Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Goyang Syur yang Diumbar di Lomba Dangdut Indosiar

19 Februari 2014   21:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:40 5282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

TATKALA mengomentari seorang kontestan Indonesian Idol 2014 pada babak Top 15 Show, Jumat pekan silam, Ahmad Dhani berkata bahwa Indonesian Idol laris ditonton pemirsa televisi dibanding ajang-ajang pencarian bakat lain di televisi berbeda.

Lalu, Senin (17/2) malam saya mencoba mengintip D'Academy Indosiar. Bagi yang belum tahu apa itu D'Academy, ini adalah ajang pemburuan bakat penyanyi dangdut di stasiun Indosiar. Program yang merunut jejak sukses KDI di TPI (sekarang MNCTV).

Saya tidak tertarik komentar Dhani tadi. Maklum, bukan Dhani kalau tidak jumawa. Yang menarik adalah fakta yang kemudian terhampar bahwa kontes dangdut di Indosiar ini rupanya juga dimanfaatkan oleh para kontestan untuk mengumbar erotisme. Berbeda dengan KDI yang bahkan pernah menelurkan juara yang berjilbab dan lebih menonjolkan perlombaan suara, D'Academy sedikit (saya bilang sedikit sebab tidak semua penyanyi berjoget kencang dengan rok yang terbelah) syur dan erotis.

Erotisme itu terutama disuguhkan oleh kontestan -- yang celakanya adalah salah satu unggulan -- bernama Ikif (tadinya saya kira IKIP, Institut Keguruan Ilmu Pendidikan), asal Ngawi, Jawa Timur. Ikif bergoyang hebat dengan rok beludru warna keemasan. Secara kasat mata, perempuan ini memang seksi. Suaranya juga lumayan. Hanya saja, astaga, Ikif mungkin lupa bahwa di studio banyak anak-anak turut menonton goyangannya. Jam tayang D'Academy juga cukup sore sehingga anak-anak SD masih melek.

Lebih syur lagi ketika MC acara ini mengompori Ikif untuk menggenjot badan guna menirukan aneka ragam goyang di Nusantara, dari ngebor, patah-patah, gergaji, hingga oplosan. Ikif yang kemayu dan berkawat gigi ini pun segera unjuk gigi, ngebor dan menggeliat dengan roknya yang terbelah hingga paha. Tepuk tangan pun menggema.

Melihat gelagat kurang menyenangkan, salah satu juri, Beniqno, menegur Ikif. Beni bilang, acara tersebut ditonton segenap usia, bahkan juga anak-anak praremaja.

Ikif sebenarnya tidak salah. Ia hanya ingin total mengkespresikan kemampuannya agar menyedot animo. Lagipula, dua di antara lima juri adalah penyanyi yang punya goyangan bermerek. Inul Daratista sohor dengan goyang ngebor, dan Zaskia Gotik dengan goyang itik. Rita Sugiarto tak punya trade mark erotisme, dan hanya mengandalkan suara. Sementara Saipul Jamil dan Beniqno adalah pedangdut pria yang wagu kalau bergoyang pantat.

Yang keliru -- sekaligus membedakan D'Academy dengan KDI -- adalah konsep perlombaan. Dulu, KDI adalah turnamen menyanyi yang miskin goyangan. Bila ada yang bergoyang mirip kesurupan, maka peserta gugur dengan sendirinya. Para juara, terutama Siti Rahmawati dan Gita, justru perempuan-perempuan kalem. Siti, adik Cici Paramida yang juara KDI edisi pertama, mengusung dangdut dengan anggun. Sementara Gita (jawara edisi kedua) malah berjilbab. Soal mereka yang tidak juara kemudian laris manis menjadi istri kedua, itu lain persoalan.

Tapi, bila dirunut-runut, pihak penyelenggara D'Academy juga tidak sepenuhnya memikul dosa. Maklum saja, dewasa ini goyang-goyang urat dan aurat dengan iringan musik mendesah seolah mengalahkan acara-acara pengajian ataupun kebaktian sehingga tidak trendy kalau tidak mengikuti ...

-Arief Firhanusa-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun