Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perempuan Lebay di Sinetron Trans TV yang Bikin Eneg

3 November 2014   20:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_351420" align="aligncenter" width="419" caption="Sumber poster: TransTV"][/caption]

Menonton Bioskop Indonesia Premiere di Trans TV, kemarin siang, saya berulang-ulang terjengah, kaget, dan mengurut dada. Ada hal-hal yang patut dicermati oleh Messiah Fadjarwati, penulis skenario film berjudul "Azab Kubur Tengkulak Beras yang Curang" ini, serta sutradara senior Ismail Sofyan Sani, agar tidak mengumbar kekejaman seorang ibu dalam film yang (mestinya) mengedukasi sekaligus tontonan menghibur

Digambarkan, pasutri Enyak dan Babe (dperankan oleh Helsi Herlinda dan Billy Boedjanger) begitu kejam main gontok, membentak, nyinyir, dan perlakuan lain yang membuat miris terhadap sang anak, Saidah, yang dipernkan Poppy Bunga. Itu terjadi sepanjang film berbau religi ini, di tengah kecurangan-kecurangan Enyak dan Babe bersaing dengan Haji Iskandar yang juga juragan beras di kampung sama.

Naskah drama ini sebenarnya bagus. Messiah Fadjarwati ingin memberi pesan kepada penonton: janganlah berbuat curang dengan menipu pembeli dan pedagang yang menyainginya, agar di akhirat nanti manusia tidak mendapat siksaan kubur. Jangan pula menjadi manusia penuh angkara murka agar kita tidak mendapat azab.

Hanya saja, saya geleng-geleng kepala. Enyak yang meminjam tubuh Helsi Herlinda yang memang ahli  memerankan tokoh antagonis benar-benar dieksploitasi untuk terus menerus marah, mengumpat, menunjukkan mimik muka monster, tersenyum sangar, membentak sang anak, menghardik pegawai, menampik dengan jahat parsel yang diberikan tetangga, menuding-nuding utusan sebuah panti asuhan, dan seterusnya.

[caption id="attachment_351421" align="aligncenter" width="504" caption="Helsi Herlinda, aktris ahli memerankan tokoh antagonis. (Sumber foto: kapanlagi.com)"]

14149939471234923825
14149939471234923825
[/caption]

Bagi Helsi yang hampir 100 persen memerankan tokoh jahat dalam film layar lebar maupun sinetron (termasuk dalam judul "Pak RT Mata Duitan" di Bisokop Indonesia Premiere Trans TV) -- kecuali dalam film "Habis Gelap Terbitlah Terang" dimana dia diplot menjadi ibu bijak --  adalah mudah menyemburkan murka dan kalap. Tetapi bagi penonton, termasuk anak-anak yang pada jam-jam itu sudah pulang sekolah, aktingnya bisa sangat memengaruhi jiwa. Bayangkan, dalam durasi hampir dua jam, Helsi harus terus marah-marah sampai menguras energi, seolah tokoh Enyak ini tidak punya setitik pun sisi baik. Seolah sutradara tidak percaya diri untuk menekankan bahwa juragan tersebut benar-benar jahat.

Bioskop Indonesia Premiere sesungguhnya tontonan alternatif di tengah serbuan sinetron kejar tayang yang tidak mengindahkan akal sehat. Dengan akting para pemainnya yang prima, dengan bahasa gambar yang indah mirip film-film bioskop, dengan pencahayaan berkelas, dengan lensa-lensa kamera ber-diafragma lebar sehingga ciamik merekam fokus dengan latarbelakang blur, program ini berbeda, baik saat menyuguhkan genre horor, drama kehidupan, maupun religi.

Jajaran penulis skenario juga cukup bagus, terlebih ada Ratih Kumala -- novelis dan cerpenis jebolan Sastra Inggris UNS Solo -- yang didapuk menjadi koordinator/supervisi penulis-penulis naskah drama Trans TV. Pun, banyak pula sutradara mentereng digaji untuk membuat film TV yang unggul dan membuat Trans TV menjadi beda.

Namun, itu tadi, film-film di Trans TV cenderung lebay, termasuk "Azab Kubur Tengkulak Beras yang Curang", yang mengumbar kekejian tanpa berpikir bahwa durasi 2 jam cukup bisa untuk memain-mainkan perasaan pemirsa agar tidak eneg. Masak sih Enyak tidak diberi porsi untuk sedikit saja memerhatikan Saidah dalam kisah yang sedikit dilebarkan, dengan, misalnya, menggodanya untuk tidak pacaran dengan Anu, atau mengritik Anu agar tidak pecicilan saat mengapeli Saidah.

Film-film 'keji' Hollywood yang mengisahkan tentang kekejaman ibu tiri pun tak begitu-begitu amat. Coba sesekali putar "Ever After". Kisah yang mengadopsi Cinderella yang antara lain dibintangi Drew Barrymore ini sangat potensial menyuguhkan gamparan-gamparan sadis ibu tirinya, Baroness Rodmilla De Ghent (diperankan oleh Anjelica Huston). Namun, ada sisi-sisi humanis di diri Rodmilla yang membuat perasaan penonton dimain-mainkan. Kita menjadi tidak mual menyaksikan kekejaman ibu tiri dalam sebuah film berdurasi 1,5 jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun