Mohon tunggu...
Firdaus Hidayat
Firdaus Hidayat Mohon Tunggu... -

Lagi geregetan dengan kondisi Indonesia... Fans berat Bob Sadino, Ciputra, dan Purdie Chandra.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tolong Injak Tanah Kami Pak Presiden!

20 Februari 2014   14:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39 2802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampaknya makin rajin berkunjung ke berbagai daerah. Yang saya ingat saja, dalam dua bulan pertama pada tahun 2014 ini, pak SBY sudah mendatangi lebih dari 10 kota. Mulai dari Majalengka, Sumedang dan Kuningan, kemudian ke Bengkulu, lalu ke Kediri, Blitar dan Malang dan informasi terakhir pak SBY sedang berada di Sulawesi Selatan.

Seperti biasa, reaksi beragam atas kunjungan-kunjungan kerja presiden ini. Saya tidak akan membahas hal tersebut. Saya hanya tertarik dengan diskusi di sebuah warung kopi sederhana di kawasan Garungsang, Sentul, Kabupaten Bogor. Tidak jauh dari Jakarta. Kebetulan saya punya saudara di daerah tersebut dan suka berkunjung ke sana, termasuk akhir pekan lalu. Ikut nguping lah apa yang diobrolkan warga, beberapa hari lalu itu. Percakapan sudah saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia dari aslinya bahasa Sunda.

“Wah, pak SBY makin rajin ke daerah nih... kemarin nonton di tv, beliau ke Jawa Barat, terus ke Kelud...” ujar seorang laki-laki setengah baya, sambil menyeruput kopi hitam kentalnya.

“Iya, baguslah,” jawab seorang laki-laki bercambang yang duduk di sebelahnya. Usinya terlihat lebih muda. “Pemimpin kan memang harus dekat dengan rakyatnya... biar tahu kondisi kita,” lanjutnya.

“Eh ngomong-ngomong, desa kita belum pernah ya didatangi presiden?” tiba-tiba si setengah baya berkata agak pelan.

“Belum pak!” sahut seorang anak muda. “Bapak kan lebih tahu, pernah gak ada presiden yang datang ke kampung kita?”

Yang ditanya malah garuk-garuk kepala. Goreng tempe menjadi sasaran empuk ekspresi kepalanya. Sambil mengunyah dia berkata, “Jangankan presiden, pak camat saja belum pernah menginjakkan kakinya di kampung kita, hehe.”

“Emang kamu mau bertemu pak camat, eh presiden Mat,” kata si cambang kepada si pemuda.

“Ya maulah... mau ngelihat langsung. Masak di teve terus lihatnya. Mau salaman, hehe” jawab pemuda itu cepat penuh semangat.

The end...

Belum the end sih sebenarnya, masih panjang obrolan mereka. Tapi saya mengambil kesimpulan, bahwa masyarakat memang rindu dengan kedatangan pemimpinnya. Hanya dengan kedatangan fisik pemimpinnya saja, masyarakat sudah senang. Wilayah Garungsang hanya selemparan batu dari Jakarta, tapi belum pernah diinjak tanahnya oleh presiden. Bahkan oleh camatnya saja belum pernah. Kasihan sekali ya.

Kerinduan masyarakat terhadap pemimpinnya terlihat dari sambutan mereka ketika presiden datang. Selain yang sudah disiapkan oleh pemda setempat, reaksi masyarakat sangat spontan, terutama yang di daerah. Gembira, senang dan penuh suka cita. Saya ingat juga masa kecil dulu ketika masih SD di kampung di daerah Tapos kabupaten Bogor. Pernah suatu ketika presiden Soeharto lewat... di jalan besar di kampung kami. Kebetulan beberapa jam sebelumnya, banyak orang berambut cepat – ada yang berseragam – ada yang tidak, sudah mengatur jalan, melarang kendaraan melintas dan melarang orang dewasa berkumpul atau nongkrong di pinggir jalan. Dari para orang dewasalah, kami tahu bahwa presiden mau lewat.

Kamilah anak-anak yang senang dan ketiban rezeki, karena orang-orang berambut cepak itu tidak melarang kami. Yang dilarang hanya orang dewasa. Waktu itu, kami tidak tahu kenapa perlakuannya begitu.  Nah, ketika iring-iringan presiden lewat, wuih senangnya bukan main. Mobilnya banyak sekali, berwarna hitam semua. Saya dan teman-teman berteriak-teriak gembira, sambil melambaikan tangan. Saya bisa melihat presiden Soeharto duduk di kursi belakang salah satu mobil. Meski kacanya gelap, saya masih bisa melihat beliau. Senang banget. Walaupun beliaunya tidak melihat kami hehehe... pengalaman itu kami banggakan di depan teman-teman lain yang tidak ikut moment itu.

Kini ketika presiden datang ke berbagai wilayah, pasti mereka yang disambangi senang. Kapan lagi bisa melihat langsung presiden? Kapan lagi bisa bertatap muka langsung? Kapan lagi bisa berjabat tangan dengan presiden? Wajar kalau mereka berebutan minta salaman, atau mungkin berfoto-foto. Belum tentu seumur hidup sekali bisa mengalami hal tersebut. Saya beruntung masih sempat melambaikan tangan kepada presiden, waktu kecil hehe. Tapi, warga Garungsang di Sentul Bogor itu, sejak masa pemerintahan Soekarno, sampai sekarang belum pernah tanah mereka diinjak presiden. Padahal, tidak jauh dari tanah mereka, ada tempat peristirahatan seorang mantan presiden.

Dulu, cita-cita saya mau jadi presiden!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun