Mohon tunggu...
FIRMAN AJI ARDIANSYAH
FIRMAN AJI ARDIANSYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tech Enthusiast Icon by shohanur.rahman13

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Deepfake hingga Misinformasi, Etika dalam Penggunaan Generative AI

24 Desember 2024   16:55 Diperbarui: 24 Desember 2024   17:09 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Deepfake (Photo by ThisIsEngineering: https://www.pexels.com/photo/code-projected-over-woman-3861969/)

Hadirnya kecerdasan buatan (AI) merupakan salah satu bentuk hasil dari kemajuan teknologi yang berkembang pesat. AI membawa kita ke era baru dimana mesin tidak hanya mampu memahami dan menganalisis sebuah data, tetapi juga menciptakan konten yang memiliki kemampuan untuk meniru karya manusia. Salah satu inovasi yang menonjol dari kecerdasan buatan ini adalah Generative AI. Generative AI adalah salah satu jenis AI yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan gambar, teks, video dan audio secara otomatis. Teknologi ini telah merevolusi berbagai sektor, dari industri kreatif hingga kesehatan, dengan memberikan solusi-solusi baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Namun, dibalik berbagai manfaat yang diberikan, adanya tantangan besar yang menyertainya, khususnya terkait etika penggunaan. Salah satu contoh yang paling kontroversial adalah penggunaan deepfake, dimana AI digunakan untuk menciptakan video atau audio palsu yang tampak nyata. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan hal-hal negatif seperti menyebarkan disinformasi, merusak reputasi suatu individu dan memanipulasi opini publik. Selain itu, generative AI juga memiliki peran dalam mempercepat penyebaran sebuah misinformasi, dimana konten yang kebenarannya tidak akurat dan menyesatkan dapat disebarkan dengan cepat yang dapat menciptakan kebingungan dan kerugian di masyarakat. Misalnya, dalam konteks politik, AI dapat digunakan untuk menciptakan berita palsu yang memengaruhi persepsi publik terhadap suatu isu.

Menyadari potensi penyalahgunaan ini, adanya kebutuhan untuk merancang regulasi dan pedoman etis dalam pengguanaan generative AI dengan harapan teknologi ini tidak disalahgunakann. Tanggung jawab tidak hanya terletak pada pengembang teknologi, tetapi juga pada platform teknologi serta pengguna individu untuk memastikan bahwa teknologi ini tidak merugikan masyarakat.

Salah satu solusi etis adalah untuk memastikan konten yang dihasilkan AI bisa diidentifikasi secara jelas, sehingga pengguna dapat membedakan antara konten yang asli dan konten yang dibuat oleh AI untuk menjaga integritas informasi. Solusi lainnya adalah adanya edukasi publik tentang penyalahgunaan AI serta dampaknya harus menjadi prioritas, dengan harapan meningkatkan kesadaran terhadap risiko yang terkait.

Pada akhirnya, dengan kerjasama yang kuat antara semua pihak, kita bisa memastikan bahwa Generative AI digunakan secara bertanggung jawab, untuk menciptakan inovasi yang membawa manfaat tanpa mengorbankan etika. Edukasi, regulasi, dan teknologi pendukung akan menjadi kunci untuk melindungi masyarakat dari risiko-risiko yang ditimbulkan oleh teknologi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun