teman, kami sedang dalam sebuah perjalanan ke luar kota, dengan menggunakan sepeda motor honda bukan metic, tapi Astra tahun 2000-an. Perjalanan kami sebenarnya tidak begitu jauh, namun hanya saja kami berangkat sore dari rumah, dan sepeda motor tua yang kami gunakan tidak bisa melaju dengan cepat, beda dengan teman kami lainnya, mereka telah sampai lebih dulu, sebab mereka naik motor yang masih baru seperti scoopy, vario dan sebagainya. Ya perjalanan itu kami nikmati hingga tak terasa lokasi tujuan tinggal separuh perjalanan lagi, tak lama kemudian tendengar suara azdan yang sepertinya tidak jauh dari jalan raya, lantas kami berhenti sejenak di sebuah masjid untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah.
Suatu ketika saya bersama seorangSemua jamaah tampak tengah berbaris lurus dan rapat, kami pun tepat berada pada baris shaf paling belakang, dimulailah dengan imam membaca takbir,, Alllahu Akbar… kemudian terdengar imam membaca surah Al-Fatiha tanpa mengawali dengan bacaan basmalah, ya memang benar sang imam sebetulnya membaca basmalah namun dibaca sir atau tidak dilafadkan dengan suara yang keras, lantas seketika teman saya tadi membisik ke telinga saya, eh ini masjid muhammadiyah ya? shalat tidak pake basmalah, yuk kita shalat sendiri saja di belakang ungkapnya… hahaha yang benar saja timpal saya, beliau bukan tidak membaca basmalah, namun mereka membacanya tidak dengan dilafadkan atau tidak dibaca dengan nyaring, owh begitu jawabnya.
Selesai kami melaksanakan shalat magrib, kami pun bergegas melanjutkan perjalanan, sambil ngobrol panjang lebar soal kejadian tadi di masjid, teman saya tadi seolah merasa tidak puas hingga melanjutkan beberapa pertanyaan mengenai perbedaan-perbedaan yang ada dalam pelaksanaan ibadah seperti bacaan shalat, gerakan maupun tatacara berwudhu. Saya hanya mengangguk-ngangguk saja di atas motor sekedar menghidari perdebatan, bukan takut untuk diskusi maupun berdebat, namun karena kondisi dalam perjalanan kwatir dia tidak konsentrasi menyetir sepeda motor yang kami kendarai, sesekali saya buat gimik-gimik kecil buat sekedar menghibur dan mengalihkan topic pembicaraa teman saya hehehe Alhamdulillah tak butuh waktu lama akhirnya sampailah kami di lokasi tujuan.
Selang beberapa pekan kemudian, tepat dalam sebuah acara pelaksanaan Baitul Arqom Tendik Universitas Muhammadiyah Surabaya, yang diselenggarakan di Hotel Namira Surabaya, kegiatan tersebut berlangsung selama dua hari yaitu Jum’at-Sabtu (25-26 Maret 2022). Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka Up-Grading kompetensi para Tendik mulai dari keagamaan hingga kehidupan keluarga, bersocial dan masalah pelayanan di tempat kerja. Dalam acara tersebut saya bersama teman tadi kebetulan sama-sama ikut sebegai peserta, sebab kami masih tergolong baru bekerja di Universitas Muhammadiyah Surabaya, bedanya dia lulusan dari perguruan tinggi yang lain sementara saya lulusan dari tempat saya bekerja saat ini.
Satu demi satu materi diberikan dan kami ikuti dengan seksama, diakhir setelah sesi materi biasanya SC (Steering Commite) mengorientasikan peserta untuk membuat FGD, agar materi yang telah diberikan betul-betul dapat difahami dengan baik, serta model diskusi semacam ini terbukti sangat efektif, dan memacu semangat para peserta untuk terus dapat mengikuti acara ini dengan baik hingga selesai. Dalam kegiatan ini banyak ilmu yang kami peroleh, terutama terkait dengan tatacara beribadah dalam islam, mulai dari cara melaksanakan wudhu dengan benar sesuai sunnah Nabi Muhammad SAW, kemudian do’a-do’a dalam setiap gerakan shalat dan menyempurnakan gerakan shalat mulai dari takbir hingga salam, yang dipraktekkan langsung oleh narasumber tentu memberikan gambaran sangat jelas bagi semua peserta, dan ternyata obrolan teman saya saat di atas motor kapan hari terjawab semua dalam sesi materi kali itu.
Soal teman saya tampaknya dia begitu asyik dan bersemangat mengikuti kegiatan ini, sebab baru kali ini dia mengungkapkan bahwa belajar agama itu ternyata mudah, dan baru kali ini dia juga merasa baru mendapat pencerahan dari para narasumber, yang sangat mencerdaskan dalam beragama, bukan tanpa alasan dia mengatakan demikian, lahir dan hidup di kota besar seperti Surabaya, sangat menggiurkan dengan banyak kesenangan dan hiburan, namun kesempatan untuk belajar agama sangat minim, sehingga dengan adanya kegiatan Baitul Arqom seperti ini dia merasa sangat bersyukur sekali bisa mengikutinya dengan baik, dan tentunya dapat banyak pelajaran berharga dan ilmu yang sangat bermanfaat untuk menjadi pedoman hidup sehari-hari, baik yang berkaitan dengan tata cara bagaimana membangun kehidupan rumah tangga yang islami, hingga tata cara dalam melaksanakan ibadadah kepada Allah SWT.
Akhirnya ucapan terima kasih kepada pimpinan Universitas Muhammadiyah Surabaya, beserta segenap panitia yang bekerja dengan sangat keras mensukseskan acara tersebut, serta rekan-rekan Tendik sekalian yang sama-sama menjadi peserta Baitul Arqom tahun 2022. Kesan terdalam yang tidak mampu saya uraikan disini, namun akan selalu kami ingat sepanjang hayat, dan semoga langkah kita ini diridhoi oleh Allah SWT, dan dicatat sebagai amal jariyah dan ladang pahala, yang senantiasa terus mengalir menjadi buah kebaikan dari generasi ke generasi berikutnya… Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H