Kawasan Cigondewah di kalangan warga Koa Bandung sudah tidak asing lagi namanya. Cigondewah adalah kawasan sentra perdagangan kain di bagian selatan Bandung, yang letaknya berbatasan dengan Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung. Dulu biasanya orang-orang lebih banyak berbelanja kain ke kawasan Tamim dan Pasar Baru di dekat Alun-Alun Bandung. Namun sekarang ini kawasan Cigondewah menjadi salah satu tujuan belanja kain karena harganya yang murah.
Nama Cigondewah berasal dari sebuah sungai yang mengalir di daerah tersebut, yaitu Sungai Cigondewah. Dalam Bahasa Sunda, Ci berarti air dan Gondewah berarti busur panah. Tempat tinggal saya sangat berdekatan dengan Cigondewah, yaitu di Komplek Cibolerang Indah. Jika ingin menuju Cigondewah melalui Jalan Kopo, maka terlebih dahulu harus melewati Jalan Cibolerang.
Saya mulai tinggal di Komplek Cibolerang sejak kelas 4 sekolah dasar (SD) pada sekitar tahun 1982. Dalam benak saya masih teringat, kawasan Cibolerang dan Cigondewah ini didominasi oleh hamparan sawah hijau. Bahkan Komplek Cibolerang dulunya merupakan daerah persawahan juga. Kawasan Cigondewah ini dikenal sebagai produsen beras "Hawara Geulis", yakni sejenis beras lokal yang aromanya wangi dan terasa pulen. Selain itu ada juga beras ketan yang menjadi bahan dasar pembuatan makanan tradisional Sunda seperti rangginang dan opak.
Banyak kenangan indah yang saya dapatkan dari kawasan Cigondewah ini. Jika sawah usai dipanen padinya, saya paling senang bermain sepakbola melawan anak-anak kampung Cigondewah. Selain itu, main layang-layang pun sungguh mengasyikkan karena saat layangan putus, saya dan anak-anak yang lain akan mengejarnya hingga jauh ke daerah Cigondewah. Saat senja hari datang, anak-anak segera pulang ke rumah. Menjelang Magrib dan Isya biasanya terdengar lantunan suara mengaji dari mesjid di Cigondewah. Dari dulu, daerah Cigondewah dikenal sebagai daerah yang agamis karena ada pesantren.
Memasuki tahun 1990-an, kawasan Cigondewah mulai berubah. Salah satu perubahan yang terjadi adalah dibangunnya Jalan Tol Padalarang-Cileunyi. Ratusan hektar sawah dan permukiman di Cigondewah terkena imbas pembangunan jalan tol tersebut. Selain itu, seiring dengan perkembangan industrialisasi di Kota Bandung, daerah pinggiran kota seperti Cigondewah ini menjadi sasaran atau target dari pembangunan pabrik-pabrik industri. Pabrik tekstil dan plastik pun banyak didirikan di daerah ini, salah satu pabrik yang besar adalah Pabrik tekstil Kahatex.
Kawasan terbangun lainnya di Cigondewah adalah berdirinya daerah pergudangan. Banyak produk-produk ternama mempunyai gudang di daerah ini, misalnya produk pakaian, perabotan rumah tangga, minuman dan makanan hingga ke produk elektronik. Imbasnya tentu saja, membuat sawah-sawah tergusur. Tidak ada lagi pemandangan indah berupa hamparan sawah hijau. Imbas lainnya adalah tergusur pula mata pencaharian masyarakat sebagai petani. Banyak warga Cigondewah yang akhirnya beralih profesi menjalani pekerjaan lain, misalnya menjadi pedagang.
Kegigihan Haji Aep berbuah manis, helai demi helai kain yang ia jual selalu mendatangkan keuntungan lumayan tiap harinya. Setelah modal cukup terkumpul, Haji Aep akhirnya meningkatkan usahanya yaitu jual beli kain utuh. Setelah mendapat bantuan permodalan skala mikro dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), usaha Haji Aep semakin berkembang pesat. Apalagi pada saat itu, ada seorang konsumen dari Kudus Jawa Tengah memesan kain dalam jumlah besar. Sejak itu, usaha Haji Aep semakin membesar, karena selalu saja ada pesanan kain dari luar kota. Keuntungan usahanya tersebut, dia belikan tanah untuk membangun gudang dan toko kain, sampai akhirnya pada tahun 1997 bisa menunaikan ibadah haji ke Mekkah.
Cigondewah pun mulai berubah dan dinilai Pemerintah Kota Bandung sebagai kawasan dengan potensi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang layak dikembangkan. Seiring dengan perjalanan waktu, Cigondewah mulai dikenal seantero Nusantara sebagai kawasan dengan potensi UMKM Indonesia untuk sentra perdagangan kain. Hingga akhirnya banya konsumen dari daerah-daerah lain berbelanja kain ke Cigondewah.