Menjadi mahasiswa adalah pengalaman yang penuh tantangan dan kesempatan. Namun, di balik hiruk-pikuk kehidupan kampus, tekanan akademik sering kali menjadi pemicu stres yang signifikan. Stres ini tidak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga dapat berdampak pada performa akademik dan kehidupan sosial mahasiswa. Dalam artikel ini, kita akan membahas sumber utama stres pada mahasiswa, dampaknya, dan strategi untuk mengatasinya, dengan dukungan dari studi terbaru.
Tekanan akademik merupakan salah satu penyebab utama stres pada mahasiswa. Kurikulum yang padat dan tugas-tugas yang terus menerus datang membuat banyak mahasiswa kesulitan mengatur waktu dan memprioritaskan tanggung jawab mereka. Sebuah studi oleh Beiter et al. (2015) menemukan bahwa tugas akademik yang berlebihan menjadi penyebab utama stres pada mahasiswa perguruan tinggi. Banyak dari mereka merasa terjebak dalam siklus belajar yang tidak memberikan ruang untuk istirahat atau aktivitas pribadi.
Selain itu, ekspektasi yang tinggi, baik dari pihak keluarga maupun lingkungan sosial, juga menambah beban psikologis mahasiswa. Mahasiswa sering kali merasa bahwa mereka harus mencapai hasil yang sempurna untuk memenuhi harapan tersebut. Penelitian oleh Yang et al. (2021) menunjukkan bahwa tekanan dari orang tua yang terlalu tinggi berkorelasi dengan tingkat stres dan kecemasan yang lebih besar pada mahasiswa, khususnya pada mereka yang baru memasuki dunia perkuliahan.
Tidak hanya itu, lingkungan kampus juga memengaruhi tingkat stres mahasiswa. Kompetisi di antara mahasiswa sering kali membuat mereka merasa tidak cukup baik atau kurang kompeten, terutama dalam jurusan dengan tingkat persaingan yang tinggi. Ditambah lagi, isolasi sosial akibat kurangnya dukungan dari teman-teman sebaya dapat memperburuk kondisi tersebut. Menurut penelitian oleh Saleh et al. (2017), mahasiswa yang tidak memiliki dukungan sosial yang kuat lebih rentan mengalami depresi dan kecemasan.
Di sisi lain, faktor finansial juga menjadi sumber stres yang signifikan. Banyak mahasiswa harus bekerja sambil belajar untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Hal ini sering kali mengurangi waktu belajar mereka dan meningkatkan risiko kelelahan. Sebuah studi oleh Turner et al. (2021) mengungkapkan bahwa tekanan finansial memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental mahasiswa, terutama pada mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi yang kurang stabil.
Dampak dari tekanan akademik ini tidak boleh dianggap remeh. Mahasiswa yang mengalami stres kronis cenderung menunjukkan gejala seperti kelelahan, gangguan tidur, dan bahkan kehilangan motivasi untuk belajar. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan penurunan performa akademik dan bahkan peningkatan risiko drop-out. Penelitian oleh Schmid et al. (2019) menyebutkan bahwa stres akademik yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental yang lebih serius, seperti depresi klinis.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan mahasiswa, institusi pendidikan, dan keluarga. Mahasiswa perlu dilatih untuk mengelola waktu mereka dengan lebih efektif dan mengenali batasan diri mereka. Program berbasis mindfulness, seperti yang dijelaskan dalam studi oleh Bamber dan Schneider (2016), telah terbukti efektif dalam mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis mahasiswa. Selain itu, institusi pendidikan perlu menyediakan layanan konseling yang mudah diakses serta program pengembangan keterampilan manajemen stres.
Dukungan sosial juga memainkan peran penting dalam mengurangi stres mahasiswa. Memiliki teman yang dapat dipercaya untuk berbagi pengalaman dapat membantu mahasiswa merasa lebih terhubung dan didukung. Menurut penelitian oleh Peng et al. (2022), mahasiswa yang memiliki jaringan sosial yang kuat cenderung lebih mampu menghadapi tekanan akademik dan menjaga keseimbangan emosional mereka.
Stres di kalangan mahasiswa adalah masalah kompleks yang dipicu oleh berbagai faktor, termasuk tekanan akademik, ekspektasi sosial, dan tantangan finansial. Untuk mengatasinya, diperlukan kolaborasi antara mahasiswa, keluarga, dan institusi pendidikan. Dengan pendekatan yang tepat, mahasiswa dapat belajar untuk mengelola stres mereka dengan lebih baik, sehingga mereka dapat menikmati pengalaman belajar yang lebih bermakna dan produktif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI