kebijakan ekonomi China yang menerapkan capital control dan melakukan intervensi untuk membatasi penguatan mata uang Yuan terhadap Dollar AS.

Kebijakan tersebut tentu saja menguntungkan ekonomi China karena barang-barang ekspor China menjadi lebih kompetitif di pasar global. Padahal, AS sangat membutuhkan pertumbuhan ekspor untuk mendongkrak perekonomiannya yang hingga saat ini belum sepenuhnya pulih dari krisis.

Kebijakan yang ditempuh China memang selalu kontroversial. Saat ini, ekonomi China sedang menghadapi risiko asset bubbles dan ancaman peningkatan inflasi. Di bulan September 2010, inflasi China mencapai 3,6%, dan merupakan pencapaian yang tertinggi dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Untuk meredam ancaman inflasi tersebut, setidaknya terdapat dua alternatif kebijakan yang dapat ditempuh oleh Bank Sentral China, yaitu dengan membiarkan mata uang Yuan menguat terhadap Dollar AS atau menaikkan suku bunga. Dengan nilai mata uang Yuan yang menguat, maka harga barang-barang impor ke China akan menjadi lebih murah sehingga dapat mengurangi tekanan inflasi dalam negeri. Namun, pilihan kebijakan ini mempunyai kekurangan dimana penguatan Yuan akan mendorong harga barang-barang ekspor China menjadi tidak kompetitif di pasar global.

Alih-alih tidak mau kinerja ekspornya melemah, China lebih memilih alternatif kedua, yaitu menaikkan suku bunga. Hari ini, 21 Oktober 2010, Bank Sentral China telah mengeluarkan kebijakan moneter ketat dengan menaikkan suku bunga simpanan dan kredit masing-masing sebesar 25 basis point. Suku bunga simpanan di China naik dari 2,25% menjadi 2,50%, dan suku bunga kredit naik dari 5,31% menjadi 5,56%.

Kebijakan Bank Sentral China tersebut menuai berbagai kritik karena kombinasi kebijakan yang ditempuhnya (capital control, intervensi mata uang, dan menaikkan suku bunga) akan menyulitkan negara lain untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkannya.

Dengan kata lain, China telah melancarkan strategi perang nilai tukar yang pada akhirnya dapat berujung pada perang dagang antar negara. Akankah China mengikuti kemauan AS dengan membiarkan Yuan menguat terhadap Dollar AS? Mari kita tunggu hasil G20. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun