Mohon tunggu...
Firdaus Rahmatullah
Firdaus Rahmatullah Mohon Tunggu... -

kutu buku, maniak kartun, suka merenung, pendiam, kuper, membosankan, payah, tapi semoga menjadi penulis bestseller!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

25 Juni 2011

27 Juni 2011   09:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:08 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masih terekah senyum yang menyimpulkan pendar rembulan di hati
juga jumawa suasana menghangatkan beban-pikir
agar terlelapkan nuansa tawa, merajut dalam manis cahaya.

Ada saat raga menemukan nyawa
: seperti pelat rindu yang tersamarkan di balik keadaan
dan tepat mendapatkan cita juga pengharapan
agar sempurna keindahan yang teranumkan dalam lindap kalbu.

Inilah turbir perasaan itu, memekakkan alam menembus cakrawala
terekam pada jala-mata menerbangkan pualam mahacahaya

...

waktu pun berlalu
: mengikis kerapuhan yang bersemayam dalam bayang-kelam.

...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun