Suatu hari Jimmo melihat adiknya pulang dengan muka bengap-bengap. "Kenapa muka kamu!?" tanya Jimmo kepada adiknya. "Barusan dipukuli preman yang biasa nongkrong di ujung gang situ," jawab adiknya sembari meringis dan memegangi wajahnya yang benjut.
"Kurang ajar! Berani sekali dia memukuli kamu! Ayo kita ke sana, kita cari preman itu!" Jimmo tampak emosi.
Sampai di ujung gang tempat beberapa preman biasa nongkrong, Jimmo berkoar lantang. "Siapa tadi yang memukuli adik saya!?" tanya dia dengan mata melotot.
Seorang preman yang tubuhnya besar dan bertato tunjuk tangan. "Saya tadi yang memukuli adik kamu. Emangnya kenapa!?" tanya preman itu.
"Enggak kenapa-kenapa. Saya cuma mau bilang, kalau adik saya salah, saya minta maaf...." jawab Jimmo sembari menggamit tangan adiknya menjauhi tempat itu.
NB: Sedang menjajaki kemungkinan mengembalikan kejayaan Negeri Ngotjoleria. Hehehehehe....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H