Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Barcelona Terpuruk di Tangan Fariz dan Terhempas di Spanyol

7 Januari 2015   22:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:36 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kebetulan, entah diatur oleh Tuhan, siang sebelum Fariz RM dibekuk polisi pada Selasa kemarin saya mendengarkan lagu Barcelona milik Fariz melalui headset di tengah pekerjaan kantor, dan sejumlah lagu lain macam Sakura. [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="ilustrasi dari: article.wn.com"][/caption] Ada beberapa alasan mengapa saya memutar Barcelona. Salah satunya saya kangen lagu itu dan mencari penghangat di sela gerimis dan AC yang tak lelah menguarkan hawa dingin. Romantisme kota Barcelona yang eksotik plus lirik yang menyayat menyibakkan kenangan-kenangan 80-an. Gebukan drum elektrik di awal lagu, ditopang instrumen-instrumen rumit tapi indah membuat jantung terbelah. Oiya, satu lagi, saya menyukai lagu itu lantaran saya fans Barcelona FC. Tak tahunya penyenandung lagu itu ditangkap polisi persis satu jam sesudah ia berusia 56 tahun. Tentu saja saya kaget. Dan tentu saja romansa Barcelona tiba-tiba runtuh seperti terhempas puting beliung kala memandang wajah Fariz hilang ditelan topi pendaki gunung dan cuma menyisakan kacamatanya. Sabu, heroin, dan ganja. Bayangkan saja. Saya membayangkan Sherina Munaf menanggung malu, sebagaimana mantan penyanyi cilik keponakan Fariz yang sudah mekar itu limbung saat Faris terantuk masalah yang sama pada 2008. Apa sih enaknya menyedot sabu dan ganja (plus heroin pula) saat sebetulnya Fariz  sudah harus memikirkan hari tua? Apa sih nikmatnya 'melayang di surga' ketika Fariz tinggal duduk santai menikmati kelegendaannya? Keruntuhan Barcelona dalam bentuk lagu -- yang diciptakan Fariz kala ia berada di Barcelona mengikuti sebuah kursus musik pada 1987 -- seolah melengkapi kekisruhan benak saya setelah Barcelona kalah dari Real Sociedad 0-1. Kekalahan yang mengecilkan peluang Barca mengkudeta Real Madrid. Asal tahu saja, terhadap klub yang saya sebut terakhir itu saya memendam perasaan tak suka (maaf untuk Madridista). Juga terhadap David Moyes yang kini menukangi Sociedad. Moyes saya anggap biang keterpurukan Manchester United, tim lain yang saya favoritkan, yang mana kini dia meracik Sociedad yang Minggu lalu mengungguli Barcelona itu! Barcelona jelas sedang terkena prahara. Selain kalah dari Real Sociedad juga tengah dikenai sanksi oleh FIFA tidak boleh merekrut pemain selama 2015 buntut pelanggaran transfer pemain di bawah usia 18 tahun pada periode 2009-2013. Sanksi yang lantas berdampak pada pemecatan terhadap Direktur Olahraga Andoni Zubizaretta oleh manajemen Barca. [caption id="" align="aligncenter" width="580" caption="Lionel Messi dikabarkan sedang gerah. (bola.net)"]

Lionel Messi dikabarkan sedang gerah. (bola.net)
Lionel Messi dikabarkan sedang gerah. (bola.net)
[/caption] Sebegitu saja prahara di kandang Barcelona? Tidak! Dikabarkan pula, Lionel Messi juga sedang ancang-ancang hengkang ke Chelsea. Ada kerumitan tertentu mengenai perlakuan terhadap Messi yang dinilai oleh megabintang itu merugikan dirinya, antara lain soal gaji, pendekatan personal, hingga kontrak iklan. "Barcelona" benar-benar terhempas di akhir pekan lalu dan awal pekan ini. Didengar melalui kuping (dalam bentuk lagu) mulai hambar, ditonton lewat permainan sepakbola pun tidak karuan. Tapi, apakah saya kemudian mengubur lagu Barcelona di dasar lautan? Tidak! Saya tetap ingin mendengar lagu itu bahkan bila Fariz direhabilitasi, atau dibui. Saya juga tetap fans Barcelona, kecuali bila suatu ketika Lionel Messi kabur ke Chelsea setelah dibeli Rp 3 triliun koma sekian ... -Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun