[caption id="attachment_393702" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Kompasiana (KOMPAS.com)"][/caption]
Berkali-kali Ahmad Dhani dikritik dan dipuji, berulang kali Dewi Perssik disentil bahkan di-bully, tak terhitung Julia Perez maupun Nikita Mirzani diminta jangan mengumbar aurat, tak berbilang pula berapa kali suami-istri Nassar-Mudzalifah ditohok medsos (termasuk Kompasiana, salah satunya oleh tulisan-tulisan saya), akan tetapi mereka bergeming saja, termasuk sikap cuek Syahrini yang terus saja kemayu dan pamer harta biarpun pernah ada artikel Syahrini Naik Jet Pribadi, Ekspos Berlebihan Televisi.
Kesimpulannya? Mereka tidak baca Kompasiana. Atau, kalaupun membaca, mereka menyepelekan apa yang tersaji di blog ramai-ramai ini. Itu pun mereka membaca karena dikasih tahu oleh temannya bahwa nama mereka disebut-sebut di Kompasiana, atau oleh manajernya, atau oleh stasiun TV yang mengontraknya agar mereka mengubah sikap. Sikap yang pernah diubah oleh Raffi Ahmad lantaran pesta pernikahannya melampaui batas kewajaran dalam penyiaran sehingga RCTI dijewer KPI, sehingga bela-belain kemudian saya perlu memberinya gambaran kehidupan bumi-langit seperti saya tulis di artikel Pernikahan Mewah Raffi Bikin Kaum Duafa Mengelus Dada. Sikap yang diubah pula oleh sejumlah program yang tadinya suka pamer paha tapi mendadak bintang tamu maupun presenternya berbusana sopan gara-gara artikel Paha Menganga di "Talkshow" Televisi ini.
Tapi sikap itu tak diubah oleh Nassar maupun Muzdalifah. Meski saya sentil dengan artikel Andai Saya Suami Muzdalifah, keduanya tetap acuh tak acuh, menganggap kritikan tak ubahnya promosi gratis. Nassar masih sibuk dengan cengengesannya yang gemulai, sementara Muzdalifah tetap saja keasyikan diliput infotainment.
Saya menduga, pihak paling kompeten membaca muatan Kompasiana adalah orang-orang televisi. Atau kru-kru yang bersinggungan dengan pola tampilan yang harus lekas mereka ubah dan sajikan. Dari Kompasiana, mereka mencuri ide, mengintip seberapa hebat gelombang kritikan mengenai sajian. Dulu, saat Yuk Keep Smile (YKS) digempur cubitan, penggagas acara itu serta crew yang terlibat sungguh intens mengeklik Kompasiana maupun Twitter. Kompasiana memang gahar memuat puluhan kritikan pedas, yang melahirkan keputusan YKS dihentikan.
Atau malah sebaliknya, kritikan di Kompasiana jadi acuan menaikkan rating. Mumpung jadi perbincangan lantaran menggunakan tepung untuk mengguyur talent yang kemudian dicubit hingga pedas oleh masyarakat, Pesbukers ANTV malah makin memperbanyak tepungnya untuk acara yang makin gila-gilaan.
Ada lagi pola-pola lain, misalnya muncul kritikan soal sikap Daniel Mananta yang ceroboh jadi juri di Indonesian Idol Junior di MNCTV, dengan harapan konsep penjurian untuk penyanyi-penyanyi cilik itu lebih pas. Eh, tak tahunya pada tayangan di hari berikutnya muncul juri Iyet Bustami yang sungguh tak pantas menjadi penilai kontestan kecil dalam ajang pencarian bakat. Iyet yang penyanyi dangdut itu sangat sadis mengomentari, melahirkan ketakutan-ketakutan peserta lomba sehingga mereka sulit mengeluarkan kemampuan terbaik. MNCTV malah seolah menempatkan artikel di Kompasiana menjadi karet ketapel untuk melontarkan kerikil guna membidik sasaran!
Tadi malam, saya mensinyalir Tukul Arwana pernah membaca Kompasiana. Lontaran kalimat "mengapa istri pelawak cantik" kala dia mewawancari istri Denny Cagur, Santy Widihastuti, di "Bukan Empat Mata" sepertinya mengutip artikel Mengapa Pelawak Istrinya Cantik-cantik. Tapi Tukul tidak membaca Tangan Tukul Menggerayangi Peserta New Family 100 ini karena terbukti tangannya masih 'berkeliaran' baik di "Bukan Empat Mata", "New Famili 100", maupun "Mister Tukul Jalan-jalan".
-Arief Firhanusa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H