[caption caption="Suasana malam di "Kedai Kupi Bidjeh" Lambhuk, Kota Banda Aceh (photo : Mirza, CEO Kedai)"][/caption]
Entah sejak kapan Banda Aceh mulai dijuluki sebagai "kota seribu satu warung Kopi". Tapi akhir-akhir ini sebutan itu sangat lekat disematkan untuk Kota Banda Aceh. Bisa jadi karena jumlah Warung Kopi di kota ini terbilang cukup banyak, didukung kebiasaan sebagian besar masyarakatnya yang suka minum kopi.
Bagi masyarakat kota Banda Aceh, kebiasan minum kopi di Warkop seperti sudah membudaya. Tak heran, terutama pagi hari, sore dan malam, rata-rata Warkop di kota ini penuh sesak oleh pengunjung. Jangan pernah cerita mereka minum kopi bungkusan pabrik (sachet), karena kopi sachet pasti tidak ingin mereka minum ketika di Warkop. Mereka hanya minum kopi asli buatan lokal, bukan buatan pabrikan.
Jika dulunya Warung Kopi atau Warkop di kota ini bernuansa tradisional, sejak beberapa tahun terkahir terutama setelah Tsunami terus bermunculan Warkop dengan desain menarik dan “up to date”, sebagai tempat kongkow lintas usia. Dikemas sedemikian rupa yang menarik perhatian pengunjung, juga dilengkapi fasilitas Wifi gratis sebagai pelengkap.
Jenis kopi yang bisa dinikmati sangat beragam, dari Robusta, Arabica dan Kopi Luwak juga tersedia. Diracik oleh tangan-tangan yang memang terlatih untuk itu. Mungkin saja banyak orang terhipnotis untuk menyeruputnya kembali, karena tangan cekatan dalam peracikannya. Rata-rata kopi di Aceh ini berasal dari areal perkebunan kopi yang ada di Provinsi Aceh sendiri, terutama kopi dari daratan Aceh Tengah yang sudah terkenal akan produksi kopi Arabica.
Banyak tempat jadi pilihan untuk kongkow di kota sambil ditemani kopi yang telah tertuang di gelas. Tinggal sedikit berkeliling kota, kita akan menemukan banyak Warkop dengan pilihan jenis kopi yang diinginkan.
Ada Warkop dengan menu utama Kopi mahal, yakni kopi Luwak. Biasanya mereka yang berkunjung ke Warkop Kopi Luwak ini adalah mereka-mereka yang berkantong tebal atau tamu dan turis luar yang sedang berkunjung Aceh.
Pilihan lainnya cukup banyak untuk dikunjungi, tergantung selera, menawarkan tempat kongkow nyaman bersama teman dan keluarga dengan fasilitas dan desain Warkop yang disukai. Kadang karena faktor desain ini juga menentukan latar belakang kalangan pengunjung. Desain warna cerah biasanya disukai kalangan anak muda dan anak kuliahan sebagai tempat kongkow. Sedikit berumur lebih memilih Warkop dengan desain perpaduan nuansa tradisional dan modern.
Tapi bukan hanya dari desain dan fasilitas wifi gratis yang menjadi rujukan, jenis kopi sangat menentukan latar kalangan pengunjung. Mereka yang tergolong eksekutif muda dan penikmat kopi tulen biasanya mencari jenis kopi yang berkelas, seperti ekspreso arabica atau Luwak Kopi.
[caption caption="Kedai Kopi LUwak "Rumoh Aceh", sumber : http://acehtourismagency.blogspot.co.id/2013/12/ngopi-di-kedai-kopi-bergaya-rumah.html"]
Ada juga yang suka berkunjung ke suatu Warkop karena faktor sejarah, Seperti Warkop Solong, CutNun dan Kupi Berawe, Warkop ini tetap ramai mungkin karena faktor usianya sudah puluhan tahun ada dan sangat terkenal seantero Aceh, bahkan dijadikan rujukan bagi pengunjung luar daerah. Kalau ke Banda Aceh belum lengkap kiranya jika belum berkunjung ke Solong, Cut Nun dan Kopi Beurawe. Begitulah kira-kira.