Mohon tunggu...
Firman Seponada
Firman Seponada Mohon Tunggu... -

Memegang idealisme itu laksana menggenggam bara api. Tak banyak orang mau melakukannya. Sebab, hanya sedikit yang sudi bersusah-susah mencari pelindung telapak agar tak melepuh.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bahagianya Mereka….

18 Mei 2010   18:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:07 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_144287" align="alignleft" width="300" caption="Mereka sedang berburu keong. (Dok. Sekarsari Indah Cahyani)"][/caption] Tujuh bocah berumur 8 sampai 10 tahun, tampak berjalan di pematang sawah sembari bersenda gurau. Tangan kecil mereka menjinjing ember, ada pula yang membawa kantong plastik. Anak-anak itu tampak berbahagia. Oh! Ternyata para siswa SD itu hendak mencari keong. Ini pekerjaan yang rutin mereka lakukan. Bocah-bocah itu biasanya ke sawah pada hari libur sekolah untuk memunguti hewan bercangkang yang berprotein tinggi itu. Anak-anak suka menyantap daging keong yang memang lezat. Keong sawah biasanya melimpah pada musim hujan. Bagi petani, satwa yang bernama latin Bellamya javanica den bush itu termasuk hama, hewan pengganggu. Mereka tidak merusak tanaman, tetapi mengganggu pertumbuhan tanaman padi. [caption id="attachment_144291" align="alignright" width="300" caption="Si Cilik dengan embernya, mencari keong sawah. (Dok. Sekar Sari Indah Cahyani)"][/caption] Di satu petak sawah, anak-anak desa itu berpencar dan mulai berburu binatang air yang juga disukai bebek itu. Mereka tidak takut kotor terkena lumpur. Para bocah lelaki tadi terus memunguti keong dan memasukkannya ke ember atau kantong plastik yang mereka usung. Tidak sampai setengah jam, mereka menyudahi perburuan. Hasil tangkapan pun dihitung. Seorang anak bisa mendapatkan seratusan ekor hewan sebesar jempol tangan itu.  Sebelum pulang, keong-keong itu mereka bersihkan dengan air sawah. Sumber gizi itu akan mereka berikan kepada ibu untuk dimasak. [caption id="attachment_144293" align="alignleft" width="300" caption="Si Lezat Bergizi. (Dok. Sekar Sari Indah Cahyani)"][/caption] Ada sejumlah nama dipakai untuk menyebut si keong sawah yang lezat dan bergizi tinggi ini. Orang Jawa ada yang menyebutnya tutut, adapula yang memanggilnya remis. Sedangkan orang Lampung Barat menamainya puhau. Dagingnya kenyal. Hewan ini memang lezat. Itu sebabnya, sering menjadi menu andalan di rumah-rumah makan. Keong kaya akan nutrisi dan rendah lemak. Konon, proteinnya mencapai 15 persen sedangkan lemaknya cuma 2,4 persen. Maka bisa disebut rendah kolesterol, karena itu, baik bagi kesehatan. Banyak lelaki gemar memakan keong bukan cuma karena rasanya yang enak. Entah dagingnya mengandung apa, yang jelas ada orang percaya keong bisa meningkatkan vitalitas dan stamina. [caption id="attachment_144296" align="alignright" width="300" caption="Mereka mencari keong bukan demi perkasa. (Dok. Sekarsari Indah Cahyani)"][/caption] Meskipun begitu, bocah-bocah cilik ini mencari keong pasti bukan untuk menjadi perkasa kelelakiannya. Melainkan semata-mata mengisi waktu libur dengan kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat. Apa yang dilakukan bocah-bocah di Natar, Lampung Selatan itu, pasti membikin iri anak-anak kota. Sebab, di kota sudah hampir tidak ada sawah lagi. Lingkungan mereka telah menjadi aspal dan bangunan beton. Catatan: Lagi-lagi ini bukan tulisan kuliner atawa wisata. Cuma memotret bahwa di desa ternyata anak-anak bisa hidup lebih berbahagia ketimbang sebagian besar bocah kota.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun