Peringatan setahun (haul) wafatnya Ustadz Jefri Al Buchori digelar di dua tempat. Satunya di kediaman almarhum di Perumahan Bukit Mas, Jalan Nermada 3/11, Rempoa, Jakarta Selatan; satunya lagi di kediaman Umi Tatu Mulyana, ibunda almarhum Jefri di  Jalan Pangeran Jayakarta, Mangga Dua Selatan, Jakarta Pusat. Satu peringatan di dua tempat itu berbeda nuansa, meski muaranya ke makam Uje di TPU Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Nuansa yang saya maksud, di kediaman Umi Tatu haul digelar dengan takzim, disertai pembacaan tahlil dan surat Yasin dalam suasana sakral. Ribuan tamu berdatangan ke sana. Sementara itu, ada beberapa hal yang mungkin perlu dikritisi dalam peringatan di kediaman almarhum, terutama spirit entertainmen yang bisa saja diartikan berbeda oleh para pemirsa televisi.
Di hampir seluruh televisi di negeri ini, Minggu ((27/4), haul di dua tempat tersebut diudarakan dalam ketidakseimbangan porsi. Di rumah Pipik Dian Irawati, istri mendiang Uje, yang diekspos adalah sisi-sisi hiburan, meski dibalut narasi yang meremas sukma siapapun yang mengidolai Ustadz Jefri, termasuk saya. Hanya Indosiar dengan acara "Kiss" yang lebih menyoroti sisi Umi Tatu. Sementara yang lain getol mengais berita yang menggiring pemirsa seolah-olah Ustadz Jefri adalah (hanya) milik Pipik serta Adiba dan Abidzar (dua dari tiga anak pasangan Jefri-Pipik) dalam nyanyian ketiganya dengan lagu khusus untuk Jefri. Padahal, Uje dimiliki oleh jutaan umat di negeri ini, bahkan negeri jiran.
Paling overload adalah program "Selebrita" milik Trans7. Stasiun ini tampaknya mendapat 'hak siar' eksklusif yang menguntit Pipik kemana pun perempuan asal Semarang itu pergi, di kisaran haul Ustadz Jefri ini. Sebuah penayangan yang kurang sedap dipandang adalah angle dimana Pipik menunggang motor besar menuju makam suaminya, memboncengkan Adiba. Memakai jaket kulit hitam, Pipik tampak mengacungkan jempol ke arah kamera! Sebuah situasi yang bisa saja memancing tanda tanya, ini sebuah acara berkabung, ataukah touring?
Barangkali rangkaian haul ini memang dikaitkan dengan prosesi kepergian Uje yang di akhir hayatnya almarhum menaiki motor gede. Tetapi alangkah eloknya bila Pipik tidak menaiki moge, duduk takzim saja di sebuah mobil, dan biarkan teman-teman suaminya yang menaiki motor besar.
Masih di layar "Selebrita" Trans7, muncul spirit "Jejak Petualang" atau acara-acara plesir dan petualangan yang sering dibikin oleh  Trans7, yang dikaitkan dengan kepergian Ustadz Jefri. Dikisahkan, Pipik menjalani ibadah umroh di Tanah Suci. Umroh mengandung esensi ibadah, tapi liputan Trans7 menyiratkan bahwa kepergian Pipik ke Arab Saudi tak ubahnya acara "Jejak Petualang".
Kamera mengikuti kemana pun Pipik jalan, di tengah kerumunan jamaah lain dari berbagai negara, dengan medium shot maupun close up. Ironisnya, Pipik juga berlaku sebagai presenter yang kerapkali berbicara di depan kamera, memandu pemirsa, mirip Riyani Djangkaru di "Jejak Petualang" atau tokoh-tokoh di "Petualangan si Bolang". Mungkin pemirsa bertanya, ini umroh atau syuting program petualangan Trans7 sih?
Sebagai figur yang perlahan-lahan menjadi selebriti pascakematian sang suami, saya menyadari Pipik butuh eksistensi. Dengan beban berat meneruskan segala sesuatu yang dirintis Jefri plus menghidup dan membesarkan tiga anak, model gadis sampul Majalah Aneka tahun 1995 ini merasa perlu mendapat dukungan dari pihak manapun.
Hanya saja, khusus untuk acara peringatan setahun kepergian Ustadz Jefri ini ekspos yang dilakukan televisi, terutama "Selebrita" Trans7, saya nilai lebay.
-Arief Firhanusa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H