Mohon tunggu...
Firdaus Hidayat
Firdaus Hidayat Mohon Tunggu... -

Lagi geregetan dengan kondisi Indonesia... Fans berat Bob Sadino, Ciputra, dan Purdie Chandra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muslim Mayoritas Indonesia Memang Beda

15 November 2016   06:17 Diperbarui: 15 November 2016   08:40 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menyedihkan dan mengkhawatirkan. Itulah yang saya rasakan ketika mendengar informasi tentang pengeboman di halaman sebuah gereja di Samarinda. Saya mengutuk setiap tindakan teror dengan alasan apapun. Apalagi yang menjadi korban adalah anak-anak tak berdosa.

Satu hal yang saya yakini, bahwa tindakan itu sama sekali tidak  merepresentasikan sikap dan perilaku mayoritas muslim Indonesia. Sikap bermusuhan dengan kelompok berbeda hanya ditunjukkan oleh sekelompok kecil orang yang mengaku muslim, tapi tidak menjalankan perintah Tuhannya dengan benar. Allah Swt., melarang manusia untuk berbuat zholim kepada pihak lain. Apalagi dilakukan secara serampangan, dan menewaskan orang-orang tak berdosa.

Setahu saya, umat muslim Indonesia beda dengan sebagian muslim di sejumlah negara lain. Seorang kawan non muslim bercerita tentang pamannya yang pernah menjadi pejabat tinggi di Indonesia. Sang paman mengatakan, “Kita beruntung hidup di Indonesia, karena mayoritas muslim di sini sangat moderat dan toleran.” Pendapat itu benar. Sejak Indonesia merdeka, kita umat yang bermacam suku bangsa dan agama, bisa hidup berdampingan dengan damai. Mayoritas lho ya. Sikap mayoritas umat muslim Indonesia tidak memusuhi umat lain. Kalau mayoritas tidak bersikap demikian, sudah pasti kaum minoritas akan merasakan kekhawatiran luar biasa hidup di Indonesia.

Itulah sebabnya dalam banyak kesempatan, Indonesia sering dijadikan contoh sebagai negara yang kehidupan toleransinya relatif baik. Dibandingkan dengan negara lain. Bahkan pada masa pemerintahan SBY, Indonesia sempat dapat penghargaan sebagai salah satu negara paling toleran. Meski masih terjadi kasus intoleran, namun secara umum masih relatif baik. Kasus-kasus belakangan yang bersifat teror, terjadi lebih karena pengaruh dari sikap dan kondisi sebagian muslim di negara lain. Bukan karakter asli muslim Indonesia.

Saya yakin, muslim mayoritas Indonesia tidak akan mudah terhasut dan terprovokasi oleh sikap sebagian kelompok kecil yang radikal dalam memperjuangkan keyakinannya. Fakta sudah menunjukkan selama puluhan tahun, bagaimana sikap moderat mayoritas muslim Indonesia. Saya juga yakin, kelompok non muslim dan minoritas sudah memahami hal tersebut. Mereka tetap bisa hidup damai dan berdampingan. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya negara dengan jumlah suku bangsa terbanyak, dengan keragaman agama, budaya dan bahasa.Negara lain dengan karakter seperti Indonesia, keteteran dalam mempertahankan persatuannya. Indonesia yang sudah berusia lebih dari 71 tahun, tetap kokoh berdiri dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jadi, meski kembali terjadi teror… muslim mayoritas Indonesia tidak akan goyah. Meski penolakan terhadap Ahok terus menggema, muslim mayoritas Indonesia tetap akan mampu menahan diri dan berkepala dingin. Itulah muslim Indonesia, yang memang berbeda dibanding negara lain. Lebih moderat, lebih rasional, dan lebih mencintai negerinya (nasionalis) yang beragam ini.

Tak salah jika sang paman mantan pejabat itu mengatakan, bahwa kaum minoritas (masih) beruntung hidup di Indonesia. Karena muslim di sini, memang beda. Semoga ke depan, kondisinya makin lebih baik lagi. Tugas kita bersama untuk terus menjaga dan meningkatkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun