Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan sosial dan perubahan budaya karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara bersamaan. Meskipun demikian perubahan sosial dan budaya sebenarnya terdapat perbedaan. Ada yang berpendapat bahwa perubahan sosial dapat diartikan sebagai sebuah transformasi budaya dan institusi sosial yang merupakan hasil dari proses yang berlangsung terus-menerus dan memberikan kesan positif atau negatif. Perubahan sosial juga diartikan sebagai perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan lain.
Berangkat dari ungkapan filosofis yaitu tak ada kebudayaan tanpa masyarakat, atau tak ada masyarakat tanpa kebudayaan, maka pembahasan mengenai kebudayaan harus pula diikuti dengan pembahasan tentang masyarakat. Konsep masyarakat dapat ditinjau dari disiplin sosiologi. Banyak sekali teori yang dikemukakan para sosiolog tentang konsep masyarakat. Salah satu pengertian umum tentang masyarakat adalah sebagai suatu kelompok manusia yang membentuk suatu tatanan dengan pola-pola interaksi yang ajek. Tom Campbell, menyatakan bahwa suatu masyarakat bukan hanya dalam pengertian jumlah atau kumpulan, melainkan sebuah pengelompokkan yang teratur dengan pola interaksi yang jelas. Dalam buku Seven Theories of Human Society, Tom Campbell mengemukakan tujuh teori sosial yaitu teori Aristoteles, Thomas Hobbes, Adam Smith, Karl Marx, Emile Durkheim, Max Weber, dan Alfred Schutz. Dalam tulisan Campbell, tujuh teori tersebut juga menganalisis tentang konsep masyarakat. Misalnya, Aristoteles memandang masyarakat manusia sebagai sebuah usaha etis, yang berakar dalam kemampuan sosial manusia yang bersifat kodrati. Tampaknya pendekatan Aristoteles bersifat naturalistis dan teologis. Pendekatan naturalistis Aristoteles adalah suatu pandekatan yang memandang bahwa alam semesta terdiri dari hierarki pengada-pengada dengan sebuah kodrat atau hakikat. Alam semesta secara kodrati dan teologis merupakan tempat interaksi masyarakat manusia. Sedangkan Hobbes memandang masyarakat sebagai sejenis perkumpulan dalam perbedaannya dengan model yang lebih holistis. Tokoh lain Max Weber seperti dikutip Campbell, menekankan konsep masya-rakat pada berbagai macam tindakan manusianya. Tindakan tersebut dalam rangka mem-bina hubungan antar manusia. Hubungan tersebut akan bermakna bagi yang mengambil bagian di dalamnya. Unsur tindakan individu dalam masyarakat menjadi lebih penting dalam kajian sosiologis. Menurut Soerjono Soekanto, yang terpenting dalam masyarakat adalah proses sosial yaitu suatu interaksi sosial, sebab hal tersebut yang me-nyebabkan terjadinya kegiatan (aktivitas) sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan – hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, serta antar kelompok manusia.
Manusia sebagai anggota masyarakat dengan lingkungan tempat tinggal adalah satu kesatuan kehidupan yang tak terpisahkan. Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri atas: (1) lingkungan bio-fisik, (2) lingkungan sosial, dan (3) lingkungan budaya. Yang dimaksud lingkungan biofisik adalah alam, dan kelangsungan-nya sangat ditentukan oleh air. Lingkungan sosial atau masyarakat sangat ditentukan kelangsungan ketertiban hidupnya oleh kelangsungan keteraturan interaksi (hubungan). Lingkungan budaya adalah hasil-hasil pemikiran, pengetahuan, teknologi, hukum, dan lain-lain yang ditentukan kelangsungannya oleh berkelanjutan adanya kreativitas (daya cipta) dari pendukungnya. Hal ini menjelaskan bahwa konsep dasar ekologi melibatkan pertalian connect organisme (organisme yang bersangkut-paut) tetumbuhan dengan tempat tinggalnya (habitatnya). Pertalian ini memungkinkan jenis-jenis hidup itu bertahan hidup dari generasi ke generasi pada tempat (habitat) yang sama atau berbeda. Asumsi ekologi yang utama adalah bahwa cara hidup organisme itu merupakan responsi terhadap kondisi hidup yang melanda mereka. Cara hidup ini berlangsung sepanjang waktu pada beberapa tempat di planet bumi. Itu semua adalah subyek untuk berubah, bila kondisi hidup berubah, dan organisme-organisme menerima (beradaptasi) kepada kondisi yang muncul bertahan dengan tempat tinggalnya atau pada waktu mereka lenyap dari permukaan bumi. Antara segenap anasir lingkungan hidup itu saling berhubungan (interaksi) dan saling ketergantungan, maka hal lingkungan hidup dapat dikatakan sebagai ekosistem (atau sistem lingkungan). Sistem lingkungan itu ber-laku pada lingkungan sosial dan lingkungan budaya, sebagai lingkungan hidup manusia. Ketiga lingkungan hidup (alam fisik, sosial, dan budaya) itu pun saling berhubungan dan saling ketergantungan satu sama lain. Memahami ungkapan perasaan manusia diperlukan suatu interpretasi dari penikmat atau pengamat. Interpretasi terhadap bentuk, warna, garis, dan unsur visual lainnya itu dilandasi oleh ketajaman analisis semiotik, dengan mempertimbangkan pendekatan sistem budaya, sosiologi, dan ekologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H