Mohon tunggu...
Firman Hidayat
Firman Hidayat Mohon Tunggu... -

Pernah bekerja di bank asing dan mengajar di salah satu universitas di Jakarta. Profesi terakhir sebagai peneliti ekonomi, dan merupakan alumni dari University of Illinois-USA, program Master of Science in Policy Economics. Meluangkan waktu senggang untuk menemani istri, membaca buku, dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

237,6 Juta Jiwa...So What?

16 Agustus 2010   18:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:58 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_228506" align="alignleft" width="300" caption="http://metro.vivanews.com/"][/caption]

Badan Pusat Statistik baru-baru ini telah mempublikasikan hasil sensus penduduk tahun 2010 dan penduduk Indonesia dinyatakan berjumlah 237,6 juta jiwa. Angka ini mengalami kenaikan sekitar 15% apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 yang berjumlah 205,1 juta jiwa. Lalu, apa yang bisa kita simpulkan dari data statistik ini? Apakah jumlah penduduk Indonesia yang besar ini merupakan anugerah bagi kita?

Hmmm...memang tidak mudah untuk mengkategorikan ini sebagai suatu anugerah. Bertambahnya jumlah penduduk bisa menjadi anugerah apabila kita bisa mengoptimalkannya dengan baik. Yang perlu menjadi catatan disini adalah bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Bahkan di kawasan ASEAN, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar (lihat grafik di bawah-klik grafik untuk memperbesar gambar).

Dari grafik di atas, kita bisa melihat bahwa jumlah penduduk kita menguasai sekitar 39% dari jumlah penduduk negara-negara di kawasan ASEAN. Bandingkan dengan Malaysia yang hanya berjumlah 5%, atau bahkan Singapura yang hanya berjumlah 1%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki modal dasar yang kuat (baca: jumlah penduduk yang besar) dibandingkan negara lain di ASEAN dan sudah sepantasnya negara lain (terutama Malaysia dan Singapura) harus lebih menaruh hormat kepada kita. Sayangnya, modal kuat yang kita memiliki ini tidak didukung dengan kekuatan alutsista yang memadai sehingga Indonesia cenderung dilecehkan oleh negara tetangga (red: kasus penangkapan tiga petugas Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia oleh polisi Malaysia).

Dilihat dari sudut pandang ekonomi, Indonesia juga memiliki potensi ekonomi yang jauh di atas negara-negara lain di ASEAN (lihat grafik di bawah-klik grafik untuk memperbesar gambar). Nilai produk domestik bruto kita menguasai 39% (kebetulan angkanya mirip dengan persentase jumlah penduduk) dari total produk domestik bruto negara-negara di ASEAN. Sekali lagi, cobalah bandingkan dengan Malaysia yang hanya sebesar 12% dan Singapura yang hanya sebesar 11%. Dengan nilai produk domestik bruto sebesar ini Indonesia menjadi partner dagang yang strategis bagi negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

Kita kembali ke inti permasalahan kita, apakah ini merupakan suatu anugerah? Melihat fakta-fakta di atas, jelaslah bagi kita bahwa besarnya jumlah penduduk merupakan suatu anugerah. Jumlah penduduk yang semakin besar dapat diartikan bahwa jumlah penduduk yang siap bekerja (labor) juga akan semakin bertambah. Kalau kita mengingat kembali Teori Cobb-Douglas Production Functions, bertambahnya labor akan mendorong peningkatan ekonomi (total produksi), dengan catatan bahwa besarnya peningkatan total produksi tergantung dari elastisitas output tenaga kerja dan faktor lainnya dianggap tetap (ceteris paribus). Singkatnya, pertambahan jumlah penduduk dapat menjadi modal dasar bagi kita untuk menggapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Yang perlu kita ingat adalah anugerah tersebut bisa berbalik menjadi musibah apabila kita tidak bisa mengelolanya dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk bisa membuka lapangan kerja baru sehingga pertambahan tenaga kerja dapat diserap oleh sektor-sektor ekonomi. Dengan demikian, jumlah penduduk yang semakin besar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun