Mohon tunggu...
M Firmansyah
M Firmansyah Mohon Tunggu... CreativePreneur -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Bertekad Hijrah"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Fanatisme Membabi Buta di Tahun Politik

27 Januari 2019   10:33 Diperbarui: 27 Januari 2019   10:43 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fanatik membabi buta kencang sekali di era politik post truth, orang sudah kalap membela jagonya dengan menerabas norma kesopanan, di media sosial selevel rektorat saja bisa menunjukan politik identitasnya, sekelas ustadz bisa memaki dan menghardik lawan yang berbeda pandangan dengan kata-kata yang sangat tidak pantas, jika sang ustadz berkata agama mempersatukan umat dan menguatkan bangsa tapi di sisi lain ia juga menghina dan merendahkan yang berbeda dengan narasi-narasi yang memecah belah persatuan. 

Ada lagi satu program talkshow yang mati-matian membranding kenetralan padahal smua orang juga sudah tau keluarganya ada yang jadi caleg dan kemana arah dukungannya, narasinya mengolok-olok dengan mengundang narasumber yang jadi langganan untuk sekedar nyinyir dan jauh dari pencerahan, memonopoli akal sehat seakan cuma dirinya dan kaumnya yang punya kewarasan dan merendahkan yang lain. 

Di kajian agama begitu pula, ustadz-ustadz seakan tidak memahami bahwa audiens nya beragam tapi ia tetap mengolok-olok kelompok lain dan tokoh tertentu, ia mengaku tidak menyinggung siapapun padahal audiens tau untuk siapa sindiran itu di alamatkan. 

Belum lagi penunjukan kekuatan massa, smakin banyak maka semakin menunjukan kekuatan sampai pada klaim-klaim diluar akal sehat, fanatisme sudah pada arah yang membelah, mengancam persatuan dan hampir memporak porandakan persaudaraan, tapi tenang saja itu hanya berlaku di udara yaitu di ranah sosial media, pada kenyataannya belum semengerikan itu, tapi bisa saja kalau tak ada tokoh-tokoh yg mau ambil inisiatif untuk mengembalikan persatuan kembali maka kejadian arab spring bisa terjadi disini, kemunduran yang akan mengerikan dan tak sanggup untuk dibayangkan. 

Inti dari kesemrawutan ini adalah semua pihak menahan diri, jangan gunakan ego pribadi dan golongan di tempat yang sangat beragam dan multikulturalisme, kalau masih juga gunakan cara-cara yang smakin menebalkan politik identitas mestinya kekuatan civil society mengingatkan dan memberi masukan dengan cara yang berbeda dan tidak dengan gunakan cara yang sama. 

Politik dimanapun akan seperti ini hangat lalu memanas tapi ditangan kitalah semua akan berjalan semestinya bila kita saling ingatkan dengan kebijaksanaan dan kebaikan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun