Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Rindu Penyanyi Gondrong

28 Januari 2014   21:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:22 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

GENERASI terkini mungkin tahunya Anang Hermansyah itu pria klimis. Tapi bagi Anda yang meniti remaja pada era 80-an, maka pernah menjadi saksi Anang yang gondrong seperti video di bawah ini: Atau seperti ini:

Anang gondrong melewati bahu. Sulur-sulur rambutnya berjuntai-juntai kala disentuh angin. Bahkan ketika sedang memadu kasih, dan kemudian menikahi Krisdayanti, dia masih gondrong. Sebagai ABG 80-an, mendadak saya rindu penyanyi-penyanyi berambut gondrong. Anang itu salah satunya. Atau almarhum Andy Liani ini:
13909187101636810911
13909187101636810911
Mereka pernah menemani saya kala jatuh cinta untuk yang pertama, cemburu karena pacar disambar orang, atau berdiam di kamar selama berjam-jam karena karena ingin jadi pengarang. Anang, dengan solo karirnya atau bersama grup Kidnap, begitu saya idolai. Tetapi lambat laun kekaguman saya agak melemah setelah ia berpisah dengan KD, dan kemudian bercukur klimis tatkala menyanyi bersama Syahrini dan Ashanty dengan lagunya yang temehek-mehek. Tapi tak apa, saya masih punya Iwan Fals. Meski kini ia relatif cepak, tapi beberapa videonya masih mempertunjukkan rambutnya yang gondrong seperti saat ia konser di bawah ini:
13909191381881352486
13909191381881352486
Video Iwan masih sering saya putar, baik solo maupun bersama Swami dan Kantata Takwa. Iwan menginspirasi saya, dari lagu maupun proses kreatif dan konsistensinya. Posternya dengan rambut gondrong tertera dengan lekat di tembok kamar saya, berukuran besar. Anak-anak saya kadang bertanya-tanya tentangnya, dan saya mencoba menjelaskannya agar mereka memetik spirit Iwan Fals. Penyanyi-penyanyi masa kini hampir semuanya berambut cepak. Tidak secepak tentara, tapi sejujurnya mereka kurang greget di mata saya. Gondrong identik dengan seniman dan konsistensi kesenimanan, tanpa perlu menjadikan gondrong sebagai pembenaran tentang kebebasan. Gondrong secara rambut lebih baik ketimbang cepak di kepala tapi hatinya gondrong, seperti Elpamas dengan lagu "Pak Tua" yang liriknya konon menyindir Pak Harto (Orde Baru) ini, jauh sebelum reformasi:
13909196081646043530
13909196081646043530
Sungguh, saya merindukan penyanyi-penyanyi gondrong, penyanyi-penyanyi jujur. Entah mengapa menjelang tengah malam ini saya begitu melankolis, seolah ingin terlempar ke masa silam. Masa di mana kejujuran masih belum diacak-acak akal-akalan ... Semarang, 28 Januari 2014, 21.30 -Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun