Perkembangan media pada saat ini sudah begitu banyak digunakan oleh semua kalangan. Termasuk digunakan juga oleh praktisi Cyber Public relations di dalam perusahaan, Â cyber public relations merupakan inisiatif sebagai cara dari divisi public relations dengan menggunakan media internet sebagai sarana publisitas. Istilah publisitas terus digunakan untuk setiap upaya mendapatkan perhatian media. Â Menurut Baus (1952) mendefinisikan publisitas sebagai penyebaran informasi untuk suatu motif tertentu (Syahputra:2019).Â
Dia juga menyatakan bahwa publisitas adalah aktivitas  public relations, tetapi tidak semua public relations adalah publisitas sebab pada Tahun 1935 menurut Pimlott (1951), mencatat bahwa hanya ada sepuluh konsultas public relations pada direktori (dokumen atau berkas yang berada dalam komputer). Sementara itu, ada 76 biro konsultas publisitas.Â
Jumlah tersebut meningkat pada tahun 1948 menjadi 336 konsultan public relations dan 232 konsultan publisitas. Cyber public relations mengarah kepada media yang berkembang saat ini termasuk branding, government relations, atau investor relations. Sementara itu publisitas lebih fokus pada hiburan dan promosi.Â
Fungsi cyber public relations saat ini telah berpusat juga untuk komunikasi kepada perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa cyber public relations dalam memanfaatkan media saat ini sangat penting  dalam bidang komunikasi perusahaan sebab, media merupakan saluran  yang dapat mempertemukan investor, distributor, dan konsumen serta menerima informasi tentang apa saja terkait pada perusahaan, termasuk pada reputasi pada sebuah perusahaan. Dengan demikian cyber public relations bukan hanya saja memberikan informasi terkait dengan perusahaan saja kepada publik melalui media yang dimanfaatkan, tetapi  peran cyber public relations juga harus bisa mempertahankan reputasi perusahaan di masa krisis agar kepercayaan publik terhadap perusahaan,  tidak hilang dari benak mereka. Krisis bersifat dramatis dan tekadang bisa berakhir dengan tragis.Â
Oleh karena itu, krisis membutuhkan perhatian, penanganan, dan penyelesaian. Itu sebabnya penangangan atau pertahanan pada krisis di perusahaan membutuhkan biaya yang sangat besar, bahkan sekalipun perusahaan  dalam keadaan normal belum mendapat suatu krisis. Beberapa perusahaan membentuk divisi khusus di bawah manajemen risiko sebagai langkah awal manajemen menghindari datangnya krisis. Reputasi perusahaan yang rusak tidak dapat diantisipasi atau ditangani dengan baik sulit dinormalisasikan sebab, reputasi yang rusak karena krisis dapat menyentuh publik, mitra bisnis, investor atau bahkan melibatkan legislator dan regulator.Â
Tentu saja biaya yang dikeluarkan sangat besar jika ingin dinormalisasikan. Pada level tertentu bukan saja restrukturisasi manajemen, tetapi juga mereforrmasi sistem bahkan mengubah identitas dengan branding dan postioning baru. Maka dari itu seharusnya cyber public relations dituntut bekerja melebihi aktivitasnya disaat  perusahaan masih dalam keadaan normal. Seperti merancang berbagai skenario atau rancangan dalam berelasi dengan media, menyediakan FAQ (Frequent Asked Questions) dengan cepat  untuk digunakan CEO dalam situasi yang dinamis dan terus berubah-ubah atau menyiapkan juru bicara dalam menghadapi publik atau media.Â
Tidak jarang pada saat menghadapi krisis situasi semakin bertambah pelik. Dalam situasi pelik pada saat krisis tersebut, tidak jarang sebuah perusahaan menggunakan jasa konsultan komunikasi. Hal tersebut tentu perusahaan tidak perlu melakukan jasa konsultan komunikasi, jika perusahaan memiliki cyber public relations yang handal pada bidangnya.Â
Peran cyber public relations sangat penting dan strategis disaat peusahaan menghadapi di masa krisis karena mereka bagian pihak yang paling memahami seluk beluk krisis yang terjadi dalam perusahaannya.  Tentunya cyber public relations dalam mempertahankan reputasi perusahan di masa krisis  secara internal perlu menyusun SOP (Standard Operational Procedure) bagai cyber public relations. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh cyber public relations saat akan menyusun SOP pada saat mempertahankan reputasi perusahaan di masa krisis ialah, cyber public relations harus memiliki  pemahaman yang sama tentang krisis yang dihadapi, cyber public relations menyepakati batasan infromasi yang boleh dan tidak boleh diberi ke media dan cyber public relations harus secara konsisten melakukan evaluasi setiap hari, bahkan dalam keadaan tertentu.Â
Selain SOP, untuk internal cyber public relations perlu menyusun semacam Code of Conduct berupa apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan (Do and Don’t) hal yang harus dilakukan  oleh cyber public relations disaat mempertahankan reputasi perusahaannya  di masa  krisis ialah, susun sebuah rencana mengahadapi krisis  seperti membuat perencanaan dalam menghadapi krisis yang relevan dan dapat dilakukan, kemudian manfaatkan media sosial, aktivitas media sosial dapat menambah krisis yang terjadi karena liarnya spekulasi, rumors dan isu dalam media sosial. akan tetapi media sosial juga dapat bermanfaat bagi penyelesaian masalah krisis yang sedang dihadapi sebab, media sosial seperti halaman  depan halaman wajah perusahaan.  bersifat menyerang atau defensif di media sosial saat mengahadapi krisis bukanlah hal yang baik.Â
Sebaliknya media sosial pada perusahaan dapat tampil damai, empati, informatif dan selalu positif untuk meraih simpati dan dukungan publik yang lebih luas dan hal yang harus dilakukan cyber public relations ialah sampaikan sampaikan pesan yang konsisten di semua platfrom media. Pesan yang konsisten akan menguatkan posisi perusahaan di hadapan publik. dan selain hal yang harus dilakukan cyber public relations dalam mempertahankan reputasi perusahaannya di masa  krisis, juga ada hal yang tidak boleh dilakukan oleh cyber public relations, seperti mengabaikan masalah dalam menganggap remeh atau mengabaikan sekecil apapun yang muncul, segera atasi masalah dan temukan cara untuk menanganinya secara cepat dan efektif tetapi penuh perhitungan.Â