[caption id="attachment_417203" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]
Kasus RA dan AA 'berbuah manis'. Sudah kita duga, hampir seluruh stasiun TV membedah perkara ini, dari A hingga Z. Kupasan yang memang tidak komplet lantaran cuma menelaah kulit, tak sampai ke titik-titik menggetarkan, misalnya ada pengakuan narasumber dari kalangan selebritis bahwa dia adalah salah satu PSK bertarif tinggi dan semacamnya. Tak ada pula pejabat yang mendadak muncul di TV dan dengan sukarela mengaku pernah sekamar bersama AA dan konco-konconya.
Dalam talkshow-talkshow dan infotainment-infotainment, pernyataan yang kita dengar melulu sikap pengelakan. Semua selebritis antah berantah yang diundang ke studio (tak pernah kita dengar main film apa, atau pemain film syur yang cuma terlibat di satu dua judul) mengaku bukan pelaku 'pemeran utama' dalam transaksi seksual kelas tinggi, bahkan ada yang bilang "amit-amit".
Narasumber lain -- kalangan artis yang 'bersih' -- pun hanya mengungkap keprihatinan. Atau bersikap tak tahu menahu. Atau mengaku pernah ditawari duit segepok (untuk memuasi seseorang) tapi dia tolak. Pejabat/anggota DPR/pengusaha pun mengucap statement-statement klise dan normatif. "Orang ketiga" macam penulis buku Jakarta Undercover Moammar Emka yang mendadak kembali laris pun menjawab pertanyaan dengan sumir, dan tidak lebih tajam ketimbang isi bukunya.
Pendek kata, mendadak semua orang bersih tanpa noda. Mbak-mbak yang diundang TV untuk diwawancarai pun tampak rileks dan tanpa dosa, meski datang ke studio dengan dandanan 'ala kadar'-nya. 'Ala kadar'-nya yang saya maksud, mereka memakai busana pendek dan mengumbar syahwat, seolah kain yang dibawa ke tukang jahit ukurannya kurang.
Demam PSK Artis
Tetapi, meski AA dianggap pengobral dosa dan RA disebut mucikari yang layak dimejahijaukan, keduanya bisa saja dianggap pahlawan oleh kalangan tertentu. Kalangan pebisnis esek-esek dan pria-pria hidung belang yang mendadak tersentak dari lamunan!
Meledaknya kasus prostitusi online ini secara tak langsung justru menggeliatkan praktik-praktik pemuas nafsu yang belakangan mati suri tertimbun berbagai persoalan dalam negeri, mulai politik hingga ekonomi. Cukong-cukong yang tadinya mumet memikirkan gaji karyawan atau indeks harga saham kini punya 'mainan' baru. Mereka mulai rajin mengulik kembali foto-foto syur di Google, Twitter, hingga meminta pada kolega-koleganya. Jadilah pertemuan di kafe kopi maupun restoran tidak lagi membicarakan bisnis, melainkan juga demam PSK artis dan cekakak-cekikik membicarakan foto dan siapa nama sosok di foto tersebut. Mungkin juga barter informasi tarif mereka berapa dan semacamnya. Gampangnya, jangankan bos-bos, gara-gara kasus ini kalangan biasa saja membicarakan, meski mereka tahu menyewa PSK high class adalah mimpi.
Di pihak lain, perempuan-perempuan penghibur pun memetik keuntungan. Mereka tampil di TV untuk eksistensi. Dengan busana asoy yang memantik penasaran, gaya bicara mereka juga mengundang 'niat'. Kita jadi tahu, "o dia itu pemain film ya", "o orang ini ya yang film horor syurnya pernah saya tonton", dan "o" lainnya.
Secara langsung, pemirsa TV yang berduit pun dibuat gemetar dan berdebar. Sensasi melayang tinggi dan lahirlah keinginan-keinginan, biarpun bisa saja mereka yang diwawancarai itu bukan PSK. Paling tidak muncul rasa penasaran yang pelampiasannya pada bintang lain, apalagi tayangan di TV itu menguak pula betapa mudah memesan PSK melalui jejaring sosial yang kini juga digumuli bapak-bapak serta om-om.
Itulah yang saya maksud 'berbuah manis' tadi. Buah yang juga dinikmati mereka yang dulu penjaja cinta tapi kini jarang muncul di TV. Sudah rahasia umum, sebagian artis papan atas, atau artis papan menengah tapi punya 'talenta' menjadi PSK, dulu cukup santer dibisikkan "bisa dibeli". Siapa tahu munculnya kasus AA dan RA ini membangunkan kembali ingatan bos-bos atau pejabat-pejabat bahwa mereka pernah berlangganan pada artis-artis tertentu itu. Iseng mereka menelepon, eh gayung bersambut. Ketimbang bokek lantaran bisnis kecilnya tak jalan, disambarlah tawaran transaksi puluhan hingga ratusan juta ini.