Mohon tunggu...
Firman AgungWidodo
Firman AgungWidodo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi : Badminton Kepribadian : Ekstrovet Konten yang disukai : You Tube

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Cyber Bullying pada Media Sosial

24 Desember 2022   15:46 Diperbarui: 24 Desember 2022   15:47 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dominasi dalam bentuk kekerasan, kenakalan hingga penyimpangan merupakan bagian yang sulit dipisahkan dari proses pendidikan di sekolah. Kekerasan di sekolah (yang seringkali disebut dengan bullying) tidak lagi dilakukan secara tradisional, namun beralih ke dunia maya. Alih-alih memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mengoptimalkan proses pembelajaran, seringkali kemajuan teknologi mendukung bullying itu sendiri. Hal ini menciptakan transformasi bullying tradisional yang memanfaatkan media elektronik menjadi cyber bullying. Saat ini fenomena bullying semakin merambah sampai ke media sosial atau yang disebut sebagai cyber bullying. Cyber bullying merupakan bentuk perundungan yang dilakukan secara online baik melalui pesan teks, gambar, maupun jaringan sosial. Menurut UNICEF, cyber bullying merupakan perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran.

Cyber bullying merupakan salah satu bentuk dari kejahatan yang merendahkan orang lain dengan tujuan mempermalukan korban. Kasus cyber bullying di Indonesia merupakan kasus yang cukup tinggi. Tingginya angka ini tentu dipicu karena tingginya konsumsi penggunaan internet pada anak serta kurangnya pengawasan orang tua. Salah satu jenis cyber bullying yang marak di Indonesia adalah jenis flaming (amarah). Flaming merupakan tindakan seseorang dengan mengirimkan pesan teks atau komentar di platform media sosial yang berisikan kata-kata frontal dan penuh amarah yang menyinggung orang lain. Padahal, ketikan-ketikan tersebut memberikan dampak besar bagi sang korban apalagi pada psikisnya. Cyber bullying ini nyatanya lebih kejam dibandingkan dengan perundungan biasa. Bagaimana tidak, cyber bullying meninggalkan jejak digital yang sulit untuk dihilangkan dan dengan jangkauan yang luas membuat banyak orang dapat turut ikut berkomentar. Hal ini menyebabkan korban memiliki risiko lebih besar menderita stres, depresi hingga keinginan bunuh diri karena rasa takut dan malu. Kesehatan fisik pun ikut terganggu karena kekebalan tubuh yang menurun akibat stres dan lelahnya pikiran. Bukan hanya itu, korban bahkan bisa saja dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya dan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan karena postingan serta komentar-komentar bullying yang muncul di beranda.

Hal ini dilakukan karena ingin dilihat sebagai sosok yang disegani. Alasan lain seseorang melakukan cyber bullying adalah dipicu dengan rasa iri kepada target. Adapula karena pelaku ingin mencari perhatian dengan membuat orang lain sedih, lalu ketika ia mendapatkan dukungan ia akan merasa dihargai dan mendapatkan kesenangan. Fenomena cyber bullying ini seharusnya dihentikan secara serius, karena dampaknya yang besar bagi para korban. Solusi untuk para korban jika mengalami cyber bullying, hendaknya memblokir dan report komentar serta akun pelaku dan memfilter kolom komentar. Jika ini terjadi pada teman kita, sebaiknya kita membantu dengan mendengarkan curhatannya serta solusi yang bisa dilakukan. Kita juga bisa membantu mengumpulkan bukti-bukti hate comment dengan tangkapan layar untuk dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Untuk mencegah maraknya cyber bullying seharusnya dilakukan sosialisasi mengenai bentuk-bentuk dan dampak cyber bullying serta etika dalam bermedia sosial. Komitmen untuk memutus mata rantai fenomena ini harus dilakukan, mari sama-sama redam cyber bullying dengan menciptakan kebaikan.

Mungkin kamu merasa lega setelah mengungkapkan pendapat di media sosial. Akan tetapi, coba bayangkan, bagaimana bila orang yang sedang dibicarakan di dalam unggahan tersebut membaca dan terpuruk karena komentarmu. Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencegah cyberbullying di media sosial?

Mungkin kamu merasa lega setelah mengungkapkan pendapat di media sosial. Akan tetapi, coba bayangkan, bagaimana bila orang yang sedang dibicarakan di dalam unggahan tersebut membaca dan terpuruk karena komentarmu. Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencegah cyberbullying di media sosial?

1. Jangan Terlalu Sering Posting

Seperti kata pepatah, tidak akan ada asap jika tidak ada api. Mungkin kamu tidak bisa mengatur komentar orang, tetapi kamu bisa mengelola apa-apa saja yang bisa dibagi di media sosial pribadi.

Apalagi kalau kamu tipe orang yang mudah tersinggung, menghindari over-posting dapat membantu menjaga kesehatan mental dengan terhindar dari komentar-komentar netizen yang belum tentu positif buat mentalmu.

2. Batasi Komentar yang Tidak Penting

Tidak perlu menambahi isu yang sudah panas dengan komentar-komentar yang semakin memperuncing masalah, atau ikut menghakimi subjek di suatu posting-an. Mungkin kamu merasa lega setelah mengungkapkan pendapat, tapi coba bayangkan, bagaimana bila orang yang sedang dibicarakan di dalam posting-an tersebut membaca dan terpuruk karenanya? Jadi, berempatilah, kalau memang ingin berkomentar, tetap gunakan empati dan jangan menghakimi.

3. Batasi Penggunaan Media Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun