Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hai Pengendara Mobil, Tolong Jangan Arogan!

8 Oktober 2014   20:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:52 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Arogansi penunggang mobil akan jadi perkara bila jalan raya sudah marah. Tadi pagi, seorang pria separuh baya hampir jadi bulan-bulanan massa setelah membuat pasutri berusia lanjut babak belur mencium aspal, di Jalan Sriwijaya Semarang.

Pengendara Toyota Fortuner itu tidak secara langsung mencelakai orang. Pria berkulit putih, berambut setengah cepak diolesi jeli sehingga tampak kaku, dan cukup ganteng ini cuma menyalakkan klakson sekencang-kencangnya tatkala di depannya sepasang suami istri berusia tua lambat mengendarai motor. Merasa dihalang-halangi (karena mungkin si Fortuner ini tergesa mengejar jam kantor), dia menghardik motor di depannya dengan klakson variasi. Bunyinya mirip bel kapal.

Kontan bapak-ibu pengendara motor itu kaget bukan kepalang. Maklum saja, jarak mobil dengan motor cuma 2 meteran. Si bapak tak mampu mengendalikan Honda Supra-nya, oleng ke kanan dan tersenggol bumper Toyota Fortuner, terbanting ke kiri lantas menyeruduk bak sampah di atas trotoar, kemudian keduanya terjengkang mencium aspal. Si ibu, yang terlempar lima meteran dari posisi motor menggelosor, mengerang kesakitan. Untung keduanya tidak menderita sakit yang lebih parah.

Si pria bermobil ingin cabut rupa-rupanya. Dengan Fortuner putihnya dia berniat membelok secara mendadak ke Jalan Tegalsari Raya (arah Rumah Sakit Elisabeth). Tapi nasibnya buntung. Seorang pemuda (sepertinya anak kuliahan) berhasil menghentikan niat buruk si pria macho ini dengan cara menyilangkan motornya di depan mobil tersebut. Pemuda ini pula yang menggedor-gedor pintu mobil itu, dan memaksanya turun dari mobil. Dan karena lokasi peristiwa di sebuah lampu merah, banyak orang kemudian gantian menghardik pria sial tersebut. Untunglah tidak terjadi pertumpahan darah. Hanya kemudian si pengendara mobil (dengan agak terpaksa) menyentuh dua orang tua tersebut, dan tampaknya bersedia membantu perbaikan motor serta membayar pengobatan luka-luka.

Saya yang kebetulan sedang berdiri di depan sebuah minimarket mepet dengan kejadian memetik beberapa pelajaran penting. Pelajaran yang sesungguhnya sejak dulu ingin saya katakan supaya menjadi introspeksi kita semua, terutama bagi para pengendara mobil. Saya beruntung tergolong 'manusia amphibi' yang hidup di 'tiga dunia', dunia motor, mobil, dan angkutan umum. Saya sering naik motor, juga kerap menyetir mobil, dan juga pelanggan angkutan umum. Jadi, saya bisa berdiri di beberapa posisi.

Pelajaran tersebut, antara lain:

1. Jika Anda pengendara mobil, beri kesempatan kepada pengendara motor untuk menyalip, tanpa perlu marah karena disalip. Pengendara motor yang jumlahnya lebih banyak dari penunggang mobil ibarat rakyat kecil yang kepanasan, jauh dari AC, dan mereka seolah memiliki 'hak yang lebih' karena ada kesenjangan sosial.

2. Jika Anda pengendara mobil, Anda tak perlu memaki-maki pengendara motor yang mendadak menyelonong di antrean lampu merah. Pengendara motor adalah manusia-manusia yang dibungkus jaket dan helm tebal dan dehidrasi, yang memungkinkan mereka murka bila tersinggung, lalu berbuat semaunya dengan, misalnya, mencederai badan mobil Anda dengan kepingan uang atau paku. Bahkan mungkin batu. Kalau cat mobil Anda tergores dalam, siapa yang rugi? Memang ini kriminalitas, tetapi jalan raya adalah bidang luas yang memungkinkan 'rakyat kecil' macam pengendara motor bisa memasuki gang-gang tikus setelah mencederai mobil Anda.

3. Jika Anda pengendara mobil, Anda tak perlu mengagetkan pengendara motor yang berkerumun di depan Anda dengan klakson yang kencang dan berulang-ulang. Cobalah tempatkan diri Anda di diri para pemotor ini, dan cobalah bayangkan bila Anda diklakson keras-keras. Kaget, bukan? Kalau ingin membunyikan bel untuk memberitahukan bahwa lampu lalin sudah hijau, cobalah pencet sekali saja dengan sentakan yang lunak.

4. Jika Anda pengendara mobil, berikan kesempatan pada motor atau sepeda yang bersiap menyeberang dan jarak mobil Anda dengan mereka sudah sangat dekat. Menginjak gas kala motor-motor mau menyeberang adalah tindakan tidak bijaksana, kecuali mobil Anda masih punya ruang yang luas untuk meneruskan jalan. Menggenjot mobil selagi penyeberang sudah memasuki badan jalan adalah tindakan ceroboh. Siapa tahu di antara motor-motor tersebut ada yang nekat menerobos sementara Anda tidak siap menginjak rem. Maka akan terjadi benturan.

5. Rata-rata kecelakaan mobil vs motor disebabkan pengendara mobil tidak siaga akan situasi mendadak di sekitarnya, tidak melihat spion kiri-kanan-tengah, dan menganggap penunggang motor adalah lawan. Jika terjadi tubrukan, kebanyakan yang disalahkan adalah pihak mobil meski sebenarnya pemotor bersalah sebab mereka kerapkali ugal-ugalan. Ugal-ugalan dan merasa memiliki jalan raya lantaran mereka cemburu oleh rezeki yang berbeda-beda.


Jadi, berhati-hatilah wahai pengendara mobil, mengalah dan rendah hatilah. Arogansi, jumawa, sok kaya, sok borju, sangat tidak menguntungkan, lebih-lebih dengan sering menglakson tanpa tahu adat, atau gedebak gedebuk membunyikan sound system tanpa peduli betapa nelangsanya hidup sebagian besar pengendara motor di kiri kanannya ...

-Arief Firhanusa-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun