Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nassar-Mudzalifah Dijual Murah

8 Januari 2015   18:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:33 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: izismile.com

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Ilustrasi: izismile.com"][/caption] Berita tentang pasutri Nassar-Mudzalifah digeber sejak Oktober 2014 hingga pagi hari ini, di hampir semua program infotainmen TV. Bayangkan saja, selama tiga bulan Anda dicekoki sayur bayam dan tempe, apa Anda tidak eneg dibuatnya. Bahkan bila bayam dan tempe itu kualitas dan rasanya nomor satu di dunia. Medio Oktober silam, pagi-pagi munculah berita keretakan rumahtangga berbeda usia 10 tahun itu. Si brondong dikabarkan tak serumah lagi dengan janda pengusaha biji besi ini oleh masalah-masalah yang simpangsiur. Perlahan tetapi pasti, warta mengenai keduanya meluncur deras melebihi intensitas berita Pangeran Charles-Putri Diana. Desember silam, infotainmen sejumlah TV -- tidak semua TV menyiarkannya, terutama TV yang menjaga kewibawaan materi siaran -- bahkan membiarkan layar televisi dipenuhi pori-pori kulit Mudzalifah yang tampak belang-belang lantaran tak tersaput bedak, alis mata palsu, dan air mata yang berusaha dihapus si empunya namun malah membuat wajah wanita itu tampak tidak selebriti. Interview yang amat boros, menyita durasi yang teramat banyak, dan tidak bermanfaat! Ya, berita ini lebih cenderung mudarat ketimbang manfaat. Bahkan bila kemudian di awal Januari ini dikisahkan bagaimana Nassar yang sering cengengesan di program D'Terong Indosiar itu digambarkan sedang berpelukan dengan Mudzalifah dalam perayaan ulang tahunnya -- yang konyolnya -- diekspos dan digagas oleh sebuah stasiun televisi. Ada dua kesimpulan tentang pemberitaan bertubi-tubi pasangan suami istri ini di kaca infotainmen TV kita.

1. Program infotainmen miskin kreativitas. Tak pelak lagi, mereka yang bekerja di pemberitaan selebritas tidak bisa mengeksplorasi kemampuannya, untuk tidak mengatakan bahwa mereka minim kemampuan. Mereka tidak bisa membedakan mana berita-berita bernilai headline, dan mana yang kategori highlight. Infotainmen TV di negeri ini menaruh berita sepele menjadi berita utama hanya karena menuruti selera ibu rumahtangga pinggiran yang pagi-pagi ngerumpi karena tidak punya pekerjaan lain selain memasak dan mengurusi anak. Produksi berita yang cenderung ala kadarnya ini mirip sinetron kejar tayang. Asal tahu saja, ada beberapa TV punya dua hingga tiga program infotainmen di pagi, siang, sore, bahkan malam. Durasi panjang dan wajib terisi materi ini tidak diimbangi dengan dinamika selebriti negeri ini dan kualitas peristiwa, sehingga ketika muncul kehebohan kecil pun lantas menjadi berita panjang karena dipanjang-panjangkan, berhari-hari, mirip pembunuhan berantai. Tak jarang bahkan muatannya dipaksa-paksakan, misalnya banjir di Bandung, atau meletusnya Sinabung, atau jatuhnya pesawat AirAsia maka yang diwawancara adalah artis yang sama sekali tidak nyambung. 2. Nassar dan Mudzalifah ketagihan disorot kamera. Di negeri seberang, tak sedikit artis menolak diwawancarai. Bintang-bintang Hollywood bahkan sering dikabarkan cekcok dengan reporter televisi. Desy Ratnasari pernah bungkam saat diadang wartawan. Mereka sadar bahwa pemberitaan atas dirinya bisa menjadi racun karena menyangkut rahasia pribadi dan aib. Tetapi Mudzalifah sebaliknya. Ia seolah justru  senang diinterview wartawan. Wajahnya girang dikurung kamera, dan menangis tersedu sedan di waktu yang berbeda. Nassar? Setali tiga uang! Sesungguhnya fenomena ini menjangkiti hampir seluruh artis -- atau mereka yang mengaku dirinya artis -- di negeri ini. Muncul di layar TV adalah kegembiraan tersendiri dan bisa dibanggakan pada teman-teman, tak peduli kemunculannya itu menggendong khilaf maupun aib. Mereka lebih mementingkan aktualisasi daripada menyembunyikan masalah untuk diri pribadi. Gila publikasi itu bahkan kini dianggap "iklan gratis", daripada membayar iklan hitungan detik di TV yang nilai rupiahnya selangit. Padahal, belum tentu diberitakan oleh infotainmen seseorang lantas naik popularitas. Anda ingat Rinada? September tahun lalu, adegan mesum penyanyi satu ini menghebohkan jagat Indonesia. Ia berpakaian PNS Bandung kala berbuat mesum, lalu videonya disebarkan mantan suami. Apakah kemudian Rinada terkenal dan kini menjadi penyanyi papan atas meski infotainmen memberitakannya bertubi-tubi?

Ada beberapa TV yang tak punya infotainmen, meski mereka memberitakan selebriti dalam takaran yang patut diacungi jempol. Ada pula TV yang keren dengan menayangkan selebriti dari aspek yang menginspirasi. Tetapi, ada banyak TV negeri ini yang minta ampun konyolnya membuat sajian. Televisi mana saja? Coba bangun pagi, pindah-pindahlah channel televisi. Dari situ Anda sudah mulai menyaksikan jejak dan kiprah artis yang dijual murah! -Arief Firhanusa-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun