Pendidikan merupakan unsur penting dalam pembentukkan karakter anak. Sebab melalui pendidikan nilai dan norma dapat ditanamkan kepada anak agar menjadi generasi berakhlak mulia. Salah satu sarana bagi anak dalam mendapatkan pendidikan tersebut adalah keluarga. Keluarga merupakan komponen utama dan terpenting dalam mendukung pendidikan anak. Karena keluarga merupakan tempat awal bagi anak dalam mengenal dan mempelajari banyak hal dari orang tuanya. Orang tua memiliki peranan yang fital dalam mendidik anak di dalam keluarga. Karena orang tua yakni ayah dan ibu akan menjadi tempat belajar, bertanya, bahkan bermain bagi anak. Oleh karena itu saat masa keemasaan anak yakni usia 0 sampai 5 tahun, orang tua harus memberikan pendampingan yang intens kepada anak agar memiliki karakter yang baik serta terhindar dari pengaruh buruk.
Tentunya masih teringat jelas di benak kita atas peristiwa  yang menggambarkan dekadensi moral anak Indonesia saat ini. Kasus pemerkosaan yang terjadi di Provinsi Bengkulu yang dilakukan oleh 14 orang remaja terhadap Yuyun bocah umur 14 tahun tentunya menyayat hati para orang tua di Indonesia. Ironinya, beberapa pelaku pemerkosaan adalah anak di bawah umur. Tentunya tragedi pemerkosaan yang menimpa Yuyun menjadi intropeksi kita semua, terutama para orang tua. Bahwa pendampingan dan pendidikan awal dari orang tua sangatlah penting terutama untuk membentengi anak dari berbagai pengaruh buruk. Karena tentunya kita tidak ingin generasi penerus bangsa saat ini rusak dan hancur oleh karakter jahat dan buruk yang telah tertanam dalam diri anak.
Salah satu pendidikan dasar yang perlu diberikan oleh orang tua kepada anak adalah pendidikan Pancasila. Pancasila selain sebagai dasar negara bagi bangsa indonesia juga sebagai dasar pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Hal tersebut sebagaimana tercantuum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 2 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bunyinya: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Â Penanaman nilai-nilai Pancasila kepada anak merupakan faktor pendukung yang sangat tepat dalam penguatan peran keluarga khususnya orang tua dalam pendidikan anak. Oleh sebab itu para orang tua perlu menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila kepada anak dalam keluarga. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya dibutuhkan kolaborasi dari ayah dan ibu sebagai orang tua. Sebab, upaya yang dilakukan oleh ayah dan ibu harus sinkron dan sejalan dengan visi dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada anak. Sehingga ayah dan ibu harus bekerja dan berupaya secara sinergis dalam mewujudkan hal tersebut.
Pertama, ayah dan ibu sebagai orang tua harus memberikan pendidikan agama kepada si anak sebagai pondasi awal. Sebab, melalui  pendidikan agama anak akan mengenal dan mengetahui hakikat penciptaan manusia di muka bumi. Ketika anak mengetahui hakikat penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Tuhannya, maka nilai religi akan masuk ke dalam fikiran anak yang akan mendorongnya menjadi hamba Tuhan yang taat dalam beribadah. Selain itu anak juga akan memahami bahwa Tuhan adalah pemilik kekuasaan tertinggi terhadap segala sesuatu. Sehingga menjadikan anak senantiasa berserah diri atas segala upaya yang telah di lakukan kepada Tuhannya. Tentunya untuk menanamkan nilai-nilai agama tersebut ayah dan ibu harus membagi tugas. Misalnya dalam agama Islam sang ibu mengenalkan kepada anaknya tentang Allah, para nabi, rukun islam, rukun iman serta pengetahuan Islam lainnya.hal ini bertujuan memberikan pemahaman teoritis dan sisiologis kepada anak untuk mengetahui apa saja ketentuan dalam agama Islam. Sedangkan sang ayah membiasakan mengajak anaknya untuk melaksanakan ibadah shalat wajib di masjid, membaca Alqur’an bersama dan lain sebagainya. Hal ini agar anak mengimplementasikan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, orang tua harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak dalam kehidupan sehari-hari di dalam keluarga. Nilai-nilai kemanusiaan tersebut seperti rasa empati kepada orang lain, tidak individualis, serta menghargai orang lain. sebab, nilai-nilai kemanusiaan ini akan menjadi bekal bagi anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar baik di sekolah ataupun lingkungan bermain. Untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan tersebut sang ayah dan ibu bisa memberikan contoh atau teladan sederhana kepada anak di rumah. Salah satunya adalah dengan mengajarkan kepada anak untuk tidak menghina atau meremehkan orang lain yang memiliki kekurangan baik dari segi fisik ataupun ekonomi. Justru ayah dan ibu harus memberikan motivasi kepada si anak untuk membantu dan menyemangati temannya yang memiliki kekurangan tersebut.
Ketiga, orang tua harus memberikan pemahaman kepada anak untuk menjunjung tinggi nilai persatuan dalam masyarakat. Anak harus diajarkan untuk tidak membeda-bedakan teman ataupun lingkungan bermain karena berbeda agama, suku ataupun kebudayaan. Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai persatuan kepada anak adalah dengan memberikan pengetahuan tentang keragaman budaya dan kekayaan alam indonesia dengan cara yang menyenangkan seperti dengan peta warna warni, puzzle berbentuk pulau serta media edukatif  lainnya. Dengan media pembelajaran seperti itu anak akan mengetahui dan memahami bahwa Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan potensi yang harus dijaga melalui persatuan bangsa Indonesia.
Keempat, ayah dan ibu sebagai orang tua harus membiasakan anak untuk bermusyawarah ataupun membicarakan segala sesuatu secara terbuka kepada orang tua. Hal tersebut untuk memberikan pemahaman bagi anak untuk mengambil keputusan dengan pertimbangan atas pendapat ataupun nasihat orang lain. selain itu anak juga akan memahami untuk menghargai pendapat atau ide orang lain sehingga anak tidak bersikap egois dan ingin menang sendiri. Hal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan kebiasaan musyawarah adalah dengan meningkatkan intensitas komunikasi antara orang tua dengan anak. Misalnya anak memiliki kesulitan atau masalah di sekolah, orang tua bisa membantunya dalam memcahkan masalah tersebut secara bersama-sama baik dengan ayah ataupun ibu.
Kelima, orang tua harus menanamkan nilai-nilai kepemimpinan yang bijaksana kepada si anak. Hal tersebut bertujuan agar anak dapat besikap adil sebagai individu ataupun sebagai pemimpin dalam kehidupannya. Sebab, nilai-nilai kepemimpinan yang bijaksana dapat membentuk karakter tangguh dan peduli kepada sesama dalam diri anak. Salah satu upaya yang dapat di lakukan untuk mewujudkan nilai-nilai kepemimpinan tersebut adalah dengan menceritakan kepada anak tentang kisah para pemimpin yang adil dan dapat menyejahterakan rakyat yang dipimpinnya. Selain itu ayah memiliki peranan penting dalam membentuk karakter pemimpin yang bijaksana dalam diri si anak. Sebab ayah menjadi simbol sekaligus perwujudan bagi anak sebagai pemimpin dalam keluarga. Oleh sebab itu sang ayah harus mengajarkan nilai-nilai kepemimpinan yang bijaksana kepada si anak.
Melalui kolaborasi orang tua yakni antara ayah dan ibu dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan anak maka akan mendukung terciptanya generasi tangguh yang cerdas, penuh tanggungjawab serta saling menghargai antar sesama manusia. Namun untuk mewujudkan itu semua ayah dan ibu sebagai orang tua harus memiliki komitmen yang kuat serta bersinergi secara terus-menerus. Sehingga, dapat memberikan harapan baru bagi Indonesia melalui peranan orang tua untuk menjadikan anak-anak Indonesia menjadi generasi cerdas dan berkarakter Pancasila untuk memajukan bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H