Ini mungkin tidak penting, tapi bagi saya penting. Tiap kali menonton Insert Trans TV, saya selalu ngakak, kemudian ujung-ujungnya merasa terganggu dengan narator yang intonasinya monoton dan garing itu.
Narator Insert -- Insert adalah infotainmen Trans TV -- sepertinya dipertahankan oleh penjaga gawang program yang digelar tiap hari, pagi (pukul 06.30) dan siang (11.00) ini. Padahal, jika kuping kita peka, narator ini membuat kita dongkol.
Bagaimana tidak dongkol, meski dia pintar menyajikan aksentuasi, tapi cewek ini selalu memakai nada memanjang dan meninggi di akhir kalimat tiap kali membacakan narasi. Nada yang tak berubah, monoton, aneh, dan tidak mengindahkan intonasi. Ini contohnya (dengan kalimat ala saya):
"Irfan Hakim tahu benar bagaimana dia mendidik ketiga anaknya meski kesibukannya luar biasa, dan ia setuju bahwa pembentukan mental anak dimulai dari balitaaaAA ..." (Huruf A kapital itu untuk menandai nada meninggi narator ini)."Bisul di dada Bopak ternyata sudah ada sejak dia bayi, walau Putri, istrinya, ngotot bisul itu baru ada setelah Bopak berniat menceraikannyaaAA ..."
"Ahmad Dhani tidak lagi merahasiakan nama anak hasil pernikahan dengan Mulan, tapi Dhani belum mau mempublikasikan seperti apa wajah putrinya ituuUU ..."
Meninggikan dan memanjangkan akhir kalimat boleh-boleh saja, untuk maksud menandaskan sesuatu. Misalnya dalam kasus Ahmad Dhani di atas, penekanan kata di akhir kalimat bisa saja dimaksudkan untuk menyindir, atau mencubit, atau untuk menciptakan joke, dan bukannya tiap kalimat selalu ada penakanan melalui mulut narator yang selalu memanjangkan dan meninggikan kata di akhir kalimat dalam satu jam penayangan Insert!
Saya menduga, narator ini memang hanya ditugasi untuk membaca, dan terserah dia mau memakai gaya apa. Nah, karena mungkin dia dulu guru Taman Kanak Kanak, atau suster di sebuah rumah sakit yang pekat dengan penekanan-penekanan tertentu kepada siswa atau pasiennya, maka selagi ia menjadi pembaca narasi kebiasaannya itu terbawa.
Untuk acara-acara tertentu di TV yang berkaitan dengan anak-anak atau remaja, pola seperti narator Insert itu mungkin bisa dipahami. Tapi untuk Insert yang ditonton oleh segenap usia, rasanya kok kanak-kanak. Seolah semua penonton bodoh, maka perlu diberi penekanan-penekanan.
Kalau narator Insert membaca tulisan ini, tolonglah gaya Anda itu dikurangi, atau kalau bisa dihilangkan sama sekali. Datanglah ke bioskop, dan dengarkan suara merdu Maria Oentoe yang intonasi maupun aksentuasinya tetap abadi meski perekaman suara itu dilakukan pada 1986. Anda tak asing dengan ucapan ini kan: Mohon perhatian Anda, pertunjukan film di theater 1 segera dimulai. Para penonton yang telah memiliki karcis dipersilakan untuk memasuki theater 1.
Anda bisa belajar dari senior Anda bernama Maria Oentoe itu!
-Arief Firhanusa-