ULAR dan dada Jenny Cortez sebegitu dekatnya di acara "Berburu" Trans7 tiap Minggu malam, sampai-sampai penonton yang memerlukan pengetahuan tentang ular maupun buaya terkurung dalam sensasi tubuh bintang film horor saru itu.
Pemilihan Jenny sangat tidak mungkin kalau tanpa tujuan. Ini yang membedakan Riyani Djangkaru di "Jejak Petualang", atau Arandella Crista di "Berburu' versi menembaki celeng, babi, dan sempat pula gajah yang menuai protes keras itu. Protes yang antara lain dilontarkan oleh organisasi Profauna dan Anti Perdagangan Satwa kepada KPI, 6 Januari 2013 silam.
Riyani dan Arandella dikontrak Trans7 menjadi presenter dua acara tersebut dengan berbusana sewajarnya. Mereka tampak bersenyawa dengan kearifan lokal lokasi syuting serta para pengisi acara, sehingga mata kita lebih nanar ke obyek (binatang), sementara Jenny Cortez seolah merampas fokus kita ke ular maupun buaya lewat kausnya yang selalu tanpa lengan, dengan dada yang senantiasa membusung.
Pemerhati film-film horor pengumbar syahwat tentu tak asing lagi dengan Jenny. Ia membintangi film-film mendebarkan pria macam Air Terjun Pengantin, Tiran: Mati di Ranjang, Pulau Hantu 3, Kutukan Arwah Santet, Bangkitnya Suster Gepeng, dan semacamnya. Ia juga berprofesi DJ yang tak lekang dari geliat tubuhnya yang molek. Belakangan saja ia bermain di dua film produk Malaysia, berjudul Paku dan Suti at Facebook.
Cobalah ketik "Jenny Cortez" di Google. Maka yang muncul adalah banyak komentar-komentarnya mengenai cara dia membersihkan alat vital, dan seterusnya ...
Sebab itu, acara "Berburu" versi Jenny ini tidak ditayangkan saat prime time, apalagi sore hari, ketika anak-anak SMP masih melek. Anda ingat, kan, acara-acara macam "Komedi Tengah Malam" atau "Mata Lelaki" yang dulu sempat memanjakan pria dewasa tak pernah ditayangkan sore atau malam setelah Isya?
Maka, "Berburu" versi anyar (mulai tayang medium 2013) ini sesungguhnya juga membidik pria dewasa lewat Jenny Cortez, dan tak memedulikan misi edukasi seperti cita-cita awalnya. Trans7 memang mengubah acara menembaki babi dengan tayangan tentang pawang-pawang (dengan Jenny Cortez di sela-selanya) yang blusukan ke semak belukar untuk mencari-cari ular, plus bonus pengetahuan mengenai marga dan jenis ular yang mereka tangkap guna memenuhi keinginan para pecinta binatang yang komplain. Tapi, apakah pria-pria dewasa peduli pada marga-marga ular? Apakah iya bahwa kita menonton acara ini untuk mencatat nama-nama ular yang ditangkapi para pawang tersebut? Saya yakin, lebih dari separuh orang yang menonton program ini hanya untuk menyimak Jenny Cortez yang senantiasa memakai kaus tank top!
Rekayasa Lokasi
Di sisi lain, saya juga setuju dengan tudingan organisasi Profauna yang memrotes acara ini lewat KPI itu. Mereka menyebut adanya unsur rekayasa loksi syuting program "Berburu". Kalau Anda rajin menyimak program National Geographic, maka Anda akan menemukan beragam kesulitan tatkala pawang dan kru televisi merambah rawa-rawa atau semak belukar perawan guna mencari-cari ular dan satwa liar.
Tapi, di "Berburu" Trans7, pawang-pawang itu begitu mudahnya menemukan ular yang sedang 'kongkow' di sebatang dahan, melamun di bebatuan, atau meringkuk di sudut lapangan, seolah ular-ular ini caleg yang gagal meraih kursi.
Seperti tadi malam. Jenny Cortez dan seorang pria mendapatkan ular kuning kehijauan sedang tepekur di dahan pohon kecil, ketika Jenny dan pria itu baru beberapa meter saja memasuki semak-semak. Di sesi berikutnya, dalam lokasi yang digambarkan sebuah gua dengan air setinggi dengkul, dua pria dan Jenny menemukan ular ular kadut berwarna hitam. Ular yang jinak. Meski kecemplung di air saat penangkapan, toh bisa diringkus juga akhirnya.
Yang mencengangkan, saat ketiganya berniat keluar dari gua, tiba-tiba di mulut gua datang ular piton besar. Piton yang membuat Jenny (seolah-olah) ketakutan sehingga dia kabur. Lalu, melalui pergumulan yang (seolah-olah) hebat, dua pawang tersebut sukses melumpuhkan piton ganas tersebut melalui beberapa jurus maut.
Saya membatin, ini ular kok baik hati banget ya mencari-cari pawang ...
-Arief Firhanusa-
Foto-foto dokumen pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H