Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pernah Digugat Ibu Hamil, Trans TV Tidak Jera

13 April 2015   11:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:10 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_409745" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Kompas.com"][/caption] "The Blusukan" Trans TV saya akui variety show yang bagus, meski bukan orisinil. Kehadiran bintang tivi macam Raffi Ahmad, Deny dan Wendy Cagur di tengah-tengah khalayak ramai menjadi hiburan tersendiri. Dari yang tadinya cuma bisa nonton di tabung televisi, kini masyarakat bisa menjamah 'komedian-komedian' yang kini laris tersebut. [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Ilustrasi dari YouTube"]

Ilustrasi dari YouTube
Ilustrasi dari YouTube
[/caption] Hanya saja "Blusukan" sering keterlaluan. Tadi malam, misalnya, Deny dan Raffi mengacak-acak tempat tidur suami istri Arie Untung-Fenita Arie. Di awal acara, pasutri yang presenter kondang itu dijemput Wendy, pura-pura diajak ke sebuah gala dinner, menemui fans-nya. Ketika Fenita dan suaminya sudah meluncur ke 'gala dinner' (ternyata cuma sebuah food bazar sederhana), dimulailah tim "Blusukan" mengacak-acak rumah Fenita. Diawali kedatangan Raffi memboncengkan seorang fan Fenita bernama Pinky dengan motor besar, awak "Blusukan" kemudian membuat adegan konyol di kolam renang pribadi Arie-Fenita. Di bibir kolam itu Raffi dan Deny menggarap Pinky yang konon sedang ulangtahun. Mencebur ke kolam dan mengotori air belum seberapa. Ada bagian lain yang sungguh memrihatinkan. Di sesi berikutnya, tubuh Pinky yang basah dibawa ke kamar tidur Fenita-Arie Untung. Anda tentu menduga di kamar itu mereka melakukan perilaku kanak-kanak. Benar! Para bintang TV itu bergulingan di kasur yang selama ini menjadi peraduan Arie Untung dan Fenita Arie. Diinjak-injak dan diacak-acak. Di Amerika Serikat yang liberal, seseorang yang masuk rumah tanpa izin dikategorikan pelanggaran (trespassing), apalagi memasuki kamar tidur yang merupakan area "private and intimacy" yang bisa dikenai hukuman penjara atau denda. Selesai? Belum! Saat ranjang diinjak-injak itu munculah dua anak Arie Untung, Misbareta Fathir Gavin Daffa dan Misbareta Aisyah Mikhaila. Terjadi konflik psikologi yang dahsyat di tengah anak-anak yang masing-masing lahir pada 2005 dan 2008 tersebut. Jiwa mereka akan sangat terganggu manakala menonton orang-orang asing yang memperlakukan tempat tidur ayah ibunya dengan semena-mena, seenak perut mereka. Mereka mungkin terguncang lantaran dilibatkan dalam permainan orang dewasa berkedok hiburan. Saat terjadi kericuhan di kamar tidur ini, Fenita Arie dan Arie Untung menonton siaran langsung tanpa edit tanpa jeda itu di layar TV di food bazar. Arie tampak tertawa, sementara ada paras pilu yang membias di wajah Fenita. Fenita adalah presenter acara "Insert" Trans TV (yang digaji Trans TV), dan mungkin menganggap ide konyol itu gagasan rekan-rekan kerjanya yang bisa dimaafkan. Namun, hati kecil sulit berbohong. Sudah pasti ada pemberontakan menyaksikan rumahnya dianggap pasar malam (yang melibatkan dua anaknya), meski dia tak berdaya. Belum Terantuk Batunya Program "The Blusukan" bukan kali ini saja mengobrak-abrik rumah orang. Pada episode beberapa waktu lalu ada aksi pengacak-acakan rumah Olga Syahputra saat Olga masih menginap di rumah sakit. Tuan rumah diwakili Billy, adik Olga. Bukan sekadar mengacak-acak, tapi mengotori kolam renang, membuat kacau kamar mandi, menyiram lantai dengan stirofom, dan seterusnya. Pernah pula mendatangi rumah Raffi dan menyemprot kaca mobil suami Gigi ini dengan cat selagi tuan rumah berada di studio Trans TV. Juga tercatat pernah memasangi mercon di kursi tamu paranormal Ki Kusumo. Mercon yang dipasang di bawah kursi Nunung Srimulat yang (inginnya) menciptakan suasana mistis tapi justru membuat kehebohan tolol. Untung jantung Nunung masih stabil berdetak meski dia tampak pucat pasi ... Sejauh ini belum ada reaksi -- misalnya gugatan hukum -- oleh orang-orang yang dikerjai. Bisa jadi karena korbannya adalah para selebriti yang bisa "main mata". Namun, jika suatu ketika kadar kebablasannya melampaui batas, maka pemilik stasiun TV (bukan hanya Trans TV) akan memanen masalah serius. Anda masih ingat program "Paranoid" di Trans TV? Variety show yang disuguhkan kisaran 2004 ini mengambil format spoof dimana korbannya diambil secara acak untuk ditakut-takuti dengan kehadiran kuntilanak, pocong, wewe gombel, demit, dan semacamnya. Nah, korban pun akhirnya jatuh juga. Korban yang kemudian menyeret Trans TV ke meja hijau. Adalah Diana Damey Pakpahan. Pada 18 Agustus 2004, Diana bersama sang suami, Iwan Tampubolon, mendatangi Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, guna memeriksakan kandungannya yang telah berusia 8 bulan. Usai diperiksa, Diana dan suaminya menuju parkir mobil, persis ketika di sana sedang ada syuting "Paranoid". Dua korban yang dikerjai tim "Paranoid" berlari kencang menghambur ke arah Diana, disusul sesosok putih dengan wajah menyeramkam. Tentu Diana kaget bukan kepalang, panik tiada tara, lalu terjatuh telungkup, dan nyaris keguguran. Wanita ini mengalami trauma yang sangat hebat. Sang suami menggugat Trans TV di Pengadilan Jakarta Selatan. Gugatan ditujukan ke tiga pihak, masing-masing direksi Trans TV, produser "Paranoid", dan RS Pondok Indah. Jumlah kerugian yang dituntut sebesar Rp 40,25 miliar. Kasus itu menjadi berita nasional, antara lain diwartakan oleh Tempo. Acara "The Blusukan" sebagaimana sejumlah "program konyol" lain mungkin belum kena batunya. Tetapi lambat laun akan menuai masalah bila membiarkan ide liar ditayangkan, dalam acara format live yang tanpa edit dan tanpa bisa mencegah kejadian-kejadian tak terduga. Sudah banyak acara yang kemudian dihentikan gara-gara menuai masalah, seperti "MOP" (Mbikin Orang Panik) milik RCTI yang salah prosedur dengan membuat panik seseorang dengan memasukkan narkoba di baju korbannya dan korban ini (seolah-olah) ditangkap polisi. Korban tersebut, Piko, saat "MOP" diproduksi pada kisaran 2005 adalah mahasiswa Universitas Indonesia Esa Unggul, Jakarta. Dia depresi setelah 'diciduk' polisi oleh dosa yang tak dia perbuat. Tiga polisi yang dilibatkan untuk drama MOP edisi narkoba ini kemudian disidang oleh Kapolda Metro Jaya (kala itu) Irjen Pol Makbul Padmanegara. Selain "MOP" ada sejumlah lagi acara yang melanggar etika mirip "The Blusukan", dan kini sudah dihentikan karena lebih banyak mudarat ketimbang manfaatnya, sebut saja "Ketok Pintu" (kru televisi dan presenter menyerbu ruang tidur seseorang di pagi buta), "Mata-Mata" (klien meminta pihak TV untuk memata-matai pacar, kawan dekat, dan seterusnya yang diduga melakukan penyelewengan), "Masihkah Kau Mencintaiku" (mempertemukan suami istri bermasalah), dan beberapa lagi. Televisi yang sehat adalah televisi yang serbahati-hati membuat program, terutama program konyol, bahkan untuk tujuan komoditi sekalipun. Televisi yang sudah sering ditegur KPI dan dihujat massa sebaiknya mawas diri dan hati-hati! -Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun