[caption id="" align="alignnone" width="625" caption="Syahnaz Sadiqah. (pikiran-rakyat.com)"][/caption] Melakoni debut kedua di sinetron taping, Syahnaz Sadiqah ditegur Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Loh, kenapa? Apa dia melakukan adegan tak senonoh? Bukan. Dia cuma mematikan bara api dengan tangannya dalam episode 8 November 2014 di sinetron berseri "7 Manusia Harimau", dan adegan tersebut dianggap melanggar aturan. Tentu saja teguran bukan kepada Syahnaz semata, melainkan kolektif terhadap semua yang terlibat dalam pembikinan film tersebut, dan utamanya stasiun yang menayangkan, dalam hal ini RCTI, seperti dirangkum dalam teguran tertulis KPI ini. Di situ tertuang sejumlah pelanggaran "7 Manusia Harimau" yang menabrak surat edaran KPI tanggal 22 September 2014 yang antara lain berisikan larangan adegan supranatural di seluruh sinetron serta perkelahian di sekolah maupun luar sekolah, terutama untuk kategori R (remaja). Tapi apakah teguran-teguran ini mujarab? "7 Manusia Harimau" masih pekat dengan adegan perkelahian, baik di sekolah maupun di luar. Umpamanya digunting, tentu saja sinetron ini akan buntung karena banyak adegan laga melekat dalam cerita. Maka film bersambung ini masih bak-buk bak-buk saban malam. "7 Manusia" tidak sendirian. Sebelumnya sejumlah film 'manusia jadi-jadian' juga tetap melenggang kendatipun diusik oleh KPI. "Ganteng Ganteng Serigala" itu contohnya. Belum lama ini sinetron itu dihentikan pada 21, 22, dan 23 Oktober 2014 lantaran ada adegan tak pantas berupa lawan jenis saling pelukan. Ditegur gara-gara adegan tersebut, sinetron ini tetap saja diputar. Karena membandel, maka KPI menghentikan sementara "Ganteng Ganteng Serigala". Beberapa judul lain yang dijewer adalah "Manusia Harimau", "Bastian Steel Bukan Manusia Biasa", dan "Cowokku Superboy". Disemprit (terutama atas dasar aduan dari khalayak) bukan berarti menyetop tayangan, tapi sekadar menghentikan untuk sementara saja. Maklum, sinetron dibuat dengan duit yang jumlahnya (mungkin) tidak sedikit. Alhasil, melarang sinetron yang lagi tren tak ubahnya memberangus wabah. Susah. Lebih susah lagi menghalang-halangi produsen film memroduksi tema-tema latah. Satu film drakula sukses, yang lain mengekor. Film ada dukunnya disukai, maka muncul dukun-dukun lain di judul berbeda, PH yang tak sama. Sukses dalam tanda kutip maksud saya. Sukses mengelabuhi pemirsa dan meninabobokkan mereka dengan pengidolaan semu, fantasi-fantasi bohong dan sensasi-sensasi bodong. Film-film tivi dengan orang-orang ganteng bertaring panjang itu benar-benar tidak nalar dan dipaksa-paksakan. Tapi kok ya banyak yang suka, bahkan tergila-gila, padahal digarap ala kadarnya. Tertawa kita dibuatnya bila pernah menonton "Twilight Saga". Syahnaz Potensial Melejit Kembali ke adik Raffi. Lepas dari debutnya yang kurang elok di kaca tivi -- setelah sempat bermain di sebuah judul film layar lebar berjudul "Olga & Â Billy Lost in Singapore" dan sinetron "Kita Nikah Yuk"-- Syahnaz berpeluang melebarkan sayap ke film-film serius dan menjual. Aktingnya memang belum sempurna, tapi dia punya aura bintang. Kelebihan Syahnaz adalah dingin dan tak banyak bicara, natural di pose-pose tertentu (misalnya, ia tak memaksakan diri untuk menutup rapat bibirnya saat pingsan, tidur, maupun melongo sehingga beberapa gigi atasnya kelihatan dan itu malah pesona tersendiri), postur bagus, dan cantik. Ia juga alami saat melakukan dialog. Â Suaranya pun cukup seksi. "7 Manusia Harimau" membantunya untuk mempertajam akting dengan kasting perempuan sadis. Hal serupa tak dimiliki Raffi. Suami Nagita Slavina itu terlalu cerewet. Wajahnya terbilang tanggung untuk peran apapun, apalagi kini ia sudah sangat-sangat identik dengan program-program guyonan di tivi. Sulit mengubah image Raffi dari host ke pemeran utama sebuah film, apalagi film yang dijagokan di FFI. Berbeda dengan Syahnaz. Perempuan berusia 22 ini cuma sebentar terlibat di Dahsyat, dan tak memiliki dominasi seperti Raffi. Maka ia mudah dipermak untuk menjadi pemain film. Bukan film ecek-ecek kayak "7 Manusia Harimau" tentu saja, tapi film-film layar lebar dengan bujet besar dan sutradara kondang. Dan bukan lantaran ia adik Raffi Ahmad, melainkan karena Syahnaz memang berbakat. -Arief Firhanusa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H