Mohon tunggu...
firdausi qa
firdausi qa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

soft spoken

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hagia Sophia dan keterkaitannya dengan Konstantinopel

18 Oktober 2024   18:44 Diperbarui: 18 Oktober 2024   18:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEJARAH DAN ARSITEKTUR

Sejak jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada tanggal 29 Mei 1453 dan berubah nama menjadi Istanbul, terdapat proyek pembangunan yang dimulai setelah penaklukan kota tersebut, termasuk perbaikan tembok, pembangunan banteng dan pembangunan istana baru yang diperintahkan oleh Sultan Mehmed II (Muhammad Al Fatih). Pemindahan dan pergantian nama ini guna menjadikannya titik pergerakan Turki Usmani di Eropa semakin mudah. Kota Edirne tetap menjadi ibukota Turki Usmani hingga dapat menaklukan Konstantinopel (ibukota Romawi Timur).

Pada awalnya Hagia Shopia adalah sebuah Gereja pada tahun 532-537 dibawah perintah Kaisar Bizantium Justinian I, dan pada tahun 1453 Hagia Sophia beralih fungsi menjadi sebuah masjid dengan berbagai pertempuran sengit dan tidak mengenal putus asa dibawah pimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih, beliau memerintahkan agar adzan dikumandangkan di Gereja Hagia Shopia sebagai pengumuman bahwa Gereja tersebut telah menjadi masjid yang mempunyai elemen elemen khas juga cantik, pada tahun 1935 beralih fungsi menjadi museum, dan yang terakhir tahun 2020 menjadi masjid kembali.

Bangunan yang berdimensi panjang 82 meter dan lebar 73 meter, memiliki kubah utama dengan diameter 33 meter yang ditopang menggunakan metode Pendentive dan terdapat dua half-dome yang berada dibawah kedua sisi kubah, dibawah kubah utama terdapat 40 jendela yang mengelilingi kubah utama, sehingga cahay dapat masuk kedala interior bangunan. Bentuk kubah utama menggunakan banyak rusuk, sedangkan pada half-dome, bagian bawahnya menyebar menyesuaikan bentuk fasad dibawahnya, untuk fasad yang berada dikedua sisi lain kubah utama, hanya terdapat lengkungan yang menopang kubah utama dan dilengkapi dengan 12 jendela dibelakangnya. Dikedua sisi aisle, terdapat dua fasad berbentuk seperti menara yang menjorok keluar, selain itu terdapat empat kubah lain yang terletak dimasing masing sisi atap dari Hagia Sophia, tinggi konstruksi mencapai 55 meter dari permukaan tanah.

HAGIA SOPHIA DAN ISU KHILAFAH DI INDONESIA

Gerakan Khilafah yang paling intens digunakan didunia diusung pertama kali oleh Hizbut Tahir yang didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani pada 1953 dan mendaftarkan secara resmi di pemerintahan Yordania, yang kemudian dibubarkan oleh pemerintah Yordania. Di Indonesia sendiri, organisasi Hizbut Tahir Indonesia (HTI) dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi (IPTEK). Mereka secara intens merintis HTI sekitar tahun 1980-an dengan memanfaatkan kebebasan Rezim Orde Baru dengan kebijakan memperbolehkan organisasi organisasi berkembang di Indonesia selain Komunis. Dengan jalan seperti inilah narasi narasi yang dipropagandakan bersifat ilmiah salah satunya dengan mengambil sejarah masa lalu terutama ketika penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al-Fatih pada 1453 dengan konteks sekarang mengisyaratkan jika umat Islam mengusung kembali kekhalifaan seperti zaman Turki Usmani umat islam akan mengalami puncak kejayaan kembali dibawah bendera khalifah.

Oleh karenanya isu Hagia Sophia yang sedang marak didunia ini menjadi kesempatan bagi simpatisan HTI untuk menggelorakan kembali dan merekrut kader kader yang bias dipropaganda untuk bergabung di HTI, selain itu mereka juga membuat omongan seolah kekhalifaan dan isu masjid Hagia Sophia di Istanbul dihembuskan maka akan menjadi daya Tarik tersendiri untuk merekrut para anggotanya agar umat Islam bias bersatu dibawah bendera HTI, tetapi dilarang oleh pemerintah RI dibawah instruksi Joko Widodo.

SOSIAL BUDAYA

Hagia Sophia adalah bangunan yang mempunyai nilai sosial budaya yang tinggi, bangunan tersebut menjadi pengingat akan perdamaian dua agama dan menjadi lambang kemanusiaan yang seharusnya menjadi monument dan mengajarkan manusia tentang kebersamaan, dan merupakan warisan budaya dan agama di masa pemerintaham Sultan Muhammad Al-Fatih. Hagia Sophia terkenal dengan toleransinya yang tinggi, contohnya ketika Hagia Sophia difungsikan sebagai masjid, simbol simbol gereja tidak dihapus untuk menjaga silaturahmi dan menghormati para pendahulunya dengan budaya agama Kristen dan Islam yang bercampur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun