Mohon tunggu...
Firlly Diah Respatie
Firlly Diah Respatie Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Blogger, communication specialist, public relations, cats lover

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jalur Hijau Sudirman - Thamrin , Riwayatmu Kini

15 Juli 2014   21:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:15 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jakarta akan membangun MRT. Hore ! Sebagian besar di antara penduduk Jakarta dan sub-urban tentu sangat senang dengan ide besar ini. Pasalnya, kemacetan Jakarta kian hari kian tak rasional saja. Waktu tempuh antar titik di berbagai wilayah di Jakarta semakin tak mungkin dicapai dalam 1 (satu) jam. Hal ini tidak seberapa dibandingkan dengan waktu tempuh berangkat beraktivitas (kerja ataupun sekolah) dari rumah. Banyak orang harus berangkat super duper pagi bada bedug subuh, untuk mengejar jam kerja yang rata-rata pukul 07:30 atau 08:00 pagi. Ditambah dengan persiapan sebelum berangkat beraktivitas, sejak mandi berpakaian hingga sarapan (kalau sempat), itu artinya banyak orang harus mempersiapkan diri 3 - 4 jam sebelum kegiatan hariannya dimulai. Dan prosentasi waktu terbesar terbuang adalah untuk perjalanan.

Well, tapi setiap perbaikan membutuhkan pengorbanan dan upaya yang tidak sedikit. Begitu pun pembangunan MRT, monorail, busway, dst. Dan tengoklah, untuk pembangunan infrastruktur ini, jalur hijau di sepanjang jalur protokol jalan Sudirman - Thamrin pun dibuat gersang merana.

MENIRU PENGEMBANG DI KAWASAN SUB - URBAN

Membandingkan pembangunan infrastruktur di Jakarta dengan proses pembangunan yang menggila di kawasan sub -urban, kota pendukung di seputar Jakarta, seperti Tangerang Selatan, Bogor & Bekasi, sungguh kondisinya jauh beda. Adalah sangat penting mengamati apa yang para developer lakukan terhadap penghijauan.

Di salah satu kawasan di Tangerang Selatan, sebuah developer besar memperlakukan makhluk hijau ini dengan sangat spesial. Developer tersebut mempunyai 'kebiasaan' menarik yang sangat positif, yaitu menanam pohon trembesi dan pohon besar lainnya di setiap lahan kosong miliknya. Bilamana sebuah kawasan telah memasuki masa penyelesaian akhir, maka developer akan memindahkan pohon-pohon tersebut ke lokasi. Prosesi dan kegiatan pemindahan pohon-pohon besar tersebut menjadi hal biasa yang disaksikan warga pemukiman di sana. Pertanyaannya yang menggelitik adalah, mengapa developer itu bias melakukan hal tersebut, mengapa pemda DKI tak bisa ya ? Apakah mungkin, jenis pohonnya berbeda dan terlalu besar, sehingga tidak dapat dipindahkan ? Tapi kalau tidak salah, beberapa waktu yang lalu, Universitas Indonesia pernah memindahkan pohon besar yang sudah berusia ratusan tahun.

Seandainya, pemda DKI menemui banyak kesulitan baik secara teknis maupun biaya dengan proses penyelamatan jalur hijau tersebut, sesungguhnya pemda DKI dapat melakukan kerja sama dengan para pengembang yang sudah ahli puluhan tahun dalam menangani penghijauan ini. Setidaknya, hal ini dapat dilakukan sebagai salah satu bentuk CSR para pengembang bagi pemda DKI yang sudah menyediakan infrastruktur bagi para commuter atau penikmat MRT nantinya, yang sebagian besar tinggal di kawasan sub urban dan bekerja di Jakarta.

Tentu, sebagai warga Negara, kita wajib mendukung pembangunan yang dicanangkan pemerintah, termasuk melindungi penghijauan agar pembangunan tetap mengindahkan prinsip-prinsip keberlanjutan utamanya keseimbangan lingkungan. Semoga, pembangunan MRT pada tahap selanjutnya lebih ramah lingkungan dan tidak menebang habis pohoon-pohon tua yang sudah ratusan tahun usianya itu, menjadi sia-sia ....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun