Mohon tunggu...
Firman Darmawan
Firman Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya menyalurkan hobi dalam tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review "A Lonely Place to Die" (2011): Jangan Remehkan Judulnya

9 Januari 2012   01:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:09 5576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Title: A Lonely Place to Die

Year : 2011

Genre: Adventure/Crime Thriller

Duration: 1 hr 39 mins

Directed by: Julian Gilbey Written by: Julian Gilbey and Will Gilbey Starring: Melissa George, Ed Speleers, Holly Boyd, Sean Harris, Alec Newman, Eamonn Walker

Thrill Rate : **** (4/5)

A Lonely Place to Die (2011) : Jangan Remehkan Judulnya

Judulnya sangat tidak menjual, tapi jangan remehkan filmnya. Itulah kesan saya saat selesai menonton film ini. Memang itulah adanya, judul film ini memang tidak sebombatis judul film-fim bikinan Hollywood. Mungkin karena orang Indonesia sudah terlalu banyak dicekokin dengan film Hollywood, sehingga membuat A Lonely Place to Die jadi agak aneh kalau didengar di telinga saya. Film ini sudah banyak diputar di berbagai festival, misalnya di Actionfest dan Fantasia Fest, dan respon penontonnya sangat bagus, hingga membuat saya penasaran untuk nonton.Saya hanya sekedar ingin mengerti bagaimana thriller taste orang Eropa, karena nonton film Hollywood kadang bosan juga, dan ceritanya terkadang kurang kreatif, meski menegangkan. Film ini disutradarai oleh Julian Gilbey dan skenarionya ditulis oleh Julian dan Will Gilbey. Dua bersaudara ini sangat terkenal dengan karya fenomenalnya (menurut analisis saya….Sentilun mode : on) yaitu Doghouse (2009). Mengapa saya katakan fenomenal, karena baru kali ini saya nonton zombie di film Doghouse ini yang membuat saya tertawa ngakak habis-habisan. That’s very entertaining….Tapi jangan harap film ini bakal bisa ditonton di layar lebar bioskop Indonesia, karena memang dirancang untuk dijual direct to video. Tenang saja, selama lapak DVD bajakan masih buka, film ini bakal masih bisa ditonton disini….muahahaha….long live piracy….Oh ya, mungkin dalam review film ini terlalu banyak spoiler, jadi mohon nonton filmnya dulu, baru baca review ini sampai habis, supaya nggak terlalu terpengaruh dengan review ini.

1326073717817473234
1326073717817473234

Film ini berkisah tentang lima orang pendaki gunung yang sedang melakukan hobinya di sebuah pegunungan Skotlandia. Pada awal film saya sudah dibikin sedikit kaget dengan kegiatan mereka dalam panjat tebing karena belum apa-apa koq udah ada yang mau jatuh dari tebing gara-gara “keserimpet” tali. Sampai disini, saya hanya mengira film ini bakalan predictable dan mengikuti alur film adventure thriller lainnya macam High Lane (2009) (film Perancis yang judul aslinya Vertige) atau macam Cliffhanger-nya Sylvester Stallone (1993). Tapi, ternyata yang ini beda dari film-film yang sudah saya sebutkan tadi. Ternyata adegan di awal film ini hanya sekedar “latihan” untuk sedikit menaikkan adrenalin kita. Cerita film ini jadi semakin menarik ketika dalam perjalanan untuk mendaki gunung, kelompok pendaki gunung ini mendengar suara aneh, yang akhirnya diketahui bahwa suara itu berasal dari seorang anak perempuan kecil yang dikubur hidup-hidup di sebuah peti yang ditanam di tengah hutan. Suara anak kecil ini bisa terdengar karena ada “cerobong napas” yang muncul di permukaan tanah. Rupanya orang yang mengubur anak ini ingin agar anak perempuan tersebut tetap hidup. Otomatis kelompok pendaki ini menolong anak kecil tersebut supaya bisa keluar dari peti.

13260737671161264475
13260737671161264475

Kelompok pendaki gunung ini akhirnya berusaha membawa anak kecil tersebut ke desa terdekat untuk mendapatkan pertolongan dan sekaligus melapor pada pihak yang berwajib. Oh ya, gadis kecil ini namanya Anna (Holly Boyd) dan ternyata dia nggak bisa bahasa Inggris, dan malah fasih bahasa Croatia. Yah…tambah bikin repot pendaki-pendaki gunung tadi karena nggak tahu bagaimana gadis itu bisa dikubur hidup-hidup di tengah hutan. Ternyata dalam perjalanan menyelamatkan Anna, kelompok pendaki ini harus kejar-kejaran dengan dua orang yang telah mengubur Anna hidup-hidup dan ternyata mereka ini adalah penculik Anna yang minta tebusan ke ortunya Anna 6 juta Euro (kira-kira berapa Rupiah ya gan ?? hehehe….banyak banget tuh duit segitu). Orang tua Anna juga nggak tinggal diam. Ayah Anna menyewa 2 orang bounty hunter atau mungkin pembunuh bayaran buat nangkap si penculik.

1326073849484106123
1326073849484106123

Akhirnya satu persatu anggota kelompok pendaki ini tewas dalam kejar-kejaran. Ada yang ditembak pakai senapan sniper (mantap juga nih penculik, sniper tulen), ada juga yang diputus talinya waktu turun tebing. Kejar mengejar ini berlangsung hingga menjelang akhir film dan endingnya tenyata….biasa saja, nggak ada yang istimewa. Semua berakhir baik-baik saja, tanpa twisted plot. Cuma yang bikin penasaran, waktu ending film ini yang jadi pertanyaan saya adalah, siapa sebenarnya bapaknya si Anna ini sampai segitu powerful-nya nyewa bounty hunter yang bersenjata berat ala tentara baret hijau Inggris ? Dan siapa pula penculik Anna, koqbisa pakai senapan sniper dengan mahir ? Kalau dugaan saya, ayah Anna adalah bekas tentara Croatia yang sekarang jadi mafia di Skotlandia, sedangkan penculiknya mungkin bekas tentara juga. Tapi ini baru dugaan lho, silahkan nonton filmnya dulu saja.

1326073918859791413
1326073918859791413

A Lonely Place to Die adalah sebuah thriller murni menurut saya. Murni karena yang ditonjolkan disini adalah ketegangan demi ketegangan dalam setiap adegannya, yang menurut saya bisa membuat orang berteriak, “Come on…come on…hurry up guys…run…run faster…that f*cking killer behind you”. Meski tanpa twisted plot dan film ini berjalan apa adanya, film ini sangat layak ditonton bagi penggemar beratthriller. Ide film ini sebenarnya sudah tidak terlalu original, karena sudah banyak film thriller yang bertemakan wilderness survival adventure, kejar-kejaran dengan bad guys, atau penculikan seperti dalam A Lonely Place to Die ini. Tapi yang membuat saya bisa mengacungkan dua jempol adalah kepiawaian penulis skenario dalam mengolah ketegangan dalam setiap adegan. Selain itu, saya juga salut pada Julian Gilbey yang telah menunjukkan “taring”-nya dalam mengarahkan film ini yang membuat penonton duduk terpaku hingga film ini selesai. Oh ya, sekedar informasi, Gilbey bersaudara ini juga nampak sangat serius dan total dalam menggarap film ini. Saya sempat baca di credit title-nya, Julian dan Will Gilbey selain sebagai penulis skenario dan sutradara, juga bekerja sebagai editor dan penata suara. Hasilnya bisa dilihat sendiri, sangat memberikan hiburan yang berarti bagi penonton. Selain itu, sepertinya pemilihan lokasi shooting-nya juga tidak main-main, memang betul-betul dipilih lokasi yang menggambarkan betapa susahnya bertahan hidup di alam bebas dari kejaran para penculik. Sepanjang film ini, kita akan banyak disuguhi terjalnya tebing gunung yang penuh dengan batu-batu tajam dan derasnya sungai yang harus dilalui kelompok pendaki ini agar bisa menyelamatkan Anna. Mungkin pemilihan lokasi ini banyak dipengaruhi oleh hobi berkeliaran di alam bebas dari Gilbey bersaudara ini, yang menurut keterangan dari mbah Google, memang Julian dan Will Gilbey ini adalah pendaki gunung yang handal.

1326073974693900223
1326073974693900223

Meski banyak nama aktor dan aktris yang masih asing di telinga saya terlibat dalam film ini, kecuali Melissa George dan Ed Speleers (Eragon,2006), tapi saya tidak ambil pusing dengan akting dari aktor dan aktris yang kurang saya kenal ini. Kekuatan dari plot (meski banyak plot hole) dan deskripsi ketegangan kejar-kejaran di ganasnya alam pegunungan (dengan berlari…yup, 80% film ini isinya adegan lari-lari di tengah hutan dan gunung melulu) inilah yang sebenarnya bisa mengakomodasi film ini hingga menjadi sebuah thriller yang apik dan bagus untuk ditonton. Memang akting dari Melissa George sendiriyang nampak paling menonjol dari film ini, tapi itu semata-mata karena memang perempuan cantik asal Australia ini sudah banyak membintangi film thriller dan horor, seperti The Triangle (2010) atau 30 Days of Night (2007), sehingga mata saya udah terbiasa melihat mbak yang satu ini beraksi. Melissa George mungkin adalah the next Jamie Lee Curtis karena seringnya main di film horror atau thriller. Secara umum, sebagai penggemar film thriller, saya merasa sangat terhibur dengan A Lonely Place to Die ini karena saya bisa “olahraga” otak dan jantung dengan nonton film ini, selain naik sepeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun