Masih aku berpikir untuk mengulang segala yang terjadi. Seperti apa perasaan itu, aku pun tak tahu. Semoga ini bukan keadaan yang kuharapkan. Pada suatu purnama, kutahbiskan segenap kerinduan pada dirinya. Ia yang tak pernah letih memperhatikanku dari jauh. Ia yang selalu melihat perilakuku, sikapku, perbuatanku. Ia yang selalu mendengar segala pintaku, baik yang besar maupun yang kecil sekalipun. Ia yang selalu menghembuskan nafas-nafas cinta hingga ku bisa bernafas sampai hari ini. Ia yang membuatku merasa kuat dan tegar menghadapi liku-liku duniawi dan tak pernah menyesatkanku barang sejenak. Karna Ia-lah pelipur jiwaku di saat ku butuh dan ku buta. Seringkali ku tak bisa merasakan kejenuhan yang terjadi, karna tiap itu pula Ia datang membawa kabar gembira dan menyembuhkan segala penatku. Aku tak ingin menghadapi itu semua bila kenyataannya akan membuatku terhujam berbeban-beban galau yang meraja seumur hidupku. Tapi jikamana semua ini menghidupi kerapuhan di hati maka akan ada baiknya kuruntuhkan kenyataan yang tertinggal dan membuatku jatuh berulang kali. Tapi, ku yakin bahwa Ia yang selalu menjagaku di setiap deritaku. Maka, kuhaturkan kenyataan berupa-rupa syukur dan puji kepada Ia agar hidupku teberkahi sepanjang hayat, serta tak urung melingkupi cinta yang tiada tara agar ku mampu berjalan di jalan yang selalu tercerahkan. Itulah pengharapanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H