Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

HTHT: Himpunan Tukang Hipnotis di Televisi

3 Februari 2014   10:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:13 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13914097381512241156

[caption id="attachment_320074" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

INILAH wadah untuk menampung para hipnoter di televisi. Wadah baru, didirikan oleh masyarakat yang merasa salut pada jerih payah Denny Drako, Dedy Corbuzier, dan Uya Kuya yang tanpa lelah menjual kegilaan di negeri yang di ambang sinting ini.

Jerih payah yang menurut para pendiri HTHT patut diapresiasi karena bisa memanipulasi kesadaran orang, untuk kemudian disuruh-suruh bahkan untuk perbuatan-perbuatan memalukan. Jerih payah menghibur sebagian ibu rumahtangga yang begitu doyan menyimak acara ini sampai-sampai menjadi orang asing di depan suami sendiri.

Wadah ini bersifat korelatif. Tapi bukan atas nama stasiun televisi yang menayangkan acara hipnotis-hipnotisan guna mendulang iklan. Juga bukan atas teken dan tandatangan orang-orang yang merasa bahwa Dedy, Denny, dan Uya juga patut dihipnotis kemudian ditanya apakah aksi mereka sungguh-sungguh, ataukah trik sulap belaka dengan berbagai tipu daya; melainkan hanya untuk menawarkan diri supaya mereka ada wadahnya saja. Daripada tukang hipnotis tidak kompak memainkan sulap. Jadi, karena dinilai kompak dengan metode yang sama, maka wadah bernama HTHT ini kemudian muncul.

Dan karena telah dianggap kompak, mereka yang tergabung dalam lembaga tersebut kelak akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan warga. Umpama pertanyaan dari tetangga saya, Bu Kardi, seorang pembuat butiran bakso. Pertanyaan yang tadi pagi meluncur dengan lugu itu– berangkat dari ketidakwajaran tiga stasiun swasta yang tadi malam, Minggu (2/2), serempak menyuguhkan acara hipnotis-hipnotisan di waktu yang hampir bersamaan -- kira-kira begini bunyinya: “Orang dihipnotis kok sadar ya Pak? Bukannya dihipnotis itu hilang kesadaran dan nggak tahu siapa dirinya sehingga kalungnya mudah dijambret?”

Jadi, publik di negeri ini tidak paham apa makna hipnotis. Dipikirnya hipnotis itu gendam, meski ada sebagian masyarakat yang tahu, hipnotis juga dipelajari untuk hal-hal positif, misalnya di ruang konsultasi psikologi saat seorang psikolog membedah kalut pikiran seseorang.

Dan karena tidak paham, banyak yang merasa terhibur melihat adik Olga Syahputra, Zaskia Gotik, Ayu Ting Ting, hingga Jeremy Teti curhat di depan hipnoter. Mereka ketawa-ketawa mendengar pengakuan paling rahasia dari figur publik. Mereka ngakak menyaksikan para pemuda yang entah darimana asalnya menjadi kerbau yang dicocok hidungnya dengan seolah-olah teler minum arak, atau berlarian memeluk orang lain mirip kesurupan.

Dan lantaran tidak paham itulah masyarakat santai-santai saja menonton televisi ketika orang-orang yang mengaku bisa menghipnotis orang lain melakukan aksinya. Aksi-aksi yang seragam. Menyuruh orang tidur, kemudian meminta mereka mengkerut karena kedinginan, disuruh seolah menyopir mobil, memainkan alat musik, dan seterusnya, dan sebagainya.

Tapi, saat itulah mungkin benak mereka ingin aksi yang tidak menjemukan. Barangkali berharap para hipnoter sesekali menghipnotis pejabat korup, calon presiden, atau bekas gubernur yang dibui. Tanyakan pada mereka, berapa miliar sebenarnya duit yang mereka raup dari kegiatan perkorupsiannya agar pengadilan lebih tenang memutuskan. Tanyakan pula pada calon presiden apakah mereka benar-benar tulus dan jujur untuk bekerja bagi kemakmuran rakyat atau cuma untuk gagah-gagahan belaka.

Atau mungkin saja mereka menginginkan kegilaan yang tidak tanggung-tanggung, misalnya saja DedyCorbuzier menghipnotis Ishadi SK, Komisaris Trans Corp, untuk membedah benaknya, mengapa ia tidak seidealis ketika ia masih menjadi Direktur TVRI …

Dengan HTHT, orang-orang pintar yang bisa menghipnotis itu gagah karena punya wadah. Wadah yang mungkin punya AD/ART, payung hukum, advokasi, dan piranti organisasi yang mendukung. Sehingga kelak suatu ketika jika ada warga masyarakat yang merasa dipermalukan setelah dihipnotis, atau murka karena rahasianya dibongkar, atau kalap lantaran aibnya disebarluaskan, maka wadah itu berguna untuk melakukan pembelaan.

Atau, organisasi HTHT juga berfungsi bagi anggotanya untuk saling berbagi obyek. Bila Denny Drako sudah kehabisan stok orang yang dihipnotis, ia bisa meminta Dedy. Begitu pula sebaliknya …

-Arief Firhanusa-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun