Mohon tunggu...
firdaus zumo
firdaus zumo Mohon Tunggu... -

Pursue excellence, ignore success

Selanjutnya

Tutup

Money

Free on Truck

8 Oktober 2012   02:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:06 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saat mendapatkan penawaran dari salah satu perusahaan logistik di DKI Jakarta untuk pengirimin ke Jabodetabek, seperti biasa sesudah mempelajari cost benefitnya dari sisi kami sebagai pengguna, saya tertarik dengan salah satu klausul "free in truck" yang diartikan sebagai tidak termasuk biaya bongkar muat, dan juga bukan bagian dari handling cost yg di charge oleh perusahaan logistik. Hal baru yang sebetulnya hanya klausul "resmi" dari membebaskan perusahaan logistik dari biaya bongkar muat ala preman.

Saya jadi teringat dengan ongkos bongkar muat di lokasi tujuan pengiriman, terutama di beberapa wilayah Jabodetabek. Setiap truk yang masuk wilayah pemukiman atau pergudangan, selalu didatangi beberapa orang yg tanpa permisi langsung mengangkat muatan dari truk, padahal seringkali barang kirimannya tidak seberapa berat dan cukup sopir/kernet yang menurunkan dari truk. Seringkali, ongkos yang diminta mereka sangat tidak masuk akal, sehingga memberi beban tambahan bagi penerima.

Praktek-praktek ala preman seperti ini sebetulnya sudah berlangsung sejak lama, entah kapan mulainya, kemungkinan besar karena kurangnya lapangan kerja dan didukung dengan kemauan yang lemah dalam mempelajari ketrampilan sehingga selalu mencari jalan mudah untuk mendapatkan uang.  Yang menjadi masalah besar, seringkali saat kita tidak mau menggunakan "jasa" mereka, akhirnya terjadi gangguan keamanan bagi penerima barang maupun sopir angkutan, berakibat memberi efek ketakutan.

Mungkin tambahan biaya nya tidak seberapa dari sisi nominal, tapi efek waktu yang terbuang untuk beradu argumen, pusing kepala karena berhadapan dengan kekerasan, serta ketakutan dari ancaman kekerasan lebih besar dan seringkali tidak terhitung. Sementara menyerahkan masalah ini pada aparatur keamanan yang berwenang, seperti lapor kehilangan ayam harus jual kambing.

Wallahu'alam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun