Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rutan Pondok Bambu Gagal Mendidik Dewi Perssik

19 September 2014   16:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:14 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Februari lalu sebagian besar kita berharap Dewi Perssik berubah setelah dikerangkeng di Rutan Pondok Bambu, Jakarta. Bukan berharap dia menjadi gendut atau langsing, melainkan pada perilaku. Sebagai pesohor, Dewi mestinya bisa lebih ayu dengan mengerem gaya bicaranya yang dibuat-buat agar tampak sensual, mengeliminasi kesan jorok pada muatan bicaranya, dan mengubur goyang gergaji yang mengundang syahwat. Tanpa goyang gergaji, dia sudah seksi dan laku.

Harapan itu sebentar muncul ketika ia berjilbab saat tampil di TV setelah ia keluar dari penjara, Mei 2014. Ia mengontrol bicara dan tampak takzim. Janji-janji pun ia lontarkan, termasuk janjinya untuk lebih berkah dalam mengais nafkah. Sebentar, para pembencinya sempat memaafkan. Ah, betapa efektifnya rumah tahanan. Cuma tiga bulan saja membina narapidana, Dewi Perssik sudah menjadi terkahir kembali.

Tetapi, olala, harapan itu semu belaka. Berulang-ulang Dewi menjelma menjadi sediakala. Ia begitu ember sebagai artis papan atas, bicara ngelanturnya kian menjadi-jadi setelah tiga bulan dia dibui, seolah-olah dia amat takut tak laku lagi sehingga perlu menggelar sensasi, bahkan sensasi-sensasinya itu tak jarang amat kampungan.

Terakhir ia mengaku-ngaku telah menikah siri dengan distributor Lamborghini, Johnson Yaptonaga. Mungkin ia tak bermaksud mengumbar sensasi, atau barangkali ucapannya di depan wartawan itu dimaksudkan sebagai candaan belaka, atau bisa saja ia memang menciptakan kontroversi, yang pasti omongannya ini tanpa dipikir panjang. Johnson telah beristri dan beranak. Sedekat apapun dengan Johnson, Dewi tak boleh mengumbar pernyataan yang bermuatan seakan-akan dunia ini miliknya.

Maka, saat Johnson melalui Hotman Paris Hutapea, pengacaranya, siang ini melaporkan Dewi Perssik ke Polda Metro Jaya atas tuduhan pencemaran nama baik, itu harga yang harus dibeli oleh Dewi akibat tabiat kenes dan kemayu yang ia buat-buat saat ia tampil di depan publik, dengan nada ucapan yang sering menciptakan kening masyarakat berkerut.

Penjara sesungguhnya bisa menjadi terminal bagi narapidana untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Perjalanan yang bening dan benar mestinya. Nazriel Ilham alias Ariel Peterpan itu salah satu sosok yang bisa memetik pelajaran dari penjara. Dilepas oleh Rutan Kebon Waru, Bandung pada 23 Juli 2012, ia begitu laku sesudah grupnya berubah menjadi Noah.

Samuel Simorangkir, atau intim disapa Sammy Kerispatih, juga mencecap makna keprihatinan hidup di penjara. Menjalani hukuman 6 bulan, kemudian menempati pusat rehabilitasi narkoba di sisa hukumannya, Sammy akhirnya terlahir kembali setelah keluar dari bui pada 2010. Sebagai solois tanpa menggantungkan asanya pada grup Kerispatih, ia laris manis diundang kemana-mana, tanpa perlu mengumbar sensasi murahan seperti dilakukan para mantan narapidana macam Dewi Perssik.

Apapun ending dari pelaporan oleh pihak Johnson Yaptonaga, siang pukul 14.00 WIB hari ini, entah bakal berujung pada terali besi atau dibebaskan dari jerat hukum, hidup Dewi tampaknya makin hambar dan tanpa makna!

Sekaligus peringatan bagi siapapun yang merasa selebriti, buatlah sensasi yang elok, yang jauh dari kesan gila publikasi. Artis-artis negeri ini sudah sangat keblinger melahirkan sensasi sebab tak jarang mereka rela telanjang (dalam arti harfiah maupun kiasan), guna tujuan dibicarakan massa ...

-Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun