Mohon tunggu...
Firdausinuzula Osi
Firdausinuzula Osi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bosan Belajar Karena Metode Konvensial Guru? Educaplay Menawarkan Solusi Nyata

27 Desember 2024   12:17 Diperbarui: 27 Desember 2024   12:16 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh :

Firdausi Nuzula Lestari, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, Prodi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan merupakan pilar utama dalam pembentukan karakter dan kemampuan intelektual generasi muda. Namun, realitas menunjukkan bahwa proses belajar-mengajar sering kali kehilangan daya tariknya di tengah generasi digital saat ini. Di berbagai institusi pendidikan, metode pengajaran konvensional yang monoton masih mendominasi. Guru sering kali terpaku pada buku teks dan ceramah satu arah yang membuat siswa kehilangan minat untuk belajar. Fenomena ini tidak hanya menimbulkan kejenuhan, tetapi juga menghambat potensi optimal siswa untuk berkembang secara kreatif dan kritis.

Penting untuk menyadari bahwa kejenuhan belajar akibat metode konvensional bukanlah masalah sederhana. Dampaknya dapat merambah ke berbagai aspek kehidupan siswa, termasuk menurunnya prestasi akademik, kurangnya rasa percaya diri, hingga berkurangnya antusiasme untuk mengeksplorasi pengetahuan baru.

Dalam wawancara dengan Bu Nafilah, seorang guru di MI Darun Najah, Sidoarjo, beliau mengungkapkan bahwa banyak siswa merasa bosan karena pola pembelajaran yang hanya fokus pada hafalan tanpa melibatkan praktik atau teknologi modern. "Kenyataan ini menggambarkan tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan kita," ujarnya.

Di sisi lain, orang tua juga memiliki pandangan serupa terhadap metode konvensional yang diterapkan di sekolah. Ibu Endah, salah satu orang tua siswa, menuturkan bahwa anaknya sering mengeluh tentang pelajaran yang "tidak menarik" dan "membosankan." Senada dengan itu, Ibu Fatimah menambahkan bahwa anak-anak cenderung lebih bersemangat belajar dari media sosial seperti Quiziz atau Youtube di rumah ketimbang mengikuti pembelajaran di kelas.

Kejenuhan belajar akibat metode konvensional adalah isu yang tidak bisa diabaikan dalam konteks pendidikan modern. Studi lapangan yang dilakukan di MI Darun Najah menunjukkan bahwa 70 persen siswa merasa kurang antusias mengikuti pelajaran yang hanya disampaikan melalui ceramah. Bu Nafilah menegaskan bahwa siswa lebih sering terlihat mengantuk atau tidak fokus selama pelajaran berlangsung.

"Kadang berat jadi guru, apalagi setiap ada pengembangan sistem, selalu saja ada yang iri. Mau tidak mau, kita harus kreatif, kita tidak mau ada siswa yang gagal, apalagi sudah kelas 5 atau 6 masih belum bisa baca-hitung."

Bu Nafilah kembali menguatkan bahwa pendididkan dengan sistem konvensional yang menitikberatkan pada ceramah satu arah sering kali membuat siswa kehilangan motivasi untuk bertanya atau berdiskusi. Observasi di MI Darun Najah menunjukkan bahwa siswa yang biasanya aktif justru tampak pasif ketika metode ceramah diterapkan. Data ini selaras dengan pandangan Bu Nafilah, yang mengakui bahwa pendekatan konvensional seolah memenjarakan siswa dalam pikiran mereka sendiri. Guru lain seperti Bu Lailah, juga turut memberi komentar seputar cara belajar konvensional yang masih diagung-agungkan oleh lembaga sekolah.

"Siswa yang biasa bertanya, malah banyak yang takut karena menganggap guru itu superior, bukan seperti teman yang bisa diajak belajar bersama," ungkap Bu Lailah, guru Matematika di MI Darun Najah.

Teori konstruktivisme dalam pendidikan menjadi relevan dalam konteks ini karena menekankan bahwa pembelajaran adalah proses aktif di mana siswa membangun pemahaman berdasarkan pengalaman mereka. Jean Piaget dan Lev Vygotsky, sebagai pelopor teori ini, menyatakan bahwa pembelajaran efektif terjadi ketika siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui interaksi dengan lingkungan mereka. Howard Gardner, melalui teorinya tentang multiple intelligences, menekankan bahwa setiap individu memiliki gaya belajar unik, seperti visual, kinestetik, atau auditori. Teori motivasi belajar oleh B.F. Skinner juga relevan, terutama dalam kaitannya dengan penguatan positif. Skinner menyatakan bahwa penguatan, seperti penghargaan atas pencapaian kecil, dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun