Pesantren merupakan jaringan islamisasi yang dibentuk untuk menjadi lingkungan penjaga reproduksi ajaran islam di Indonesia yang sudah eksis sejak puluhan tahun lalu bahkan sebelum Bung Karno memplokamirkan kemerdekaan Indonesia. Kontribusi pesantren bagi bangsa indonesia sangatlah besar terutama saat perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Tentunya kita mengenal sosok para pahlawan seperti KH. Hasyim Asy-hari, KH. Ahmad Dahlan, Pangeran Diponegoro yang lahir dari lingkungan pesantren untuk berjuang bersama para santri dan rakyat indonesia lainnya untuk menjadikan bangsa indonesia sebagai bangsa yang merdeka dari penindasan penjajah. Salah satu faktor penting dalam pengajaran pesantren sehingga menghasilkan insan-insan islami yang kokoh dan cinta pada tanah air saat itu adalah melalui pengajaran islam yang di kemas dalam bentuk sastra pesantren.
Sastra pesantren merupakan bentuk karya seni islami yang hidup dan diciptakan di lingkungan pesantren serta mengandung nilai-nilai islam yang mulia. Internalisasi sastra pesantren seperti syair, hikayat, roman-roman islami dan lain sebagainya merupakan kemasan sastra islam di pesantren yang diajarkan kepada para santri terhadap nilai-nilai islam yang diperjuangkan dan dijadikan pedoman hidup sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW sampai sekarang ini. Sehingga membangkitkan Ghiroh (semangat juang) para santri dan seluruh warga pesantren untuk mengamalkan nilai-nilai islam secara baik dan menyeluruh berdasarkan ajaran dan teladan Rasulullah Muhammad SAW.
Dewasa ini, sastra pesantren semakin berkembang seiring pesatnya pertumbuhan institusi pesantren di seluruh nusantra baik itu Pesantren Nahdhatul Ulama, Pesantren Muhammadiyah, Pesantren Salafiyah, serta pesantren islam lainnya. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu indikator bahwa perkembangan islam di era modern seperti sekarang ini semakin maju dan eksis dalam mengajarkan nilai-nilai islam. Tentunya pertumbuhan institusi pesantren ini harus menjadi sinergi untuk membangkitkan sastra pesantren di seluruh Indonesia.
Membangkitkan sastra pesantren di zaman modern seperti sekarang ini merupakan alternatif dalam mencerdaskan dan menyelamatkan kehidupan bangsa dari doktrin-doktrin kaum barat dan liberal yang menyesatkan. Bagaimana tidak, setiap hari kita di sajikan oleh pemberitaan-pemberitaan negatif yang di lakukan oleh generasi muda Indonesia.
Mulai dari pemerkosaan, pembunuhan, pencabulan, pecandu dan pengedar narkoba dan tindak kejahantan lainnya. Bahkan yang lebih ironisnya lagi yang menjadi pelaku kejahatan tersebut adalah anak dibawah umur. Oleh sebab itu penting bagi kita bangsa Indonesia untuk menyelamatkan generasi muda bangsa Indonesia dari berbagai serangan budaya barat dan liberal yang melenakan dan menyesatkan.
Mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia merupakan mandat yang tertuang dalam UUD 1945. Salah satu cara untuk mewujudkan mandat tersebut adalah dengan pengajaran sastra pesantren bagi generasi muda Indonesia mulai dari anak-anak hingga remaja. Salah satu alasan mengapa pengajaran sastra pesantren layak menjadi alternatif cara dalam mencerdaskan kehiduan bangsa adalah karena sekitar 85% masyarakat Indonesia bergama islam.
Tentunya hal tersebut menjadi pertimbangan penting bagi kita, terutama skate holder yang memiliki kuasa kebijakan dan penggerak institusi pesantren untuk menciptakan generasi muslim yang kokoh dan cinta kepada tanah air melalui nilai-nilai islam tanpa mendiskriminasikan agama minoritas di Indoensia. Dekadensi moral generasi muda Indonesia terutama generasi muda islam seharusnya memberikan pembelajaran yang sangat berharga bagi kita para orang tua, pengajar terutama pemerintah selaku pembuat kebijakan untuk mengatasi dan mencegah agar tidak semakin meluasnya kerusakan moral tersebut bagi bangsa Indonesia.
Sastra pesantren yang sarat akan nilai-nilai luhur islami tentunya akan menjadi solusi tepat dalam mengatasi dekadensi moral generasi muda Indonesia. Umar Bin Khatab sebagai Khalifah Islamiyah kedua berpesan kepada kita semua “Ajarkan sastra kepada anak-anakmu karena itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani”. Pesan yang di sampaikan oleh Umar Bin Khatab itu memiliki makna mendalam bagi kita umat islam dalam mendidik generasi muda.
Sastra pesantren yang berisikan nilai-nilai kepahlawanan kaum muslimin, keluhuran akhlak para sahabat, serta semangat dalam memperbaiki diri dalam urusan ibadah kepada Allah dan hubungan kepada sesama manusia memberikan pengajaran yang begitu luar biasa dalam menciptakan generasi muda muslim yang kokoh, berakhlak mulia dan cinta kepada tanah air serta toleransi kepada pemeluk agama lain.
Sebagai salah satu alternatif cara dalam memcerdaskan kehidupan bangsa, sastra pesantren tidak hanya membangun kecerdasan intelektualitas tetapi juga kecerdasan akhlak dan hati umat islam yang hidup di zaman modern seperti sekarang ini. Bahkan sastra menjadi sebuah identitas bagi kaum muslimin di Arab yang menjadi tempat awal berkembangnya sastra islam terutama dalam bentuk syair.