Rencana demo 2 Desember 2016, menjadi bahasan utama di mana-mana. Baik di media cetak, online maupun di media yang sedang ngetren – yaitu media sosial. Nyaris setiap hari saya menerima broadcast (kiriman pesan) berisi rencana aksi tersebut. Ada yang serius. Ada yang sangat serius. Ada pula yang penuh gurauan. Bahkan singkatan tanggal 212 pun menjadi candaan beberapa kalangan, karena mirip dengan simbol angka pendekar khayalan masa lalu Wiro Sableng.
Tapi saya punya analisis berbeda. Sejak suksesnya demo pada 4 November lalu, FPI-lah (Front Pembela Islam) yang paling banyak dapat untung. Bukan keuntungan uang, melainkan keuntungan tambahan simpati massa, khususnya umat Islam. Sebelumnya, kita semua tahu, kalau FPI sudah bergerak maka… siap-siap deh bakal ribut. Citra mereka sudah sangat kuat sebagai kelompok garis keras, dalam menghadapi pihak-pihak yang mereka anggap melanggar aturan agama. Anggota FPI terkenal galak dan kadang bersikap kasar, gemar melakukan kekerasan serta tidak takut kepada polisi. Itulah sebabnya, sebagian kelompok menyebut mereka sebagai “preman berjubah”.
Dalam demo 411, citra FPI sangat berubah. Mereka beneran damai sesuai janjinya. Bahkan sebagian anggota mereka, dengan ‘kerennya’ menjadi penjaga atau tameng buat para petugas keamanan, dari gangguan sebagian peserta demo. Itu belum pernah terjadi sebelumnya, FPI yang ‘galak’ itu berubah sikap menjadi ‘lunak’. Tampaknya, Habib Rizieq sebagai pimpinan FPI benar-benar ingin mengubah citra organisasinya bukan lagi sebagai kumpulan orang-orang yang keras. Mereka bisa juga lho bersikap damai, dan bersahabat dengan polisi serta tentara.
Jika benar strategi perubahan tersebut, saya sangat mendukung. Muslim Indonesia secara umum adalah pecinta damai. Tidak suka kekerasan. Tidak suka kegalakan. Lebih suka keselarasan dan harmonis. Itulah sebabnya, sampai sekarang setelah lebih dari 70 tahun merdeka, Indonesia tetap bersatu dan utuh, meski memiliki penduduk dalam jumlah besar dari beragam suku, budaya, ras dan agama. FPI memang seharusnya bersikap seperti sebagian besar muslim Indonesia.
Apakah FPI benar-benar mengubah strategi perjuangannya? Demo tanggal 2 Desember ini akan menjadi taruhannya. Pak Habib sudah berjanji bahwa demo akan berjalan damai dan sesuai konstitusi. Mereka katanya hanya akan duduk-duduk saja di sepanjang jalan Sudirman – Thamrin dan melaksanakan sholat Jumat di situ. Kita tunggu janji mereka. Semoga saja janji itu dipenuhi, dan FPI menjadi baik hati, seperti sebagian besar umat Islam Indonesia, termasuk saya, hehe…
Ada indikasi bakal disusupi gerakan makar? Ya mungkin saja. Gerakan mengumpulkan massa dalam jumlah besar memang rawan penyusupan. Sudah dari sononya memang begitu, baik secara teori maupun praktik. Banyak orang, banyak kelompok dan banyak kepentingan. Tapi, saya yakin… mayoritas umat Islam Indonesia sudah sangat dewasa. Mereka cerdas-cerdas kok. Pasti tidak akan mau disusupi oleh pihak-pihak lain yang punya kepentingan berbeda.
Semoga saja, pak polisi dan tentara, selalu sigap dan siaga menjaga rakyatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H