Jika Anda kos, lalu ada rumah atau perkantoran di kanan kiri kos Anda tersebut sedang dibangun, maka Anda wajib waspada. Bisa jadi kuli bangunan di sana diam-diam memerhatikan Anda kala Anda hilir mudik di bagian terbuka kos Anda tersebut!
Dua pembunuhan sadis di Semarang yang menimpa seorang SPG bernama Amelia Almas Adzani dan mahasiswi Universitas Diponegoro Ina Winarni dalam rentang beberapa bulan saja, ditambah sejumlah kasus serupa di kota yang sama beberapa tahun silam seperti menggarisbawahi betapa berbahayanya tukang batu yang sedang menggarap bangunan, terutama bila bangunan baru tersebut posisinya lebih tinggi dari rumah yang dikosi cewek-cewek.
Pembunuhan terhadap Amelia dilakukan oleh Pisa Al Pairun, pria berusia 18 tahun asal Karawang, Jawa Barat; sedangkan terhadap Ina dilakukan oleh Mustofa, warga Kudus. Dua kasus memiliki rangkaian kejadian dan motif yang sama, yakni ingin menguasai harta benda milik anak-anak kos tersebut dan memerkosanya, lalu melakukan perbuatan sadis yang mematikan. Dua pria yang kini menjalani hukuman berat tersebut berprofesi sama: kuli bangunan, alias tukang batu, dan sedang menggarap bangunan di sebelah rumah terjadinya pembunuhan!
Seperti halnya kasus-kasus serupa, polisi nyaris tidak menemukan hambatan berat untuk membekuk pelaku di dua pembunuhan terakhir tersebut. Bila terjadi pembunuhan -- terutama menimpa perempuan -- dan TKP persis bersebelahan dengan rumah atau perkantoran sedang digarap, polisi tinggal mengerahkan anjing pelacak. Maka, anjing-anjing tersebut menyerbu ke arah bangunan semijadi ini.
Pertanyaannya, mengapa kita patut mewaspadai kuli bangunan? Bukan bermaksud merendahkan profesi tukang, tetapi fakta membuktikan:
1. Kuli bangunan memiliki akses yang besar untuk mengamat-amati situasi rumah di sebelahnya, dari ketinggian. Kasus pembunuhan yang menimpa Amelia Almas di Semarang menguakkan fakta, Pisa Al Pairun mengaku tergoda pada kemolekan tubuh SPG tersebut lantaran hampir tiap pagi, siang, dan sore melihatnya seliweran di bagian tengah rumah tersebut yang terbuka, baik hanya sekadar bertelepon atau menjemur baju, maupun kala hanya dibelit handuk saat menuju atau kembali dari kamar mandi.2. Kuli bangunan rata-rata para perantauan. Para perantauan dibekap kejenuhan dan rasa sepi lantaran jauh dari rumah, pacar, atau istri. Bekerja keras menaklukkan batu bata, pasir, semen, dan hardikan para mandor dalam tujuh hari setiap minggu, plus lembur di hari-hari tertentu, membuat mereka mencari pelampiasan. Mungkin ada hiburan lain berupa mal, tapi gaji -- yang jumlahnya tak banyak -- harus diirit-irit untuk orang rumah di kampung sana. Maka, bila ada kesempatan mengintip anak-anak kos, itu merupakan hiburan mahal.
3. Kuli bangunan rata-rata berpendidikan rendah dan berasal dari desa. Terjadi gegar budaya saat mereka memasuki kota. Ketakjuban pada gadis-gadis seksi dan wangi, kekaguman pada mahasiswi-mahasiswi cantik, adalah manifestasi dari culture shock ini. Kemudian menciptakan sensasi berlebihan sehingga melahirkan niat-niat negatif dan jahat. Awalnya mereka hanya mengintip, kemudian jatuh cinta, lalu ingin melakukan perkosaan lantaran tak mungkin cinta ini berbalas. Dan terjadilah pembunuhan-pembunuhan tersebut sebab si korban berteriak saat kamarnya dimasuki pria asing dan kotor.
Jika tempat kos Anda bersanding dengan bangunan yang sedang dikerjakan, sebaiknya:
1. Hindari berbaju mengundang, terutama bila ada ruang terbuka di kos Anda yang mana di ruang terserbut terdapat kamar mandi maupun jemuran2. Hindari bertatapan dengan para pekerja di sana, dan lekas-lekas pergi bila bertemu mereka di warung sekitar kos
3. Teliti kamar mandi, jangan sampai berlubang. Kasus tukang bangunan yang merekam mahasiswi mandi dengan ponsel, belum lama ini di Semarang, menjadi pelajaran
4. Kunci kamar Anda dan tutup semua jendela jika Anda meninggalkan kos, meski cuma beli sesuatu di kios depan kos
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!