[caption id="attachment_87089" align="alignleft" width="300" caption="Jimmo, dari kecil emang udah bandel..."][/caption] Dari muda, Jimmo memang terkenal bandel. Watak yang membuat Kit Rose, bundanya, sebal. Suatu hari Bunda Kit hendak mencuci pakaian, dia marah karena baskom-baskom dan bak mandi kosong. Jimmo belum menimba sumur! “Dasar bandeeeeeellll! Awas ya Jim, belum nimba sudah keluyuran!” Bunda Kit mengomel tak karuan. Dia pun mencari keberadaan Jimmo. Setelah tanya sana tanya sini, Bunda Kit tahu anaknya yang bandel itu ada di Tugu Air Mancur. Jimmo sedang ikut demonstrasi mahasiswa menuntut pencopotan Wali Kota yang diduga membuka bisnis warung dengan dana APBD. Padahal Jimmo waktu itu masih kelas 1 SMA. Meluncur ke lokasi unjukrasa, Bunda Kit melihat Jimmo di tengah kerumunan massa. Ada yang berorasi dengan megaphone di tangan, ada yang membawa karton bertuliskan tuntutan. Jimmo tampak ikut meneriakkan yel-yel. “Turunkan Wali Kota!” “Turunkan Wali Kota!” Dua tangannya membentangkan karton di depan dada bertuliskan “Hareee Geneee Korupsi! Emang Enak?” Melihat anaknya itu, Bunda Kit bergegas menghampiri. “Jimmo! Ayo pulang! Belum ngisi bak sudah maen! Dasar bandel!” teriaknya sambil menjewer telinga anaknya. “Iya Bun! Iya Bun! Jimmo pulang!” jerit Jimmo yang malu menjadi perhatian para demonstran. [caption id="attachment_87090" align="alignright" width="225" caption="Bunda gaol, hehehehehe"][/caption] Sampai rumah, dengan merengut Jimmo menimba sumur untuk mengisi berbagai ember, baskom, dan bak mandi. Sama sekali tidak ada keikhlasan dia melakukan pekerjaan membesarkan otot bisep itu. “Saban hari nimba, bikin bete aja! Bukannya beli Sanyo (mesin pompa air)!” Jimmo merutuk dalam hati. Kewajiban menimba itulah yang membikin Jimmo tak betah di rumah. Apalagi sumur di rumahnya cukup dalam. Itulah yang kemudian membuat Jimmo memutuskan minggat dan berkenalan dengan Simbok yang mengajarinya Rock ‘N Roll. Atas kepergian Jimmo, Bunda Kit sedih bukan main. Maklumlah, Jimmo anak satu-satunya dan menjadi tulang punggung keluarga dalam hal mengisi bak mandi. Setelah mencari kesana kemari tak jua menemukan Jimmo, Bunda Kit akhirnya memasang iklan di media massa. Isinya singkat saja: “Jimmo, pulanglah Nak, Bunda sudah beli Sanyo...” Catatan: Kisah yang nyata fiktifnya ini saya buat untuk sedikit mengendurkan saraf yang tegang digempur berita demo mahasiswa. Tidak ada banci ataupun hewan yang terluka selama pembuatan naskah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H