Banda Naira adalah salah satu pulau di Kepulauan Banda, dan merupakan pusat administratif Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Secara administratif, Banda Neira terbagi dalam 12 desa, yakni Dwiwarna, Kampung Baru, Merdeka, Nusantara, Rajawali,Tanah Rata, Lonthoir, Walang, Katoro, Kumber, Selamon, Dender, Waer dan Pulau Hatta.Topografi pulau ini cenderung datar, sehingga memungkinkan didirikannya kota kecil. Pulau Banda Neira memiliki kantor pemerintahan, toko, dermaga, dan bandara. Penduduk pulau ini berjumlah 14.000.
Semua orang mungkin familiar dengan tempat wisata seperti Labuan Bajo, Raja Ampat, Pulau Kei, Pulau Komodo atau Teluk Cendrawasih. Ya, semua tempat memukau tersebut terletak di bagian timur Indonesia. Namun bagaimana dengan Banda Neira? Satu pulau di Kepulauan Banda, Maluku Tengah ini cukup asing terdengar. Pulau penghasil pala yang menjadi sumber rempah-rempah terbesar ini nyatanya memiliki pemandangan tak kalah hebat dari tempat wisata terkenal lainnya.
 Untuk sampai ke Banda Neira, kamu harus menempuh perjalanan yang cukup jauh, nih. Jadi bersabar, ya!
Sampai di Ambon, kamu bisa melanjutkan perjalanan ke Banda Neira dengan menggunakan pesawat lagi, Susi Air namanya. Tapi, sayangnya pesawat tersebut tidak bisa diakses setiap hari, hanya dua kali seminggu. Ada pilihan lain yakni kapal cepat dari Pelabuhan Talehu, kalau kamu memilih kapal ini, kamu butuh merogoh kocek sekitar Rp450.000 sampai Rp650.000. Dan karena ini perjalanan air, jadi tergantung gelombang. Diestimasikan butuh waktu 6 jam nih di atas kapal. Lumayan lama juga sih, kamu butuh sabar, ya.Â
Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli (bunga pala) dunia, karena Kep. Banda adalah satu-satunya sumber rempah-rempah yang bernilai tinggi itu hingga pertengahan abad ke-19. Kota modernnya didirikan oleh anggota VOC, yang membantai penduduk Banda untuk mendapatkan palanya pada tahun 1621 dan membawa yang tersisa ke Batavia (kini Jakarta) untuk dijadikan budak.
Pulau ini juga terkenal sebagai tempat pembuangan tahanan politik pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Beberapa tokoh perjuangan nasional yang pernah merasakan tinggal di pulau ini di antaranya Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Cipto Mangunkusumo. Pada 2016, rumah tempat Sutan Syahrir dan Mohammad Hatta tinggal telah dijadikan museum sedangkan rumah Cipto Mangkusumo masih dibiarkan kosong
Explore kota Banda Neira dulu sebelum berkeliling pulau merupakan pilihan terbaik
Banda Neira terdiri dari 13 pulau kecil yang dihubungkan dengan jalan aspal ke semua pulaunya. Tidak besar, kamu bisa menjelajahinya dengan jalan kaki selama sekitar 3 jam saja. Nah, di kota Banda Neira sendiri terdapat begitu banyak tempat wisata yang bisa kamu kunjungi. Perjalanan ke Banda Neira membawamu lebih dekat dengan sejarah, karena di kota Banda, dermaga, bandara dan kantor-kantor peninggalan Belanda masih berdiri di sana dan menjadi bukti kalau di zaman dulu Banda Neira sangat maju.Â
Pulau Hatta, Pulau Rhun, atau pulau-pulau lain di sekitarnya sangat sayang untuk dianggurkan. Pastikan kamu punya waktu yang cukup lama untuk menjajal semua pulau dan tempat wisata yang Banda Neira punyai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H