Banyuwangi, kabupaten yang berada di ujung paling timur Pulau Jawa ini banyak sekali menyimpan potensi. Terutama sumber daya alamnya yang sangat melimpah baik di bidang pertanian maupun perikanannya. Kecamatan Muncar merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banyuwangi yang terkenal akan potensi di bidang perikanannya, bahkan merupakan pemasok ikan laut terbesar di Kabupaten Banyuwangi dan Propinsi Jawa Timur. Selain bidang perikanan, Di salah satu desanya yaitu Desa Kedungrejo terdapat home industry pengolahan pisang yaitu sale pisang. Home Industry ini milik Ibu Tusnaini, dan telah beroperasi sekitar 3 tahun, meskipun demikian pemasaran dari sale pisang ini sudah cukup luas, lingkungan sekitar desa, dan juga sesekali telah di ekspor ke luar negeri. Dalam menghasilkan produk sale pisang yang berkualitas, Bu Tusnaini selalu berusaha menggunakan bahan baku yang bersih dan berkualitas baik. Untuk mememenuhi kebutuhan pasokan bahan baku yang berkualitas tersebut, maka mengandalkan pasokan pisang dari petani di kecamatan seberang yaitu Kecamatan Tegaldelimo.
Teori Lokasi Alfred Weber jika aplikasikan pada home industry sale pisang Bu Tusnaini maka akan diketahui mengenai ketepatan lokasi industry tersebut dengan mencoba menganalisis melalui 3 faktornya yaitu bahan baku,lokasi produksi dan pemasarana, serta biaya transportasi. Â Bahan baku adalah bahan dasar untuk menghasilkan suatu barang produksi, sehingga keberadaannya harus selalu tersedia dalam jumlah yang besar demi kelancaran dan keberlanjutan proses produksi. Â Oleh karena hal tersebut lokasi sumber bahan baku sangat menentukan tempat lokasi produksi diletakkan. Bahan baku utama untuk pengolahan sale pisang adalah pisang yang diperoleh dari petani di Kecamatan Tegaldlimo. Dalam penempatan home industry ini dirasa cukup tepat dikarenakan lokasi produksi dan lokasi bahan baku masih dalam satu lingkup wilayah yang berdekatan, sehingga bahan baku lebih mudah untuk di dapat. Untuk lokasi produksi ke tempat pemasaran dari industry sale pisang adalah di sekitar lokasi produksi sendiri, sehingga menghemat dari biaya transportasi.
Biaya tranportasi di asumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang di tempuh dan berat barang, sehingga titik terendah biaya transportasi menunjukan biaya minimum angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi akan bertambah secara proposional dengan jarak. Titik terendah transportasi adalah titik yang menunjukan biaya minimum untuk angkutan bahan baku (input) dan hasil produksi (output). Biaya transportasi sangat menetukan dimana lokasi produksi berada akan ditempatkan didekat pasar atau bahan baku. Dalam studi kasus home industry sale pisang ini dirasa sudah tepat, hal ini dikarenakan lokasi  home industry sale pisang dan lokasi bahan baku serta lokasi pemasaran semuanya dalam lingkup wilayah yang sama dan berdekatan sehingga untuk biaya transportasi dapat ditekan seminim mungkin.
Home industry pisang sale Bu Tusnaini jika dikaitkan dengan Teori Weber analisis lokasi industry, dimana  dalam Teori Weber ini biaya transportasi, bahan mentah atau baku, dan jarak dipertimbangkan dan ditekan biayanya seminim mungkin untuk menentukan lokasi yang efisien untuk dijadikan lokasi industry. Home industry sale pisang ini membeli bahan baku, memproduksi dan memasarkannya dalam satu lingkup wilayah yang sama. Sesuai dengan Teori Weber jika diterapkan ke dalam lokasi tersebut maka Home industry pisang sale Bu Tusnaini dikategorikan tepat dalam memilih lokasi industry.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H