Angin menerpa aroma kemarau begitu kuat,mencoba berbohong pada nurani,bahwa ini hanya proses penyublinan,gerah seblum turun hujan,bukan panas hingga meranggas tanah pecah mencipta sinar bias fatamorgana..
Aku yg salah,ato kau yg cr masalah..?
Kebuntuan konyol itu trus menumpul kan sisa logika yg ada di embrium otak,terpojok masalah,hingga hrus menuding dan saling..
Dimana sejuk canda,dimana riang tawa,dimana sepoi tatap mata..
Owwww..tiba2 saja putih..tiba2 saja hitam,aku mulai lupa dimana arah kiblat,berharap langit nyalakan bintang agar ku tau arah pulang,terlalu dalam kah ktololan selama ini,hingga bisik hti saja harus trabaikan dan aku mulai bertanya sejak kapan trsesat menikam ku..?
Menangis..?? Sungguh air mata ini sudah kering,,denyit tulang rapuh,darah hitam brsembunyi disudut daging berulat,hanya itu yg trsisa,,
Tolong..manusia kah,malaikat kah,jin dedemit,atau bahkan iblis bangsat kah yg melihat ku disini,,ajari aku berdoa pd tuhan..itu saja,karna mati pun bosan ku tunggu..ffiuhhh..
Dan..masih saja,panas,hening,lagi dan lagi,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H